Random post

Saturday, October 6, 2018

√ Bagaimana Memulai Percakapan Yang Saling Membangun

Having an intention to learn from everyone is a great blessing Mahfuzh tnt



Beberapa hari ini saya banyak berafiliasi dengan orang-orang Jepang secara langsung. Secara pribadi dalam artian ialah memakai bahasa Jepang. Ini bukan berarti saya sudah sanggup berbahasa Jepang dengan baik, tentu saja belum. Sama sekali belum. Tetapi dikala bertemu dengan orang-orang yang tidak sanggup Berbahasa Inggris, maka pilihannya hanyalah membangun percakapan dengan beberapa patah kalimat Bahasa Jepang yang saya tahu. Ini tentu saja akan sangat jauh dari istilah komunikasi yang efektif. Tetapi merujuk kata-kata Nelson Mandela:


If you talk to man in language that he understand, that goes to his head. If you talk to him in his own language, that goes to his heart Nelson Mandela


Jadi dalam konteks itu, saya sedang melaksanakan percakapan yang membangun keakraban lebih dalam daripada sekedar bertukar informasi.


Orang jepang populer punya perilaku yang pemalu dan pendiam, kombinasi terburuk untuk mengharapkan terjadinya sebuah percakapan. Tapi bagusnya, mereka sangat ramah, sehingga tidak perlu takut atau ragu untuk memulai percakapan. Kaprikornus sering kali saya yang memulai percakapan.


Aku selalu memulai percakapan dengan beberapa hal yang saya sukai ihwal Jepang, terutama anime, manga dan budayannya yang masih terjaga. Ini selalu menjadi topik yang cukup panjang dan menarik.


Ketika percakapan dimulai, saya pribadi kebingungan alasannya yakni nggak semua kosa kata saya ketahui. Pada momen menyerupai ini, saya cuma tersenyum dan mengangguk, terkadang lawan bicaraku mengerti bahwa saya sedang bingung, dan beliau akan berusaha menjelaskannya dengan bahaasa tubuh, tetapi terkadang beliau enjoy aja untuk terus menjelaskan, dan saya ikuti iramanya dengan anggukan.


Pada satu titik, saya selalu menemukan pengetahuan baru, hal-hal unik dan mengesankan dari setiap orang yang saya ajak bicara. Tak hanya orang dari jepang, tetapi hampir setiap orang yang kuajak bicara.


Ada banyak esensi percakapan yang saya kira sudah hilang belakangan ini. Percakapan hanya berisikan sampah-sampah dimana tidak ada proses berbicara mendengar berfikir dan menjawab.


Apa yang sering terjadi ialah dikala Si A berbicara Si B sudah sibuk dengan pikirannya mencari balsan yang sempurna (Biasanya dongeng ihwal dirinya atau pengalamannya). Kemudian dikala Si A berbicara pengalamannya, sesaaat sesudah itu Si B akan menjawab dengan pengalamannya, yang seringkali tidak berkaitan dengan apa yang diceritakan Si A. Ini bukanlan percakapan, ini yakni dua burung beo yang saling mengucapkan kalimat yang satu sama lainnya tak saling memahami. Tidak ada proses mendengarkan dan berfikir.


Kenapa jenis percakapan menyerupai ini terjadi? Karena kita tidak suka mendengarkan. Ya.. Hal yang sama sering kali terjadi padaku juga. Lebih suka berbicara daripada mendengarkan, alasannya yakni dikala berbicara, kita akan menjadi sentra perhatian, dan tak perlu mendengarkan hal-hal yang tidak kita sukai.


Dua Hal Diperlukan untuk Sebuah Percakapan yang Membangun


Mendengarkan


Inilah yang perlu dilatih mulai sekarang, berlatih banyak-banyak mendengarkan. Ini yakni kebutuhan utama, atau mungkin yang terpenting dalam membangun percakapan yang menarik.


Tak perlu menjadi sentra perhatian, jadilah orang yang memperhatikan orang lain, alasannya yakni itu yang kini sulit sekali ditemukan. Orang yang mendengarkan lebih banyak akan sanggup berguru lebih banyak.


Bersiaplah untuk Terkesan


Bill Nye, salah satu saintis terbaik di Amerika mengatakan:


Everyone you will ever meet knows something you don’t Bill Nye 


Setiap orang mempunyai sesuatu yang kau tidak ketahui. Maka selalu bersiap untuk terkesan pada seseorang yang kau ajak berbicara. Sekecil apapun itu, niscaya ada hal gres yang akan menambah pengetahuanmu.



Sumber https://mystupidtheory.com