Sejak meledaknya bisnis media digital, arus gosip begitu cepat dan massive membanjiri kepala kita. Era digital dimana gosip sanggup diproduksi dan dijual tanpa bentuk fisik, telah menciptakan perubahan fundamental dari gaya hidup keseharian maupun hidup bernegara. Hal ini tentu saja menghipnotis banyak sekali bidang seperti: ekonomi, pendidikan hingga politik.
Di bidang ekonomi orang sudah tidak lagi memusatkan penjualannya hanya pada transaksi langsung, tetapi juga transaksi online.
Di pendidikan, pekerjaan guru sudah bukan hanya sanggup diberikan oleh sekolahan tetapi juga sanggup diperoleh dengan mengajar di kelas-kelas online.
Sedangkan di dalam politik, kampanye eksklusif mengumpulkan massa dengan arak-arakan dan dangdut koplo sudah kalah terkenal dibandingkan ribuan tweet dan press release media massa. Maka tak ibarat biasanya, mystupidtheory kali ini membahas perihal politik, terutama mengenai kampanye politik ala kinderjoey.
Kemasan Kinderjoey
Beberapa waktu lalu, sempat ramai status orang renta yang mengeluhkan perihal peletakan jajanan kinderjoey di depan kasir toserba yang sangat terkenal di Indonesia. Kombinasi dari topik ini dan politik, saya jadi terpikirkan goresan pena ini.
Kalian mungkin sudah kenal jajanan anak kinderjoey lantaran begitu populernya. Jujur saja saya sendiri belum pernah membeli dan membukanya langsung. Beberapa waktu kemudian saya coba cek di YT bagiamana isi jajanan ini. Dan tahu apa yang kudapati?
Yap! Orang-orang membeli jajanan ini, membukanya kemudian memamerkan mainan yang ada di dalamnya. Isi makanannya dikesampingkan, atau bahkan dibuang.
Anak-anak membeli jajanan ini hanya untuk mengambil mainannya. Padahal menurutku mainan yang ada di dalam kinderjoey itu ialah cuilan dari kemasan semata, bukan isi. Sebab jika konten utamanya ialah mainan, maka kemungkinan besar beliau tidak akan dijual di toserba. Hanya muncul di toko online, atau toko mainan.
Artinya, bawah umur membeli kinderjoey hanya lantaran iming-iming kemasannya saja yang wow! Isinya dibuang. Dan hal ini terjadi lantaran memang didesain oleh perusahaan jajanan kinderjoey tersebut.
Perusahaan ini tentu saja menghabiskan lebih banyak biaya untuk mendesain dan memproduksi kemasannya dibandingkan menciptakan isi jajanannya. Perusahaan juga lebih banyak mempromosikan isi mainannya dibandingkan rasa makanannya yang ada di dalamnya.
Politik ala Kinderjoey
Sekarang mari kita kembali ke topik orang dewasa, politik. Hari-hari ini, yang saya lihat di dalam politik itu ya ibarat fenomena penjualan jajanan kinderjoey ini.
Politisi berlomba-lomba menciptakan kemasan semeunik mungkin, seheboh mungkin, setidak penting apapun asalkan menarik! Setelah itu mereka sewa awak media untuk mempromosikan kemasan-kemasan itu. Si A merakyat, Si B suka bekerja, Si C patriotis, negarawan, berbudaya, bertoleransi dan banyak hal lainnya.
Berlebihan?
Biarin!
Tidak penting?
Biarin!
Membuang-buang waktu?
Nggak papa!
Asalkan menarik dan diminati orang.
Kampanye, yang salah satu dananya diambil dari negara ini, dihambur-hamburkan dan dibuang-buang untuk mendesain kemasan yang tak lebih bermanfaat dari isinya. Berharap orang-orang akan menentukan produknya lantaran kemasannya yang heboh.
Pada ketika sudah terbuka kemasan itu, isinya sudah tak lagi penting. Sebab kita masih asik bermain dengan kemasannya. Mainan di dalam kinderjoey.
Setelah memilih, orang tak lagi perduli apakah visi dan misi politisi tersebut dicapainya atau tidak. Malah sibuk perang kasus apakah merakyat, gaul, patriotis, negarawan ataupun berbudaya. Semua itu hanya kemasan yang dipromosikan melalui media.
Dan masuk akal saja itu menarik bagi kebanyakan orang, alasannya ialah mereka keluarkan dana yang banyak untuk mempromosikan dan mendesain kemasan tersebut. Pertanyaanya apakah kalia kira kemasan itu sanggup meyelesaikan problem kita?
Lalu apa politisi seharusnya tidak mementingkan kemasan? Wah tidak juga. Sangat masuk akal jika politisi menciptakan kemasannya. Tetapi kemasan itu harus terang tujuannya, kemasan itu semoga isinya sanggup hingga dengan selamat ke pembeli. Bukan malah menciptakan isinya diabaikan oleh pembeli.
Desain Kapsul Obat
Agaknya pelopor partai harus mencar ilmu pada para mahir farmasi dan kedokteran. Coba lihat kapsul pada obat.
Kapsul obat itu ialah teladan desain kemasan yang sangat efektif. Kaprikornus debu obat disimpan di dalam kapsul, kapsul itu sendiri didesain semoga lumer atau meleleh ketika obat hingga di sasarannya.
Desain kapsul ini sendiri sangat simpel, sederhana dan tidak berlebihan. Obat yang tadinya sangat pahit, ketika dilapisin kapsul menjadi hambar(tidak ada rasanya). Mereka tidak menambahkan rasa jeruk, apel, ataupun stroberi pada kapsul obat, alasannya ialah mahir farmasi dan kedokteran tahu tujuan kemasan itu tidak untuk dinikmati, tetapi menjaga isinya semoga sanggup masuk ke sistem peredaran darah.
Kapsul sanggup saja beragam, tetapi yang niscaya isi obat yang akan masuk ke badan haruslah sesuai dengan penyakitnya pasiennya.
Efektifitas desain kapsul inilah yang sama sekali tidak ada di dalam kampanye politik hari-hari ini.
Di dalam desain obat, kebanyakan dana yang bergulir dihabiskan untuk menciptakan isi obat yang akurat pada penyakit tertentu, efektif, hemat dan tidak mempunyai imbas samping. Artinya fokus utama dari sebuah obat ialah isinya yang sanggup meredakan penyakit. Bukan pada rasa, warna dan rupa kapsulnya.
Politisi harusnya menajamkan visi dan misi di dalam kampanyenya, menunjukkan seberapa aktual itu dalam menuntaskan permasalahan bangsa. Itu ialah isinya. Bukan hanya menawarkan orasi yang isinya sensasi-sensasi miskin visi.
Ketika obat tersebut bekerja dengan baik, maka menjadi sehatlah badan bangsa ini.
Dan ketika obat tersebut terbukti tidak bekerja, dokter dan pasien punya kesempatan untuk menggantikannya dengan obat baru.
Pasien tak akan protes bahwa beliau suka obat yang kapsulnya warna merah-putih dibandingkan obat yang kapsulnya warna biru-kuning, atau yang rasanya jeruk dibandingkan yang rasa mint. Karena sekali lagi, kembali kepada pertayaan “apakah isinya sanggup meredakan penyakitmu atau tidak?”
Korupsi, Impor yang tinggi, penegakan HAM yang lemah, permasalahan lingkungan, dan banyak sekali masalah aturan yang terbit di halaman koran setiap harinya, seharusnya itu sudah menawarkan indiskasi yang terang bahwa Indonesia masih sakit. Dan yang sedang sakit lebih butuh obat dibandingkan kinderjoey!
Kita tidak cukup berlebih untuk bahagia hanya dengan mainan di dalam kinderjoey, alasannya ialah ketika ini sedang butuh isi obat yang sanggup menyembuhkan semoga sanggup kembali bermain bulu tangkis dan berlari kencang!
Sumber https://mystupidtheory.com