Random post

Saturday, September 15, 2018

√ Pendakian Gunung Fuji Jalur Yoshida (Kawaguchiko)

Yeah! Sebenarnya pendakian gunung fuji ini nggak pernah terlintas di pikiranku. Maksudku, saya suka jalan-jalan tapi bukan pendaki gunung dan terobsesi untuk menginjakkan kaki di dataran tertinggi. Aku lebih ke ikut-ikutan saja selama ada banyak udara segar. Maka siapa tahu kalian traveller sepertiku, sanggup menyimak pengalaman serta tips pendakian gunung fuji yang saya ceritakan di bawah ini:


Kalau bicara obsesi perihal gunung, saya lebih terobsesi untuk menikmati sunrise di gunung (manapun, pendek sekalipun gak papa) dan sunset di pantai dalam satu hari. Artinya saya mau mengikuti siklus gerak matahari selama sehari, hingga ia turun tertutup lautan. Tapi entah kapan sanggup saya lakukan. Eh.. Oke, balik lagi ke dongeng mendaki Fuji!



Rencana Pendakian Gunung Fuji


Oke. Berawal dari Mas Acing senior PPI-Okayama yang mengajak untuk mendaki Fuji-san, hasilnya saya ikutan saja, alasannya yakni memang ketika itu diajak ramai-ramai supaya biaya sanggup lebih irit. Ya kalian tau sendiri kalau udah dengar kata “irit”, murah”, “hemat” dan “gratis”, mahasiswa kasta sudra menyerupai saya ini niscaya eksklusif terhipnotis. Udah menyerupai serangga malam melihat cahaya, eksklusif menyambar. Aku eksklusif baiklah dan setuju untuk berangkat.

Akhirnya diskusi dilanjutkan di group Line. Karena saya belum pernah mendaki gunung sama sekali, saya benar-benar nggak tahu informasi penting apa yang harus saya punya. Untungnya ada Mas Acing dan Mappe yang punya pengalaman mendaki gunung ketika mahasiswa dulu, dari mereka semua informasi dibagikan di Line. Mas Acing yang sudah usang di Jepang memimpin tim dan menentukan Pendakian Gunung Fuji Jalur Yoshida yang melalui stasiun Kawaguchiko.



Banyak yang bilang kalau mendaki gunung fuji perlu latihan, persiapan fisik dan kesiapan mental. Aku kan enggak paham, jadi di pikiranku pokoknya kalau Mas Acing dan Mappe bergerak, saya tinggal ikutin. Gitu aja. Kemudian dari perlengkapan, saya pinjam aja ke teman-teman. Tas saya pinjam ke Mappe sedangkan senter kepala saya pinjam Puteri. Selebihnya sih barang-barang biasa untuk travelling.


Awalnya yang berencana gabung dalam tim Mendaki Gunung Fuji ada lima orang, tetapi pada hari H dua orang mengundurkan diri dan sisanya ialah Aku, Mas Acing dan Mappe. Tentu saja dari ketiganya saya yakni Si amatir dan merepotkan. XD


18 Kippu Okayama-Kawaguchiko


Pertama perjalanan dari Okayama menuju Kawaguchiko kami tempuh dengan memakai tiket kereta berjenis 18kippu (JyuHachiKippu). Kalau berada di Jepang kalian harus tahu perihal  Ultra Sudra Level Ticket ini, dengan tiket ini kita hanya sanggup mengakses kereta api JR biasa dan local train. Tapi sisi baiknya yakni harga tiket ini sekitar ¥12.000 untuk lima tiket yang sanggup dipakai dua orang atau lebih. Keren kan? Perjalanan dari Okayama menuju Kawaguchiko ditempuh dalam waktu sekitar 13 jam. Cukup melelahkan walaupun kenyataanya kami hanya tidur di kereta. Oh ya, dalam perjalanan ini Mas Acing membawa seluruh anggota keluarganya, jadi kami ditemani oleh dua orang bocah yang lucu, sangat mewarnai perjalanan ini.

Foto perjalanan di kereta:



 



 


Penginapan K’s House


Setelah itu kami berjalan ke penginapan K’s House yang telah dipesan oleh Mas Acing. Harganya tidak mengecewakan miring, hanya sekitar ¥3.300/malam. Penginapan ini jenisnya share-house. Makara bergotong-royong di pengingapan ini kita sanggup masak pakai peralatan dapur yang udah disiapkan, dengan begitu akan lebih irit, tapi lokasi penginapan jauh sekali dari toko sembakau, jadi  kami lebih menentukan makan di kombini (convinience store macam Alvamart). Beberapa foto di penginapan:












Hoax level 999


Danau Kawaguchi


Pagi hari kami tetapkan untuk jalan-jalan ke Danau Kawaguchi (河口湖). Rencana perjalanan kami ialah mendaki gunung Fuji pada sore hari, jam 5, jadi dari pagi hingga siang kami akan berjalan-jalan. Di Danau Kawaguchi ini Mas Acing membawa keluarganya jalan-jalan menikmati danau, sedangkan saya dan Mappe terobsesi memotret gambar bagus.


Ohh.. Ya, Mappe ini sudah usang berkecimpung dalam dunia fotografi,  bahkan sudah menang beberapa kontes foto, jadi sanggup dibilang fotografer handal. Makara saya beruntung banget, udah ada pendaki berpengalaman, dan fotografer handal, jatahku cuma berpose aja biar dapa foto bagus. Ini beberapa foto keren yang kami dapat:





Sponsored by Lawson


Setelah di sekitar danau selama satu jam lebih, kami tetapkan untuk istirahat menunggu jam 4 sore untuk persiapan pendakian gunung fuji jalur yoshida. Mas Acing sekeluarga kembali ke penginapan, sedangkan saya dan Mappe nggak sanggup lagi beristirahat di penginapan alasannya yakni hanya bayar penginapan untuk satu malam.  Jadi selanjutnya kami nongkrong (ngegembel) di depan Lawson (convinience store). Ini melengkapi status sebagai traveller level sudra. Beberapa kreativitas yang terekam kamera:












Sponspored by Lawson

Jam lima sore kami sudah siap di stasiun Kawaguchiko, menunggu bus untuk menuju ke garis start pendakian. Di sini kami bertemu dengan cewek Australia yang juga akan mendaki, ia bilang  gugup alasannya yakni ini akan jadi pendakian pertamanya.  Saat itu juga, Mas Acing tanya ke aku;


“Kamu pernah mendaki sebelumnya Fuzh?”

“Ini juga pendakian pertama saya Mas” Aku nggak menghitung pendakian di Bromo.

“Ada penyakit pernafasan Fuzh?”

“Nggak ada sih” Aku jawab dengan yakin nggak akan ada masalah.


Kemudian kami naik bus, kebetulan ketika itu saya sempat ngombrol panjang lebar dengan orang irlandia yang duduk di sebelahku. Kami ngombrolin perihal kehidupan di Irlandia yang cukup menarik. Aku bahkan nggak sadar kalau bus sudah hingga di lokasi.



Nah di start awal ini saya sangat was-was dan khawatir. Langit-nya mendung gelap soalnya, jadi ada kemungkinan hujan, atau mendung terus. Aku sih nggak ada problem kalau hujan, yang saya paling takutkan itu kalau sesudah hingga di puncak kemudian mendung dan kami tidak sanggup melihat sunrise. Soalnya itu pengalamanku dulu waktu mendaki Bromo.


Mulai Pendakian Gunung Fuji


Sebelum mendaki kami akan sholat Magrib jamak Isya’, ada yang lucu disini, sebelum kami tiba, kami melihat ada rombongan lain yang sholat, nah.. Rombongan ini kiblat-nya itu berlawanan dengan yang saya cek pakai kompas HP-ku. Kemudian sesudah mereka selesai sholat, gantian kami yang sholat, beberapa dari mereka sadar dan bilang “Wahh.. Iya.. kita tadi kok salah yah arah kiblatnya?”. “Yah.. Sudah terlanjur, Allah ngerti kok kalau kita nggak tahu” jawab temannya. Kebetulan itu dalam bahasa Indonesia. Aku pribadi nggak ngerti Fiqh perihal hal ini. Hanya saja ini masalah yang menarik untuk diceritakan. 🙂


Persiapan selanjutnya sebelum melangkah ke pendakian gunung fuji ialah membuka bekal masakan yang disiapkan Mbak Mila, istrinya Mas Acing. Bekal masakan isinya lemper! Karena Mas Acing dari Makassar maka disebutnya gogos! Gogos goes to Fuji! XD



Setelah perut penuh, stamina oke, ibadah komplit, Bismillah.. Kami lakukan pendakian. Jalur Yoshida ini rutenya menyerupai ini:



Jadi di awal pendakian, jalurnya sangat landai, hampir tidak terasa ada tanjakan. Tapi anehnya gres berjalan beberapa menit dari start awal ini, saya udah kecapean. Bahkan di start awal ini saya sudah merasa “Waduh.. Bisa nggak hingga puncak nihh kalau begini”, tapi menyerupai prinsip di awal, asalkan Mas Acing dan Mappe bergerak saya ikutin.


Tak berapa usang sesudah melewati stasiun ke-6, senter Mas Acing mulai meredup dan hampir padam, masalahnya senter yang ia bawa tidak ada batre cadangannya. Makara alasannya yakni senterku yang paling terang, maka saya ambil posisi di tengah, jadi semuanya sanggup mampu cahaya senter.











Stasiun ke 7 Gunung Fuji

Pada tanjakan ke-8 barulah terlihat perbedaan kecepatan menanjak, Mappe melaju duluan alasannya yakni tidak sanggup berjalan lambat, sedangkan saya berjalan santai mengikuti Mas Acing dan menyenterin jalannya. Jauh beda dari perkiraanku, ternyata gampang sekali melalui tanjakan di Gunung Fuji ini. Aku malah merasa lebih capek ketika medannya landai menyerupai sebelumnya.


Medan pendakian gunung fuji ini berupa pasir, jadi saya sendiri tetapkan kalau menginjak watu yakni solusi terbaik. Sepanjang pendakian saya selalu menginjak batu, resiko dari menginjak watu ini ialah bila ternyata batu-nya tidak cukup kokoh pada posisi-nya, kita sanggup terjatuh, tapi manfaatnya ialah pijakan kaki sanggup mantap jadinya kita sanggup lebih cepat jalannya. Trik lainnya ialah ketika menghadapi tanjakan yang sangat miring, saya eksklusif merayap ke atas, jadi memakai tangan dan kaki untuk naik. Sejauh yang saya lihat trik ini sangat sukses buatku, soalnya saya beberapa kali naik melewati beberapa rombongan. Bahkan saya sempat naik-turun alasannya yakni terpisah dari Mas Acing dan Mappe.


Banyak yang bilang kalau angin, angin puting-beliung dan hujan di puncak Gunung Fuji ini sangat mengerikan. Bahkan banyak yang gagal mencapai puncak gunung alasannya yakni memang sedang ada badai. Untungnya di stasiun ke-8 kekhawatiranku kalau bakalan mendung, angin puting-beliung ataupun hujan udah hilang. Langit di stasiun ke-8 sangat cerah. Bahkan saya sempat melihat beberapa bintang jatuh. Keren banget!


Baca Juga: Melihat Kembang Api di Jepang


Setelah hingga di puncak, saya eksklusif menuju ke toilet, dan antri di puncak ini sangat panjang. Sementara saya antri toilet, Mappe sudah keliling mencari posisi manis untuk memotret sunrise. Mas Acing beberapa menit kemudian berbaris juga dibelakangku untuk ke toilet.


Setelah dari toilet saya eksklusif menuju ke spot yang didapat Mappe, spotnya emang manis sih ada semacam gapura gitu. Keren lahh.. Masih ada sekitar satu setengah jam sebelum sunrise, saya tetapkan untuk tidur walaupun kondisinya sangat dingin. Aku tidur sekitar 45 menit, sesudah itu bangkit dan sholat shubuh berjamaah. Selesai sholat shubuh kami sudah siap untuk mengambil gambar terbaik sunrise di gunung Fuji.


Hanphoneku hanya berhasil mengambil dua gambar kemudian batrenya mati total. Temperatur yang sangat masbodoh menciptakan batre HP cepat sekali habis, ini sudah pernah terjadi sebelumnya ketika saya kemah di pegunungan tempat Malang. Makara saya eksklusif maklum. Ini foto yang berhasil saya ambil:













IG: @huda.tnt

Setelah tubuh terasa hangat, dan puas foto-foto, kami berdiam di atas, hanya sekedar menunggu satu orang bergerak untuk turun. Dan Mappe yang mulai bergerak turun, saya mengikuti disusul oleh Mas Acing. Ini beberapa foto di puncak yang diambil dari kamera Mappe:



 


Perjalanan turun dari Gunung Fuji ini yakni momen paling tidak menarik buatku. Perjalanan turun ini dibentuk rute zig-zag yang landai. Mungkin ini setting yang manis buat semua orang jadi sanggup dengan santai menyusuri rute turun. Tapi nggak tahu sepatuku yang nggak pas atau emang cara jalanku yang salah, kakiku sakit banget pas dibawa turun ini. Bagian jari telunjukku terkelupas kulitnya alasannya yakni tergesek permukaan sepatu. Karena udah sakit banget, hasilnya saya putuskan untuk turun lebih cepat, sehingga lekas menyudahi penderitaan ini.


Alhamdulillah.. Akhirnya pendakian gunung fuji jalur yoshida selama 13 jam selesai juga.. Thanks banget buat Mas Acing sekeluarga yang sudah mengajak saya gabung mendaki Gunung Fuji. Sebuah pengalaman luar biasa. Thanks Mappe foto-foto-nya, dan Thanks buat Lawson sudah menyediakan toilet dan tempat istirahat gratisan.


“Terkadang jalan yang begitu terjal dan mengerikan membuatmu tertantang dan bergerak lebih cepat, sedangkan jalanan yang landai dan nyaman membuatmu lelah dalam kebosanan”


Thanks sudah baca.. Silahkan share kalau ini menarik… Selanjutnya saya akan membuatkan pengalaman Summer Camp Bersama Anak-Anak Kecil di Jepang.


Picture by: @mappretz



Sumber https://mystupidtheory.com