Belakangan ini saya sering menuliskan hal-hal asing di IG. Biasanya yang saya tuliskan berkaitan dengan kuliah (online) yang gres saja saya dengar, buku yang gres saja kubaca, atau pikiran random yang nggak terperinci munculnya. Nah.. Kali ini saya mau share salah satu yang sudah saya share di IG @hudatnt yang berasal dari buku “Survival of the Prettiest”. Buku yang menggambarkan wacana definisi kecantikan dan pengaruhnya di masyarakat. Simak di bawah ini:
Siapa sih yang nggak suka melihat wajah cantik? Penilaian wacana kecantikan terkadang berbeda antara satu individu dengan yang lainnya, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa lebih sering evaluasi ini sama. Lihat saja artis-artis di layar kaca, katakanlah Cloudia Cyntia Bella, teman dekat ataupun teman sekelasmu kemungkinan besar niscaya oke bahwa Bella itu cantik. Lalu bahu-membahu darimana evaluasi wacana anggun ini bisa muncul?
Definisi Kecantikan
Walaupun sains telah berkembang sangat pesat semenjak tahun 1800an, namun sampai 1940an penelitian wacana kecantikan masih sangatlah minim. Pertanyaan wacana definisi kecantikan itu masih terbuka dan belum terjawabkan. Kecantikan itu belum terdefinisikan dengan baik, tetapi orang sanggup menyadarinya secara alami.
Cowok bisa dengan instant menemukan perempuan yang anggun (dan disepakati oleh banyak orang), pun sama cewek bisa dengan gampang menentukan perjaka ganteng dan memisahkannya dari yang jelek/biasa. Tetapi ketika ditanyakan alasan kenapa mereka itu cantik/ganteng, biasanya terdiam, alasannya yakni kriteria wacana kecantikan dan kegantengan itu masih sangat bias.
Di tahun 1954, seorang psikolog Amerika Serikat Gardner Lindzey menuliskan sebuah buku “Handbook of Social Psycology” yang merupakan buku psikologis standard ketika itu. Namun buku ini tidak banyak mengungkapkan topik wacana kecantikan. Satu penggalan wacana dampak kenampakan wajah terhadap kepribadian di dalam bukunya sangat tidak memadai bahkan kurang tepat.
Pendekatan ilmu psikologi kemudian bergantung pada The Standard Social Science Model (SSSM). Model ini melihat pikiran insan sebagai kertas kosong yang diisi oleh pengalaman sosial manusia.
SSSM melihat pikiran insan itu pure atau suci pada awalnya, kemudian interaksi sosial di masyarakat yang akan membentuknya. Model ini sama sekali tidak mempertimbangkan sifat biologis maupun genetis.
Salah satu buku terkenal wacana kecantikan yang memakai teori SSSM sebagai dasarnya ialah “The Beauty Myth” yang ditulis oleh seorang feminist Naomi Wolf.
Di dalam buku Naomi Wolf, diungkapkan bahwa standard kecantikan itu hanyalah dibuat oleh masyarakat. Bagi kebanyakan orang Indonesia, pendapat ini dianggap benar dan difinalkan. Apakah benar demikian?
Ternyata teori SSSM tersebut tidak menggambarkan secara keseluruhan wacana pikiran manusia. Bisa dibilang teorinya kuno.
Ternyata otak insan tidak bekerja ibarat kertas kosong yang akan diisi dengan pengalaman sosial. Salah satu penggalan otak manusia, yaitu reptilian brain (otak reptil) mempunyai fungsi khusus dalam bertahan hidup dan melanjutkan keturunan. Reptilian brain ini pula yang bertanggung jawab terhadap insting yang ada pada manusia.
Di dalam Teori Evolusi Darwin, setiap makhluk hidup mempunyai prosedur untuk bertahan hidup dan meneruskan keturunannya. Sel atau genetik makhluk hidup ternyata menyimpan isu untuk meneruskan keturunan yang diwariskan secara alami.
Hubungan antara Kecantikan dan Meneruskan Keturunan
Pada perkembangan berikutnya, ternyata ilmuwan menemukan bahwa definisi makhluk hidup wacana kecantikan ini mempunyai hubungan dengan keberlangsungan hidup keturunannya.
Salah satu yang paling terkenal ialah pada burung merak. Betina akan lebih menentukan pejantan yang mempunyai bulu ekor yang lebih besar, lebih indah dan mempunyai ukuran ornamen mata yang lebih besar dibandingkan yang biasa saja. Setelah diteliti, ternyata pejantan dengan spesifikasi ibarat itu memperlihatkan anak keturunan yang jauh lebih sehat dibandingkan yang biasa saja.
Ukuran bulu ekor yang besar membebani merak dalam lari (dari predator), oleh lantaran itu hanya pejantan yang sehat saja yang bisa membawa ekor besar tersebut. Bulu yang indah (mengilap, warna bagus, dll) menjelaskan bahwa pejantan tersebut mengkonsumsi nutrisi yang baik, oleh lantaran itu lebih unggul dibandingkan yang lainnya.
Hubungan antara preferensi kecantikan ini ditemukan pada banyak hewan, baik di darat maupun di laut, dan tak terkecuali pada manusia.
Pria lebih tertarik pada perempuan dengan proporsi pinggang dan pinggul 7:10. Kalau di Indonesia lebih dikenal sebagai body biola. Ternyata sesudah diteliti, perempuan dengan proporsi pinggang dan pinggul 7:10 mempunyai anak yang lebih sehat. Ini indikasi bahwa mereka mempunyai kemungkinan bertahan hidup lebih.
Preferensi kecantikan wajah ternyata mempunyai faktor yang berbeda. Hewan maupun insan secara alami niscaya menyukai wajah bayi, baik itu satu spesies maupun bayi binatang lain. Ini lantaran kita mengaitkan wajah bayi dengan keluguan/pure. Penilaian ini didasarkan pada proporsi mata yang lebih besar, kulit lebih halus, gerakan yang lebih lamban dan tak terduga.
Mata insan nyaris tidak bertambah besar semenjak ia dilahirkan. Oleh balasannya proporsi mata bayi dengan wajahnya selalu lebih besar dan terlihat lugu dan cute. Sekarang silahkan pikirkan artis-artis yang cantik, bandingkan ukuran mata dengan wajahnya. Rata-rata memang lebih besar.
Ini juga bisa dihubungkan dengan abjad Manga dan Anime Jepang, yang terlihat cantik, cute dan lovable ketika mempunyai mata besar. Walaupun bahu-membahu musim mata besar yang dipopulerkan Osamu Tezuka bukan dari penelitian ini dasarnya.
Preferensi Kecantikan Sejak Dilahirkan
Untuk memahami lebih jauh wacana apakah definisi kecantikan merupakan bawaan dari lahir, atau hanya bentukan sosial, ilmuwan melaksanakan penelitian pada bayi. Hasilnya;
- Mirip dengan orang tuanya
- Simetris bentuknya
- Lembut Kulitnya
Itulah tiga preferensi kecantikan yang pure dan dimiliki oleh bayi. Ketiganya masih menghipnotis evaluasi seseorang sampai dewasa.
Artinya secara alamiah insan telah mempunyai preferensi wacana kecantikan lantaran besar lengan berkuasa terhadap keberlangsungan hidup keturunannya.
Teori gres ini melibatkan sains secara keseluruhan dalam ilmu biologi sehingga sanggup memperlihatkan wawasan dan pandangan gres wacana kecantikan.
Preferensi wacana kecantikan bukanlah bentukan sosial semata, melainkan juga merupakan jejak genetis yang diturunkan menurut evolusi makhluk hidup.
Walaupun ada jejak genetik untuk mengedepankan kecantikan fisik seseorang dalam menentukan pasangan, tetapi sebagai manusia, harusnya kita punya kuasa untuk melampaui insting dan menilai dengan dimensi yang lebih luas.
Berikutnya saya akan bahas wacana Pengaruh Kecantikan terhadap Kehidupan Individu. Kalau suka baca hal-hal menarik wacana sains, bisa follow akun IG-ku @hudatnt disitu saya sering share wacana hal unik dan menarik. 🙂
Silahkan share semoga temen kau bisa berguru sains dengan lebih menyenangkan.
Saya tunggu diskusinya di kolom komentar 🙂
Ref:
Etcoff, Nancy L. 2000. Survival of the prettiest: the science of beauty.
http://www.bbc.com/earth/story/20150511-why-are-animals-so-beautiful
http://www.slice.ca/beauty/photos/physical-traits-that-men-are-drawn-to-according-to-science/#!last-slide
Sumber https://mystupidtheory.com