Apa kalian penggemar masakan Jepang? Pernah makan sushi? Apa chef-nya orang Jepang asli? Salah satu masakan Jepang paling terkenal ini merupakan pecahan dari budaya di Jepang. Jika kalian penggemar berat masakan Jepang, khususnya sushi yang disajikan oleh chef Jepang asli, bekerjsama ada beberapa etika makan sushi di Jepang yang harus diperhatikan. Di antaranya saya tuliskan di bawah ini:
Ketika masuk ke toko sushi (sushi-ya) biasanya akan ada pelayan yang menyambut dengan sapaan sopan “irasaimase..”, ini tidak perlu dijawab namun apa salahnya kalau kita balas dengan senyuman ramah? Setelah masuk ke dalam kedai sushi, sebaiknya menentukan untuk duduk di depan chef atau di meja biasa, jikalau di sushi roll (kaiten sushi) maka lansung aja menuju ke meja pelanggan.
Chef sushi disebut dengan istilah “itamae” dan umumnya jikalau kita menentukan untuk duduk di depannya, kita dianggap tertarik untuk bercakap-cakap dengannya. Ini bukan kewajiban tetapi biasanya ibarat itu.
Etika Memesan Sushi
- Umumnya jikalau pertama kali, kita akan kebingungan dengan hidangan yang disajikan. Terutama kareana hidangan sushi yaitu bermacam-macam jenis ikan yang seringkali begitu abnormal dan tidak kita kenali. Untuk mempercepat proses menentukan menu, eksklusif saja tanyak/minta hidangan yang paling populer.
- Sembari memesan sushi buatlah teh dengan abu ocha dan air panas yang telah disediakan. Di kawasan sushi biasanya layanan teh hijau ini gratis dan selfservice.
- Sebaiknya saat berada di depan itamae, kita memesan dengan tempo yang teratur. Artinya jangan membiarkan meja kita kosong (tanpa order sushi) terlalu lama. Usahakan yang pas, jikalau memang dirasa cukup (banyak uang yang udah habis) segera keluar. Dengan begitu kita memperlihatkan kesempatan pada pengunjung berikutnya untuk menikmati sushi.
- Mengobrol dengan itamae dapat menjadi awal yang elok untuk menjalin kedekatan dengan orang Jepang asli, setidaknya kita dapat menyampaikan “oishii desu” yang memperlihatkan penghargaan kepada chef.
Etika Makan Sushi
- Di awal sebelum itamae menyajikan sushi, biasanya kita akan diberi handuk lembap yang hangat/panas, disebut oshibori. Gunakan handuk ini untuk mengusap tangan sesegera mungkin, sehabis itu kembalikan ke lipatan awalnya dan taruh kembali di meja.
- Jangan ragu untuk bertanya hidangan Istimewa yang ada saat mulai memesan sushi. Setiap chef sushi niscaya mengetahui ikan jenis lokal yang Istimewa ataupun ikan yang sedang musimnya (beda ekspresi dominan akan beda jenis ikan), sebab itu kita dapat bertanya hidangan Istimewa ini sebelum memesan.
- Jika di depan itamae biasanya orang abnormal akan ditanya untuk “Pakai washabi atau enggak?”, jikalau kita sudah bilang “yes please” maka jangan menambahkan wasabi di soyu(kecap asin), sebab itamae sudah menakar wasabi dengan jumlah yang sempurna di sushi yang akan kita makan. Menambahkan kadar wasabi lagi dinilai merusak rasa sushi yang telah dibentuk oleh chef.
- Jangan menyelupkan terlalu banyak sushi ke dalam soyu. Umumnya soyu hanya disentuhkan pecahan ujung ikan saja, menyelupkan sushi seluruhnya ke dalam soyu pertanda kita nggak mengerti rasa sushi dan hanya akan menciptakan rasa sushi rusak.
- Jangan menyelupkan pecahan nasi sushi ke dalam soyu. Seperti yang sebelumnya saya katakan, hanya celupkan pecahan ujung ikan dari sushi saja ke dalam soyu sebab pecahan nasi ini sudah dikasih bumbu cuka dan dapat menyerap terlalu banyak soyu dan menjadikan nasinya pecah (tidak menggumpal). Nasi yang pecah ini dapat menjadi nasi sup di dalam soyu, dan memperlihatkan betapa bodohnya kita yang nggak ngerti sushi.
- Kalau kesulitan dengan sumpit, kalian boleh memakan sushi dengan tangan. Ini hal yang umum dilakukan dan tidak memperlihatkan image negatif.
- Makanlah sushi dalam satu gigitan, jangan memakan sushi setengah-setengah. Selain ini pertanda kita tidak mengerti budaya Jepang, memakan setengah sushi akan membuatnya hancur dan sulit dinikmati setengah sisanya itu.
- Jika istirahat makan sushi, atau ingin mengobrol sejenak, tinggalkan sumpit di kawasan sumpitnya atau di atas kawasan soyu dengan posisi pararel terhadap posisi duduk kita. Jangan menjatuhkan sumpit ataupun memain-mainkannya.
- Di kawasan sushi yang menyediakan hidangan sup, jikalau sup keluar tanpa adanya sendok maka cara memakannya yaitu menghabiskan isi sup dengan sumpit dan meminum kuahnya eksklusif dari mangkok-nya, jadi jangan meminta sendok.
- Gari atau acar jahe yang disediakan merupakan masakan pembersih rasa di mulut, jangan diperlakukan ibarat lauk, maksudnya jangan memakan sushi dengan topping gari. Makan gari ini dilakukan saat selesai makan satu sushi dan ingin berganti ke ikan/sushi jenis lainnya.
- Makan sushi yang berjenis “tamagoyaki” atau telur, biasanya di paling akhir, atau pecahan final. Tetapi ini bukan keharusan, boleh saja dimakan di awal.
- Jangan menyisakan sushi yang kau sudah pesan, masyarakat Jepang sangat menghargai makanan, selama saya hidup di Jepang tidak pernah saya lihat sushi yang masih bersisa di piring. Semua niscaya dihabiskan. Seberapapun nggak enaknya, selalu habiskan apa yang kau pesan, kalau tiba bersama teman, kalian boleh share sushi yang tidak kalian sukai untuk dimakan bersama.
- Setelah selesai makan sushi, silahkan mengucapkan “Gochizhousama desuta” (sangat sopan), “Arigatou gozaimasuta” (sopan) ataupun “Oishii katta desu”. Ketiganya yaitu umum digunakan.
Share if you like it!
Sumber https://mystupidtheory.com