Udah usang rasanya enggak nulis yang santai-santai gini. InsyaAllah goresan pena ini bertujuan baik. Dituliskan dengan niatan berguru dan berbagi. Namun, bila kalian sudah menikah, mendingan enggak usah baca. Sebab isinya bisa saja menyinggung bahkan menampar perasaanmu. Apalagi bila kepribadianmu ibarat tonggeret.
Beberapa waktu kemudian saya membaca buku Haiku, adalah puisi Jepang. Puisi in hanya berisi tiga baris, unik sekali. Salah satu puisi berbicara wacana Tonggeret atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan nama Garengpung.
Berikut ini puisinya:
閑かさや
岩にしみ入る
蝉の声しづかさや
いはにしみいる
せみのこゑshizukasa ya
iwa ni shimi-iru
semi no koe
Artinya kurang lebih:
Kesunyian,
Menghujam ke dalam batuan
Suara Tonggeret.
Entah kenapa waktu itu saya kepikiran, siklus hidupnya tonggeret. Dimana sih makhluk ini sebelum bersuara di animo panas? Ternyata sangat menarik!
Jadi tonggeret ternyata hidup dalam waktu yang sangat panjang. Masa hidupnya rata-rata lebih dari 17 tahun. Inilah siklus hidupnya:
Selama 17 tahun di dalam tanah, tonggeret meminum/menghisap cairan dari xylem akar tanaman. Tidak banyak insiden berarti dalam perjalanannya di bawah tanah. Perannya di bawah tanahpun hanya menghisap nutrisi dari pepohonan.
Ketika ia berusia 17 tahun, muncullah ke permukaan, merangkak ke atas pohon, kemudian keluar dari cangkang mungilnya. Setelah meninggalkan cangkangnya ia menjadi dewasa. Bentuk tubuhnya telah mengalami pendewasaan. Ada dua sayap yang besar lengan berkuasa menopangnya terbang, ada kaki-kaki yang bisa merayapi berbagai pepohonan.
Namun ia tetap tinggal pada satu pohon, bergerak ke puncak untuk melaksanakan ritual. Buzzing, mendenging dengan serpihan atas perutnya, tymbal. Mendenging demi memanggil pasangan. Mendenging demi mencari pasangan. Dan mendenging juga sehabis menemukan pasangannya. 7 hingga 14 hari kemudian mereka mati.
Ya, 17 tahun di dalam tanah, kemudian terbang keluar, mendenging sebelum menemukan pasangan, dan mendenging pula sehabis menemukannya. Bising luar biasa, kemudian mati. Hanya cangkang yang tersisa.
Beneran deh.. Mendingan setop disini bila kalian udah menikah. Keculai kalian baik kebijaksanaan pekertinya, silahkan lanjut baca. 🙂
Buat para jomblo (sepertiku) ingatlah dongeng tonggeret ini. Jangan hingga kalian menghabiskan puluhan tahun tanpa prestasi dan kontribusi. Kemudian sehabis dewasa, habis waktu disibukkan untuk mendenging, mencari perhatian pasangan. Pun sehabis mendapat pasangan masih sibuk mendenging, pamer kesana kemari. Seolah-olah hidup hanya 14 hari, tanpa menyisakan bekas, kecuali mayat. Dan dengingan di animo panas yang memekakkan telinga.
Aku? Aku maunya jadi lebah. Bukan! Bukan alasannya meninggalkan madu. Tapi alasannya lebah prajurit hanya menikahi ratu dan punya sengatan yang menyakitkan! 😛
We know you are married, so stop buzzing!
Sumpah ini bukan alasannya saya kesal. Aku sih hirau taacuh aja, santai. Ini cuma pengen menyebarkan dongeng tonggeret, kayaknya rugi bila cuma disimpan sendiri. Siapa tahu dongeng ini bisa kalian bagikan dikala bertemu dengan teman-teman di lebaran nanti.
Lukisan: Hobun Kikuchi
Infografis: Urban Buzz : Citizen Science with Cicadas. http://studentsdiscover.org/lesson/urban-buzz-citizen-science-with-cicadas/
Sumber https://mystupidtheory.com