Random post

Saturday, October 20, 2018

√ Kembali Angkat Blade, Sesudah Sekian Tahun.

Hae guys.. Kalian niscaya sudah menunggu-nunggu ceritaku kan? Hahaha.. Ngaku aja deeh.. Oke. Apa yah yang baru? Mm.. Aku berguru bahasa Jepang gratisan di perpustakaan, kalian udah tau? Jadi, sebab saya nggak sanggup ikut kelas reguler di kampus, alhasil saya ikut kelas gratisan di Kyoyama Library, dan saya diperlakukan sangat istimewa, sebab tiba tanpa tahu sedikitpun ihwal Bahasa Jepang, saya alhasil dibuatkan kelas khusus. Kelas yang levelnya dibawah anak kecil, diajarin secara private, saya sendiri.. XD


Kelas Bahasa Jepang ini jadwalnya setiap hari Sabtu, jadinya setiap sabtu saya ke perpustakaan. Hal yang paling unik dari berguru Bahasa Jepang disini ialah, walaupun Sensei(guru) sanggup berbahasa Inggris, tetapi ia berusaha untuk tidak berbahasa inggris selama kelas berlangsung. Aku dilatih biar terbiasa mendengarkan bahasa jepang. Senseinya baik banget dehh.. Seru!


Saat awal-awal dulu, selesai kelas Bahasa Jepang saya niscaya bosen dan nggak tahu mau ngapain, alhasil sekitar sebulan yang kemudian saya jalan-jalan ke lapangan kota (Momotaro Arena) untuk melihat orang-orang olah raga.


Nahh.. Pas itu saya kepikiran untuk ikutan olah raga juga, sebab aku bisanya tenis meja, saya tanyak deh ke orang disitu (anak Sekolah Menengan Atas yang kusetopin di tengah jalan), saya tanyak



  • “Ngerti Bahasa Inggris nggak luh?”

  • “Sikit-sikit Ngerti lah..” Jawabnya

  • “Tahu nggak daerah main tenis meja?”

  • “Ohh.. Tahu, saya pernah main disana”

  • “Dimana itu? Aku mau maen tenis meja” Aku pribadi to the point

  • “Emm.. Umm… Etooo…. Kuanterin lahh..”Ajaknya.

  • “Yakin luhh? Nggak papa?” (padahal emang sesuai harapanku).


Nah.. Setelah saya tahu tempatnya, saya tanyak ke penjaga daerah itu jadwal main tenis meja-nya. Mereka nggak ngerti Bahasa Inggris, jadinya saling tunjuk sama temannya yang lain. Lucu, saya ketawa-ketawa aja.. XD. Akhirnya ada cewek yg kelihatannya pinter dikit lah… Dia ngerti Bahasa Inggris campur Nihonggo sikit-sikit.. Pokok saya sanggup aja jadwal main tenis mejanya.


Beberapa hari kemudian saya tiba ke daerah tersebut, rencananya saya cuma mau izin, saya boleh ikutan main tenis meja bareng mereka apa nggak. Aku lihat yang main rata-rata berusia lanjut, jadi saya pesimis bila mereka ngerti Bahsa Inggris.


Jadi saya rencanakan bahasa badan dengan menggerak-gerakkan tanganku untuk menyampaikan “Gua pengen maen pimpong bareng kalian” kemudian mereka akan mengangguk-ngangguk tanda setuju atau diiringi dengan ucapan “Haik.. Haik..” dan main dehh.


Wkwkwk… Setelah berkenalan, ternyata dalam klub tenis meja (yang isinya orang-orang tua) ini yakni pensiunan. Ada yang Professor, Pekerja Perusahaan, dan Guru Bahasa Inggris, jadinya banyak yang mengerti Bahasa Inggris.  Komunikasi tanpa masalah.. Lancar Jaya..


Yang awalnya saya cuma mau izin ikutan main. Ehh… Ternyata malah pribadi diajak main, dipinjamin Blade dan pribadi disiapkan meja dan bola. Lucky me.. :).  Untungnya sisa-sisa pukulan dari latihanku pas Sekolah Menengah Pertama masih ada, jadinya sesudah disediakan akomodasi gratisan nggak malu-malu-in lahh…


Kuperhatikan rata-rata pemain yang pukulannya anggun disini pakai posisi grip Penhold termasuk pelatihnya. Beberapa orang disitu pribadi ngelihatin saya main, sebab jarang sekali yang main pakai grip Shakehand dan stabil pukulannya. Mungkin mereka pelajari posisiku.. Entahlah..


Setelah main selama sekitar dua jam, saya diberitahu bila ini yakni klub Tenis Meja, anggotanya banyak dan saya boleh gabung.


“Kita bayar instruktur dan lapangannya setiap kali main, bayar pelatihnya sekitar….” Belum selesai Orang bau tanah yang Professor itu menjelaskan, pelatihnya udah bilang:


“Nggak perlu, ia sanggup main disini gratis, tinggal bayar lapangannya aja”


(Lucky me… 🙂


Mendengar kata free aku pribadi menyambar “Oke.. Saya akan tiba lagi ahad depan”


———0—–0———-


Setelah tahu jadwal lengkap latihannya, saya putuskan untuk ikut dua kali seminggu, itu hari kamis malam dan sabtu siang (Setelah Belajar Bahasa Jepang di Perpus). Minggu kemudian saya beruntung banget dahh…


Ada pemain (tua) yang tipenya deffensive (bertahan), dan ia tertarik dengan spin (semacam smash dalam badminton) dan permainan offensive-ku alhasil kami main. Keren banget dahh pukulannya.. Aku suka.. Setelah itu instruktur tangannya gatal juga pengen gabung untuk main dua lawan satu. Dua orang bau tanah melawan satu anak muda.


Karena saya sanggup jatah main gratisan, nggak mungkin kan saya nolak? :V Akhirnya main dahh.. Pukulannya instruktur pakai tipe karet bintik, yang beda banget dengan pukulan pemain deffensive. Aku kwalahan, tapi masih sanggup spin bola-bola mereka. Setelah beberapa saat, instruktur tetapkan untuk berhenti main, ia ambil iPad-nya dan ngerekam permainan kami.


Setelah benar-benar kelelahan, kami berhenti. Mitsuichi -san (pemain bau tanah yang defensive itu) bilang gini:


“Aku sudah tua.. Aku kehabisan tenaga”


Aku jawab “Oh.. Aku juga merasa bau tanah bila gitu…”


“Hahahaha”


Setelah selesai membereskan lapangan dan memasukkan semua bola ke tempatnya (Ini budaya disini, apapun yang kau lakukan, kau juga yang harus bereskan). Setelah semuanya kembali ke tempatnya. Pelatih ngajakin saya makan siang bersama. Alhamdulillah…  Mitsuichi -san tanya-tanya persoalan makanan halal, dan saya akan dicarikan makanan yang ikan-ikan dan sushi saja.


Akhirnya saya makan di Hotel yang elite banget dehh.. Prasmanan, pun sebab saya yang anak muda sendiri, saya diambilkan makanan banyak banget sama mereka. Katanya “Kami udah tua, makan sedikit aja udah cukup, kau kan anak muda, harus makan banyak biar kuat spin lagi”


Aku ketawa, dan tanpa ragu melahap ikan mentah selanjutnya.. 😀


Minggu depan saya bakalan main lagi dengan Mitsuichi -san, niscaya seru.. Mungkin suatu dikala saya akan minta divideokan.. Biar sanggup pamer gitu.. :V


Thanks Udah dengerin curhatku.. wkwkwk.. 😛


Ada pengalaman menarik dikala makan siang ini, akan saya ceritakan pada postingan berikutnya.. Tunggu yapz.. 😀



Sumber https://mystupidtheory.com