Woahh.. Lama banget aku ninggalin blog Mys ini. Udah berasa ada sarang laba-labanya di dashboard home-nya. XD. Oke.. Makara hari ini yaitu hari terakhir masuk kampus sebelum liburan paling ramai di Jepang. Yap! Liburan Golden Week (GW). Apa itu GW? Simak di artikel ini!
Jadi Golden Week ini merupakan hari perayaan untuk hari anak (Kodomo no Hi) di Jepang, khususnya sih buat anak laki-laki. Kalau sebelumnya udah ada liburan Hinamatsuri yang buat anak perempuan, kini giliran buat anak laki-laki. Bedanya yaitu kalau Hinamatsuri itu cuma satu hari, kalau Kodomo no Hi ini totalnya satu minggu. Kenapa hari cewek cuma libur sehari tapi perjaka 7 hari? Well.. Coz we are boys! We rule the country!
Tidak Ingin LiburHahaha.. Enggak kok. Makara Kodomo no Hi ini termasuk dalam rangkaian libur panjang, pertama ialah pada tanggal 3 Mei itu perayaan untuk Constitution Day, kemudian 4 Mei itu Greenery Day kemudian dilanjutkan dengan 5 Mei untuk Kodomo no Hi. Walalupun secara resmi hanya 3 hari, tetapi kebanyakan perusahaan memperlihatkan libur untuk satu minggu penuh, sehingga ini kemudian disebut Golden Week.
Baca Juga: Liburan Musim Dingin Ke Kanazawa
Menjelang Golden Week ini salah satu senseiku berkomentar “Emm.. Gimana yah.. Saya bekerjsama mau menuntaskan beberapa pekerjaan di hari rabu dan kamis itu, tapi liburan Golden Week”. Yap! Kalian enggak salah baca… Sensei-ku mau tetap kerja di hari libur, dan ini yaitu praktek yang sangat umum di Jepang. Tapi katanya alasannya yaitu ini liburan Golden Week jadi ada tuntutan dari keluarga biar ia libur dan refreshing bersama keluarga.
Sejak saya awal tiba ke Jepang memang eksklusif terasa betapa berbedanya semangat kerja orang di Jepang. Jangankan yang level-nya Sensei ataupun pekerja kantoran, lihat pegawai Sevel, Lawson ataupun penjaga toko lainnya niscaya kita bisa eksklusif mencicipi perbedannya. Semangat kerja para pekerja toko inilah yang menciptakan kalau kita mengantri di kasir tidak akan merasa bosan atau capek, alasannya yaitu mereka bekerja dengan sangat cepat dan semangat. Ini sudah pernah saya tuliskan sebelumnya disini: Budaya Antri di Jepang.
Ada sebuah film dokumenter berjudul “Jiro Dream of Sushi” yang bercerita perihal seorang Kakek berjulukan Jiro yang menjadi pemilik kedai sushi termahal di dunia. Dalam film ini Kakek Jiro mengaku bahwa ia tidak suka dengan hari libur, setiap kali libur Ia selalu tak sabar untuk ke kedainya dan bekerja kembali. Dalam kisah lain, Tsutomu Yamaguchi, seorang Kakek yang merupakan satu-satunya orang bertahan dari serangan dua bom atom di Jepang. Pasalnya Si Kakek ketika itu sedang melakuan perjalanan bisnis ke Hiroshima kemudian bom atom jatuh dan meledak, Ia terluka di bab lengan dan mendapat perawatan medis. Setelah lengannya diperban, Ia menyadari kalau masih bisa berjalan dengan normal, hasilnya Ia putuskan untuk menempuh perjalanan dengan kereta ke kota Nagasaki. Keesokan harinya ia masuk kerja seolah tak terjadi apa-apa, kemudian di Nagasaki lagi-lagi terjadi bom atom. Beruntungnya Si Kakek masih bertahan hidup dari bom ini dan menjadi Nijuu Hibakusha, orang yang bertahan dari dua radiasi bom atom.
Dari dua kisah tersebut kalian niscaya bertanya-tanya kenapa orang Jepang begitu aneh kerja? Pertanyaan ini juga terlintas dipikiranku. Dan ketika bertanya ke orang Jepang eksklusif biasanya mereka menjawab “Saya bahagia bekerja”. Makara ini tidak akan pernah menjawab rasa ingin tau kalian. Akhirnya sesudah berfikir usang aku tetap tidak menemukan jawabannya.
Suatu hari saya melaksanakan puasa sunnah Senin-Kamis. Sebenarnya waktu itu saya hanya ingin latihan berpuasa sebelum masuk bulan Ramadhan, alasannya yaitu itu akan menjadi bulan Ramadhan pertamaku di Jepang. Latihan berpuasa ini biar tidak kaget alasannya yaitu ketika itu yaitu trend panas, khawatir kalau tidak dipersiapkan akan batal puasaku nantinya. Ketika berpuasa sunnah ini, seorang sobat mengajak saya makan di kantin kemudian saya bilang kalau lagi puasa, jadi enggak ikutan. Kemudian ia bertanya “Loh.. Sudah bulan Ramadhan?” saya jawab “Belum.. Ini puasa sunnah”. Nah.. untuk menjelaskan puasa sunnah ini ternyata juga agak sulit, tetapi sesudah saya jelaskan panjang lebar, wajahnya masih mengandung tanda tanya “Kenapa orang muslim melaksanakan puasa sunnah?”.
Mengingat kedua kasus ini, saya melihat ada korelasi diantara keduanya, secara sederhana mungkin bisa dikatakan “pekerjaan ialah agama buat orang Jepang.”
Baca Juga: Ramadhan Pertama di Negeri Sakura
Agama Bagi Orang Jepang
Masyarakat Jepang bekerjsama mengenal konsep ketuhanan namun mereka tidak terlalu kenal dengan konsep agama. Makara dalam pedoman di Jepang setiap daerah mempunyai penguasa, Dewa, Tuhan, Penunggu atau apapun kalian menyebutnya. Penguasa ini bisa memperlihatkan keberuntungan, nasib baik, ataupun malah malapetaka. Ini konsep yang umum menyerupai pada ajaran-ajaran animisme dan dinamisme.
Namun menyerupai yang saya bilang sebelumnya bahwa mereka tidak mengenal konsep agama, mereka tidak mempunyai kewajiban khusus atas agamanya. Seperti berdoa ke kuil, ini mereka lakukan hanya jikalau mau saja, tidak ada keharusan untuk pergi, bahkan yang sukarela pergi ke kuil biasanya menganggapnya sebagai budaya semata, bukan prosesi keagamaan. Seringkali temanku yang penduduk orisinil menyampaikan kalau mereka tidak mengerti dan tidak mengenal agama, bahkan kadang bertanya kembali “agama orang Jepang apa yah?”. Tetapi jikalau kita berwisata ke kuil, mereka tetap ikut melemparkan koin dan berdoa juga, apapun itu entah kuil agama Shinto (Jinja), ataupun kuil agama Budha (Tera).
Beberapa orang Jepang bahkan masuk ke Masjid dan Sholat menyerupai orang muslim walaupun kenyataanya mereka belum bersyahadat dan menjadi muslim. Mereka menganggap bahwa Tuhan niscaya ada di daerah ibadah orang muslim oleh alasannya yaitu itu mereka beribadah sesuai dengan cara ibadah orang muslim biar mendapat kebaikan. Aku pernah memimpin temanku sholat di Masjid Kobe, disini ceritanya: Mengunjungi Masjid Kobe di Jepang
Artinya walaupun tidak mengenal agama tetapi mereka percaya akan keberadaan sesuatu yang bisa memperlihatkan nasib baik ataupun malapetaka pada mereka (Konsep Tuhan).
Pekerjaan yaitu agama
Seperti pengalaman yang sudah saya ceritakan diatas, berujung pada kesimpulan: untuk orang Jepang pekerjaan ialah agama. Ini tentu saja tidak sepenuhnya benar, tetapi tampaknya perumpamaanku ini akan menjawab banyak sekali tanda tanya yang ada dipikiran kalian perihal mengapa orang Jepang gemar sekali bekerja.
Orang Jepang bekerja dengan giat, semangat dan termotivasi ada ataupun tidak ada yang mengawasinya. Ini nampaknya sama dengan seorang muslim yang akan tetap berpuasa ada atau tidak yang mengawasinya, kemudian sholat lima waktu ada ataupun tidak ada orang yang mengeceknya.
Orang Jepang tetap masuk kerja di hari libur dan bekerja lembur dengan bahagia hati, kebanyakan melakukannya dengan sukarela tanpa adanya paksaan. Hal ini sangat persis dengan seorang muslim yang melaksanakan ibadah sunnah, sudah tidak ada kewajiban lagi tetapi kita masih melakukannya dengan bahagia hati.
Mengambil konsep bahwa “pekerjaan yaitu agama bagi orang Jepang” maka bekerja bagi orang Jepang itu menyerupai beribadah dalam keseharian seorang muslim. Bekerja harus sempurna waktu, serius dan lengkap pun begitu pula muslim dalam beribadah, harus sempurna waktu, khusyuk dan lengkap lima waktu.
Sekarang pertanyaannya kembali kenapa seorang muslim sholat lima waktu? Mungkin kita bisa menjawab pertanyaan ini dengan beragam, menyerupai “Ini yaitu kewajiban” atau “Jika tidak kami laksanakan maka kami berdosa” atau mungkin “Kami bahagia melakukannya”. Pada dasarnya tidak akan ada tanggapan yang benar-benar 100% logis dalam hal ini, alasannya yaitu kita melakukannya dengan alasan yang rohaniyah, yang merupakan kebiasaan yang dibuat lingkungan semenjak kecil. Pun saya rasa sama, orang Jepang juga kebingungan ketika ditanya kenapa mereka bekerja sangat keras, mungkin akan muncul tanggapan “Agar sukses”, “Agar naik pangkat” ataupun “Karena kami bahagia pekerjaan ini”, semua intinya tidak benar-benar 100% logis, mereka melakukannya alasannya yaitu lingkungannya membentuk budaya untuk bekerja keras dan ulet dalam bekerja.
Ada Juga yang Malas Dalam Beribadah
Beberapa bulan kemudian saya agak terkejut dengan pernyataan seroang temanku yang orang Jepang, ia menyampaikan kalau nggak suka dengan pekerjaanya. Ini momen yang cukup mengejutkan buatku. Kemudian ia meneruskan “Setiap pagi saya bangkit tidur dan berfikir; saya nggak mau pergi kerja”. Yah tetapi ia tetap masuk kerja sempurna waktu dan menuntaskan pekerjaanya dengan baik. Masih orang yang sama, ia berkata kalau hari libur ia semangat sekali alasannya yaitu bisa jalan-jalan dan bermain-main, tidak stress akhir bekerja.
Orang menyerupai ini mungkin menyerupai seorang muslim yang sudah malas beribadahnya, semua yang dilakukan hanya alasannya yaitu ia keturunan muslim. Sujud dan ruku’-nya ialah atas paksaan orang tuanya ataupun lingkungannya.
Yap itulah permisalanku perihal “Mengapa orang Jepang semangat dan ulet sekali bekerja?” nampaknya jawabannya akan sama dengan pertanyaan “Mengapa ummat muslim bersedia sholat lima waktu setiap harinnya dan melaksanakan sunnah-sunnah?” Mungkin pekerjaan ialah agama bagi orang Jepang.
Sumber https://mystupidtheory.com