Download Buku Pendidikan Karakter Kerja Untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan SMK
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu sekolah menengah yang mempersiapkan akseptor didik untuk sanggup bekerja dalam bidangnya masing-masing. Sekolah Menengah kejuruan dibangun dengan tujuan untuk membentuk tenaga kerja yang trampil, kompetitif, dan berkompetensi semenjak dini; sehingga akseptor didik lulusan Sekolah Menengah kejuruan sudah siap bekerja sesuai bidangnya atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Keberhasilan sekolah merupakan ukuran mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dan sejauh mana tujuan itu sanggup dicapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah. Atas dasar keberhasilan sekolah lalu dikenal sekolah unggul dan sekolah bisaa-bisaa yang mengacu pada sejauh mana suatu sekolah sanggup mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yag telah ditetapkan. Sekolah yang baik sebab manajemen sekolah itu efektif; sementara suatu sekolah bisaa-bisaa, bahkan buruk, sebab manajemen sekolahnya tidak efektif.
Sekolah dengan manajemen yang efektif yaitu sekolah yang sanggup mengeluarkan sebanyak-banyaknya lulusan sukses hidup di masyarakat tanpa membedakan latar belakang pendidikan dan ekonomi keluarganya. Dalam masalah SMK, sekolah ini sanggup disebut mempunyai manajemen yang efektif jikalau lulusannya sanggup bekerja pada bidang-bidang yang menuntut keahlian, berwirausaha secara layak, atau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari sebanyak-banyaknya siswa tanpa membedakan latar belakang pendidikan dan ekonomi keluarganya. Hasil- hasil penelitian menunjukkan, bahwa manajemen Sekolah Menengah kejuruan yang efektif sebab sekolah- sekolah ini telah melaksanakan manajemen efektif pada semua urusan sekolah. SMKN 1, SMKN 3, dan Sekolah Menengah kejuruan Pasundan 1 Kota Bandung merupakan tiga Sekolah Menengah kejuruan yang baik sebab mengimplementasikan model manajemen mutu, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun penjaminan mutu manajemen (Herawan, Kurniady & Sururi, 2017). Sekolah Menengah kejuruan PIKA (Semarang) dan Sekolah Menengah kejuruan Kristen St. Mikael (Surakarta) merupakan dua Sekolah Menengah kejuruan yang baik dikarenakan telah melaksanakan manajemen efektif pada semua urusan sekolah, yaitu: manajemen organisasi, manajemen kurikulum, manajemen pembelajaran, manajemen pendidik, manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan dan pembiayaan, manajemen administrasi, manajemen regulasi, manajemen lingkungan dan budaya kerja, dan manajemen kerjasama dan kemitraan. Semua manajemen ini dilakukan dengan memenuhi kelima prinsip manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan pengontrolan. Pelaksanaan manajemen efektif ini menciptakan Sekolah Menengah kejuruan yang diteliti bisa menghasilkan lulusan berprestasi dan sesuai dengan kebutuhan dunia perjuangan dan dunia industri (DU/DI) (Setiawatty, 2011).
Faktor lainnya yang sangat penting bagi manajemen sekolah yang efektif yaitu nilai-nilai abjad moral dan abjad kerja yang ditanamkan kepada siswa. Dalam masalah SMK, abjad moral dan kerja apa saja yang penting bagi peningkatan kualitas lulusannya?
Pendidikan abjad merupakan salah satu aspek mendasar dari keseluruhan sistem pendidikan, sebab pada hakekatnya pendidikan yaitu memanusiakan manausia. Konferensi Dhakkar menghasilkan empat kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan, yakni learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together (Aspin & J.D. Chapman, 2007: 2). Terlebih-lebih dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan agama dan abjad menduduki peranan yang sangat penting dan strategis. Dalam UUSPN Bab II pasal 3 disebutkan: Pendidikan nasional berfungsi membuatkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi akseptor didik semoga menjadi insan yang berîman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan abjad merupakan salah satu aspek mendasar dari keseluruhan sistem pendidikan, sebab pada hakekatnya pendidikan yaitu memanusiakan manausia. Konferensi Dhakkar menghasilkan empat kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan, yakni learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together (Aspin & J.D. Chapman, 2007: 2). Terlebih-lebih dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan agama dan sopan santun (karakter) menduduki peranan yang sangat penting dan strategis. Dalam UUSPN Bab II pasal 3 disebutkan: Pendidikan nasional berfungsi membuatkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi akseptor didik semoga menjadi insan yang berîman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jika mengacu kepada UUSPN, maka pendidikan nasional Indonesia seharusnya sarat dengan pembelajaran yang berdimensi agama dan karakter. Untuk itu perlu dicari solusi bagaimsiswaah mendekatkan praktek pendidikan dengan perundang-undangan, jangan hingga praktek pendidikan itu mengkhianati amanat perundang-undangan.
Sementara Kemdiknas (2010) telah merumuskan sebanyak 18 nilai yang perlu dihidupkan di sekolah, yakni: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangan kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Kemudian dalam standar kompetensi lulusan sekolah terdapat 21 karakter, yakni: mengamalkan fatwa agama, memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, percaya diri, taat hukum sosial, memahami keragaman agama dan sosial- budaya, rasa ingin tahu (curiosity), bisa berpikir produktif, mandiri, bisa menganalisis dan memecahkan dilema kehidupan, bisa mendeskripsikan tanda-tanda alam dan sosial, memanfaatkan lingkungan secara bertanggung-jawab, menerapkan nilai-nilai kebersamaan, menghargai seni-budaya nasional, bisa berkarya, higienis dan sehat, berkomunikasi efektif dan santun, memahami hak dan kewajiban, gemar membaca dan menulis, berbahasa Indonesia secara baik dan benar serta berbahasa Inggris, mempunyai pengetahuan dasar untuk studi lanjutan, dan mempunyai jiwa kewirausahaan.
Kajian akan difokuskan pada pembentukan abjad kerja bagi lulusan SMK. Sebagaimana diketahui Sekolah Menengah kejuruan mempunyai 9 bidang keahlian, yakni : (1) teknologi dan rekayasa, (2) energi dan pertambangan, (3) teknologi gosip dan komunikasi, (4) kesehatan dan pekerja sosial, (5) agribisnis dan argoteknologi, (6) kemaritiman, (7) bisnis dan manajemen, (8) pariwisata, dan (9) seni dan industri kreatif (Dirjen Dikdasmen, 2017). Pertanyaannya, bagaimsiswaah abjad kerja lulusan Sekolah Menengah kejuruan pada 9 bidang keahlian?
Tentu ada abjad kerja yang sama di antara 9 bidang keahlian Sekolah Menengah kejuruan tersebut, tapi tentu ada juga abjad khas bagi bidang keahlian tertentu. Contoh kasus, SDM bidang pariwisata sangat diharapkan dunia usaha. Direktur Pembinaan SMK, M. Bakrun, menyebutkan dunia perjuangan membutuhkan sebanyak 707.000 SDM di bidang pariwisata, tapi lulusan Sekolah Menengah kejuruan bidang ini gres mencapai 82.000 orang. Di sisi lain, lulusan Sekolah Menengah kejuruan bidang bisnis dan manajemen kebanyakan menganggur. Harian PR pada 6 April 2018 mengutip pandangan pimpinan dewan perwakilan rakyat yang menyatakan bahwa 65% lulusan Sekolah Menengah kejuruan bidang keahlian bisnis dan manajemen menganggur. Lebih jauhnya diungkapkan, jumlah lulusan Sekolah Menengah kejuruan Bisnis dan Manajemen semenjak 2016 telah mencapai 348.000 orang. Sedangkan dalam periode yang sama, kebutuhan negara di bidang itu hanya sekitar 119.000 orang atau sekitar 34 persen dari jumlah lulusan tersebut. Dengan demikian, sebanyak 229.000 orang atau sekitar 65,8 persen lulusannya kemungkinan besar telah menjadi pengangguran atau bekerja tak sesuai kompetensi." Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seharusnya segera megambil kebijakan sempurna untuk mengantisipasi terus bertambahnya kelebihan SDM pada bidang tersebut. dewan perwakilan rakyat memperlihatkan beberapa rekomendasi terkait kegiatan revitalisasi Sekolah Menengah kejuruan dan satuan pendidikan, antara lain dengan mengevaluasi jumlah kegiatan studi di Sekolah Menengah kejuruan dan menyesuaikan kebutuhan industri dengan masyarakat (Ferdiansyah - Wakil Ketua Komisi X dewan perwakilan rakyat RI, 2018). Tentu saja lulusan bidang ini harus lebih dikembangkan abjad kerja kewirausahaan. Bidang-bidang keahlian lainnya tentu membutuhkan karakter-karakter kerja khas sesuai bidang keahliannya.
Berikut yaitu tautan Download Buku Pendidikan Karakter Kerja Untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan SMK:
Download Buku Pendidikan Karakter Kerja Untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan SMK
Demikian gosip Download Buku Pendidikan Karakter Kerja Untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan SMK. Semoga bermanfaat.
Sumber: PSMK Sumber http://www.informasiguru.com