Random post

Wednesday, July 11, 2018

√ Kronologis Dan Alasan Pembakaran Bendera Berlafadz “Laailahaillallah”


Tepat satu ahad yang kemudian publik dunia maya dibentuk ricuh oleh agresi pembakaran bendera hitam yang berlafadzkan “Laailahaillallah”. Video ini mengundang komentar yang pro dan kontra. 





Tetapi nampaknya kasus ini tidak begitu saja berhenti di dunia maya, ada agresi lanjutan dari beberapa ormas, bahkan ada tindakan dari Pak Wapres untuk menyatukan lima organisasi Islam besar di Indonesia. 





Masalah yang nggak kalah ricuhnya ialah penangkapan Kang Uus sebagai sosok yang membawa bendera tersebut ke jalan. Orang-orang mempertanyakan tindakan Aparat Kepolisian yang menangkap Si Pembawa bendera. Alasannya ialah jikalau tak ada yang membawa bendera, maka tidak akan ada insiden pembakaran, pun tidak akan ada video yang memantik kreatifitas para komentator dunia maya. 





Tetapi Pihak Kepolisian maupun pemberitaan manapun tidak memperlihatkan kronologis yang lebih mendasar, yang lebih elementer. Karena itu sebagai penggagas dunia maya, saya akan paparkan kronologis dan alasan terbakarnya bendera tersebut:





Pertama-tama, sebelum aben bendera mereka aben kertas putih. Kertas ini mempunyai susunan polimer selulosa yang sangat gampang terbakar. Mengingat metodenya, maka ini ialah reaksi pembakaran yang berantai.





Bendera tersebut kemungkinan besar merupakan polimer adonan dari Nilon dan Selulosa. Keduanya merupakan polimer rantai karbon dengan titik api rendah. Sehingga sanggup dengan gampang terbakar dipicu oleh reaksi pembakaran kertas. 





Korek api yang dipakai memakai gas butana yang sangat gampang terbakar dipantik oleh percikan api dari kerikil api ataupun pemantik listrik kecil. Percikan api yang dihasilkan kemudian aben gas butana dengan reaksi:





$\ce{C4H10 + O2 —> CO2 + H2O}$





Setelah itu kertas putih yang merupakan polimer selulosa, disulut dengan api yang dihasilkan dari gas butana tersebut, sesuai reaksi:





$\ce{(C6H10O5)n + O2 —> CO2 + H2O}$





Terbakarlah kertas putih, kemudian disulutkan juga bendera hitam bertuliskan lafadz “Lailahaillallah” yang merupakan serat adonan nilon dan selulosa. Komponen selulosanya akan mengalami reaksi yang sama dengan selulosa pada kertas sedangkan, nilon ialah polimer amida, maka reaksinya ialah:





$\ce{(C12H22N2O2)n + O2 —> CO2 + HCN + NH3 + H2O}$





Di dalam ilmu kimia, komponen di sebelah kiri merupakan reaktan atau pereaksi sedangkan di sisi sebelah kanan ialah produk hasil reaksi.  





Jadi dengan mempelajari tiga reaksi berantai tersebut, kita sanggup mengetahui penyebab terjadinya pembakaran ialah adanya kandungan Oksigen (O2). Artinya penyebab terbakarnya bendera ialah alasannya ialah tingginya kandungan oksigen di udara yang mencapai 20,9%. Oksigen ini ialah komponen yang harus ada dalam setiap pembakaran, masih ingat kan percobaan lilin di dalam gelas?





Ya! Walaupun ada pemantik api, dan materi bakar, jikalau jumlah oksigen di udara terlalu sedikit, maka tidak akan terjadi persitiwa pembakaran. 





Oksigen yang ada di udara sebagian dihasilkan oleh fotosintesis tumbuhan. Maka tingginya kandungan oksigen di Garut yang menciptakan insiden pembakaran bendera sanggup terjadi ialah berasal dari banyaknya pepohonan dan flora di sana. Masyarakat yang menanam pohon harus disalahkan, dan pihak manapun yang melestarikan pepohonan juga bersalah. 





Kronologis dan alasan pembakaran bendera berlafadz “Laailahaillallah” yang saya jelaskan ini valid secara ilmiah. Jika kalian bawa ke kampus manapun di dunia niscaya akan diterima kebenarannya.





Oleh alasannya ialah itu jikalau tidak ingin terjadi pembakaran bendera, maka harus dihilangkan penyebab paling elementernya yaitu gas Oksigen di udara Garut. Bahkan jikalau tidak ada gas Oksigen di udara, oknum pembawa bendera dan pembakar bendera tidak akan ada. Sebab insan tidak ada tanpa gas oksigen.



Sumber https://mystupidtheory.com