Random post

Tuesday, September 18, 2018

√ Runtuhnya Teori Sains : Phlogiston The Pseudo Element

Pada masa-masa awal perkembangan ilmu kimia modern, para ilmuwan berusaha menjelaskan perihal gas. Perkembangan ilmu kimia modern yang diawali oleh Jabir Ibnu Hayyan, Al-Kindi, Al-Razi sampai Johann Becher, kimiawan telah berusaha mendeskripsikan proses pembakaran. Hingga akhirnya murid dari Johann Becher yaitu Ernst Stahl (1660-1734) mendeskripsikan element gas berjulukan Phlogiston.


masa awal perkembangan ilmu kimia modern √ Runtuhnya Teori Sains : Phlogiston The Pseudo Element


Phlogiston The Pseudo Element


Phlogiston berasal dari bahasa Yunani yang berarti “terbakar”. Saat itu phlogiston diyakini sebagai element yang terdapat di dalam benda-benda yang bisa terbakar. Kaprikornus proses pembakaran ialah proses dilepaskannya element phlogiston ke udara. Kehilangan phlogiston ini menjadikan massa dari suatu padatan atau materi menjadi berkurang.


Konsep sederhana lainnya dari phlogiston ialah pada pembakaran lilin. Jika kita memperabukan lilin di dalam sebuah ruangan tertutup, maka beberapa ketika lilin akan mati dengan sendirinya. Ini disebabkan lantaran phlogiston keluar dari lilin dan memenuhi ruangan, lantaran ruangan penuh oleh element phlogiston maka phlogiston yang masih terkandung di dalam lilin tidak lagi bisa keluar, balasannya api pada lilin akan padam.


Namun kemudian dikenal sebuah reaksi pembakaran yang terjadi pada logam. Reaksi pembakaran pada logam ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada senyawa organik. Pembakaran logam menjadikan massa logam tersebut bertambah. Ini sangat tidak masuk nalar dengan konsep keberadaan phlogiston. Jika pembakaran itu mengeluarkan phlogiston, maka seharusnya massa dari logam akan berkurang sehabis pembakaran, tetapi kenapa kenyataanya tidak?


Ini menjadikan tanda tanya besar pada teori keberadaan teori phlogiston yang diungkapkan oleh Stahl. Walaupun kontroversial wangsit perihal element phlogiston ini bertahan cukup lama. Hingga seorang kimiawan asal Inggris Joseph Pristley (1733-1804) mengungkapkan penemuannya perihal sebuah gas “deplogisticated gas”.


Runtuhnya Konsep Phlogiston


Diawali dari inovasi bahwa pembakaran metal menciptakan massanya bertambah, Pristley (1774) melaksanakan percobaan pembakaran pribadi merkuri, pada masa itu pembakaran dari semua logam disebut kalsinasi. Dan dari pembakaran merkuri dihasilkan merkuri calx, atau yang kita sebut kini sebagai merkuri oksida. Merkuri oksida ini kemudian dipanaskan lagi, dari pemanasan ini disilkan gas. Gas yang dihasilkan ini disebut “deplogisticated gas” oleh Pristley dan dianalisis lebih lanjut.


Uniknya, deplogisticated gas ini ketika dianalisa bisa menciptakan nyala api pada lilin menjadi lebih besar (lebih terang). Gas ini juga memperlihatkan dampak yang menakjubkan ketika dipaparkan pada tikus. Tikus yang menghidup gas ini mempunyai usia lebih panjang dibandingkan tikus yang menghirup udara biasa. Ketika Pristley menghirup gas ini, ia merasa lebih ringan dan segar untuk bernafas dibandingkan udara biasa.


Setahun kemudian Antonie Laurent de Lavoisier (1743-1794) seorang kimiawan asal Perancis yang dikenal dengan temuannya mengenai Hukum Kekekalan Massa, melakukan percobaan yang sama. Ia mendapat hasil yang sama persis menyerupai Pristley. Dengan serangkaian percobaan untuk menganalisis sifat dari gas ini, Lavoisier meyakini semua senyawa asam memerlukan gas ini biar sanggup terbentuk, itulah sejarahnya sehingga gas temuannya ini diberi nama oksigen (oxygen). Nama ini berasal dari bahasa Yunani ‘oxys’ dan ‘genes’ yang berarti “pembentuk asam”.


Gas yang sama juga telah diperoleh oleh seorang eksperimentalist asal Swedia, Carl Wilhelm Scheele (1742-1786). Pada tahun 1773 (setahun sebelum Pristley), Ia telah mendapat hasil gas oksigen yang ia beri nama (fire air: udara api). Temuannya ini ia kirimkan pada forum publikasi perancis namun gres dipublikasikan pada 1775 (dua tahun sehabis penemuannya).


Perkembangan berikutnya dari oksigen dilakukan oleh Lavoisier dimana ia menganalisa bahwa pembakaran merupakan reaksi dengan oksigen. Namun teorinya ditentang oleh para ilmuwan lantaran kalau pembakaran merupakan reaksi dengan oksigen maka apa yang terjadi pada phlogiston? dimana peranan phlogiston? Lavoisier belum menjawabnya.


Traité Elémentaire de Chimie


Pada 1785 barulah Lavoisier menyatakan pendapatnya bahwa:

Kimiawan menciptakan prinsip yang tidak terang mengenai phlogiston, sifat dari phlogiston yang dideskripsikan oleh para kimiawan menyalahi konsep sains dimana sifat dari phlogiston dibuat-buat untuk cocok pada setiap keadaan. Terkadang dikatakan sebagai api yang bebas, kadang dibilang adonan antara api dan tanah, terkadang sanggup melalui pori kecil dan kadang tidak bisa. Terkadang mempunyai massa dan terkadang tidak mempunyai massa. Terkadang berwarna dan adakala tidak berwarna. Terlalu gampang berubah sifatnya tanpa ada alasan yang jelas


Lavoisier telah membukakan mata para peneliti di dunia bahwa ada kemungkinan kalau phlogiston yaitu konsep yang salah. Sejak ketika ia juga fokus untuk menjelaskan keterlibatan Oksigen dalam banyak sekali reaksi kimia yang telah diketahui pada masa itu.


Akhirnya pada 1789 Lavoisier telah mantap dengan segala penjelasannya perihal adanya gas Oksigen ini. Teorinya perihal oksigen ini dituliskan dalam bukunya “Traité Elémentaire de Chimie” yang artinya “Risalah Unsur-unsur Dalam Ilmu Kimia”



Buku ini tak hanya membahas mengenai oksigen tetapi juga mengenalkan konsep element (unsur) dasar yang tidak sanggup dipisah menjadi komponen lain. Saat itu setidaknya ada 30 element yang benar yang telah dideskripsikan oleh Lavoisier. Buku inilah yang akhirnya berhasil memasukkan phlogiston sebagai pseudo element atau unsur yang tidak nyata, hanya perkiraan belaka.


Dari perjalanan para saintis ini untuk mengungkapkan kebenaran dibalik Pseudo Element: Phlogiston, sanggup kita simpulkan bahwa sebuah perkiraan sains yang keliru niscaya akan diruntuhkan oleh sederetan fakta yang ditemukan seiring berjalannya waktu. Namun dalam upayanya para saintis memakai metode yang saintifik, dengan banyak sekali referensi, eksperimen dan publikasi ilmiah.


Untuk sebuah konsep yang tidak terlihat saja, saintis bisa menemukan kebenaran dibaliknya. Ini semua sanggup dicapai dengan metode ilmiah, bukan perkiraan yang asal-asalan. Saintis yaitu orang-orang yang ingin mengetahui cara alam ini bekerja, mereka melaksanakan banyak sekali eksperiment untuk mendapat kebenaran.


Membangun Konsep Sains


Dalam membangun konsep sains yang ilmuwan lakukan bukan menghancurkan teori usang terlebih dahulu tetapi menguji dan menyempurnakan teori baru. Setelah tepat barulah ia meyampaikan teorinya yang lebih baik dalam menjelaskan fenomena alam. Saintis menguji kesalahan teorinya melalui bermacam-macam eksperimen dan metode ilmiah sebelum kemudian mempublish karyanya dalam bentuk buku. Sama persis menyerupai apa yang dilakukan oleh Lavoisier pada teori mengenai phlogiston yang sudah kuceritakan.


Jadi bagi kalian yang merasa mengetahui kebenaran yang lebih ilmiah daripada teori sains yang sudah ada, silahkan menguji teori kalian terlebih dahulu sebelum akhirnya meruntuhkan teori yang telah ada.


Jika melirik pada perdebatan teori bumi datar (Flat Earth Theory), maka saranku yaitu lakukan segala cara untuk menguji teori bumi datar terlebih dahulu. Pertama lakukanlah eksperiment dan pengukuran terkait fenomena alam yang terjadi di bumi. Pertanyaan “Bagaimana terjadinya gerhana matahari dan bulan, berapa jarak bumi bulan dan bumi matahari, bagaimana pasang surut air laut, bagaimana ujung bumi, bagaimana gravitasi, bagaimana menjelaskan aurora dan kalau memang bumi datar maka berapa ketebalannya?”


Jika memang teori bumi datar mampu menjelaskan segala fenomena yang terjadi di bumi dengan baik (atau sangat baik) maka barulah kalian bisa menuliskanya dalam bentuk jurnal ilmiah. Ketika eksperiment dan perhitungan yang dilakukan sanggup diulangi oleh orang lain, bagaimanapun juga teori tersebut akan diakui oleh dunia.


Sumber:




  1. Ball Philip, 2002, The Elements A Very Short Introduction, Oxford University Press, New York.

  2. Wikipedia.org

  3. http://education.jlab.org/itselemental/ele008.html



Gambar:




  1. https://www.highschimney.com/articles//wp-content/uploads/2012/02/Burning-Wood.jpg

  2. https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d9/Antoine_Lavoisier_Trait%C3%A9_%C3%89l%C3%A9mentaire_de_Chimie_1789_Toppage.jpg




Sumber https://mystupidtheory.com