Random post

Wednesday, March 8, 2017

√ Potret Pendidikan Di Indonesia

Dunia Pendidikan Indonesia hingga dikala ini dipandang belum bisa menghasilkan output yang berkualitas dan bisa bersaing dengan hasil pendidikan di negara-negara maju. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Organisasi kerjasama dan pembangunan Eropa OECD yang diambil menurut hasil tes di 76 negara yang menempatkan Indonesia ada di peringkat 69 . Sementara itu peringkat 1-10 diduduki oleh 1) Singapura, 2) Hongkong, 3) Korea Selatan, 4) Jepang, 5) Taiwan, 6)Finlandia, 7) Estonia, 8) Swiss, 9) Belanda , 100 Kanada.

Banyak faktor yang menimbulkan kualitas dunia pendidikan Indonesia yang rendah. Salah satunya yaitu struktur kurikulum di Indonesia yang terlalu berat dengan begitu banyak mata pelajaran sehingga beban siswa untuk mempelajari semua pelajaran sangat tinggi. Belum lagi faktor guru juga sarana dan prasarana yang belum memadai. Lihatlah di pelosok pedesaan terdapat banyak sekolah yang buruk dan hanya terdapat 2 atau tiga guru saja yang mengajar.

Tulisan saudari Nazwa Safira di Facebook ihwal pendidikan di Indonesia barangkali bisa membuka mata kita mengapa dunia pendidikan kita begitu ketinggalan. Sebagai seorang pendidik, saya merasa apa yang dipaparkan saudara Nazwa Zafira ada benarnya. Kita tentu tak bisa mengubah kondisi tersebut lantaran urusan mata pelajaran yaitu kebijakan nasional, tapi setidaknya goresan pena tersebut bisa menjadi materi renungan kita semua.

Inilah goresan pena Nazwa Zafira selengkapnya:

Belajar di Sekolah Menengan Atas di Indonesia, setahun libur cuma 7 ahad gak lebih.. Masuk jam 06.30 keluar jam 15.00. Mata pelajaran kurang lebih 16 untuk umum, 27 untuk pesantren. Ujian mulu sampe ujian akhir aja 4 kali. Apalagi ditambah pr-pr dan kiprah yang seringkali bikin kita rasanya mau mati.
Nah, pas lulus, sujud syukur bgt deh bisa masuk ptn (just ptn, bukan UI ITB aja udh seneng bgt) gak kebayang masuk univ fovorit dunia kyk Harvard, Cambridge, MIT, London, Free Berlin, atau University of Tokyo.. Jangankan itu, masuk NUS Singapore atau Nanyang atau Universiti Malaysia aja niscaya frustasi duluan deh. Itupun dapetin ptn susahnya minta ampun, mesti les sana sini dgn biaya jutaan, berguru mati-matian pergi pagi pulang malem udah kayak Bang Toyib (mending Bang Toyib pulang-pulang bawa duit). Sabtu pun belajar, ahad ngerjain PR. Sampe-sampe gak sadar mereka itu insan atau robot.
Pas kerja, interview sana-sini gak dapet-dapet bahkan untuk beberapa lulusan UI, ITB, UGM, dan ptn-ptn lainnya. Sedangkan jikalau orang bule yang ngelamar eksklusif cus deh. Mereka dengan mudahnya nempatin posisi2 teratas spt CEO, Kadiv, dll. Sementara kita, jadi manager atau supervisor aja udah syukur-syukur deh.. walau ada beberapa yang bakal jadi petinggi juga.
Pas baca koran dan browsing di internet, ternyata kita sadar yang punya perusahaan-perusahaan multinasional itu bukan orang Indonesia. Orang Indonesia paling-paling cuma jadi Direktur Regional Indonesia atau mujur-mujur kepingan ASEAN. Gak jarang juga yang menduduki jabatan itu malah orang asing. Atau lebih mujur lagi yang diriin sendiri perusahaannya, tapi yang menyerupai ini paling juga sukses di Indonesia doang..
Pasti iri dong sama orang-orang ajaib dari Amrik, Jerman, Inggris, Jepang, Korea, dll..
Kok mereka bisa sukses sih? Kok bisa jadi adidaya? Padahal bawah umur Indonesia sering bulak-balik bawa medali olimpiade sains internasional. Padahal... (baca paragraf pertama sebagai perbandingan) saya punya temen dari Amerika, kini sudah jadi eksekutif perusahaan multinasional terkenal. Katanya..
Di Sekolah Menengan Atas ia dan SMA-SMA lainnya di Amrik, banyak liburnya.. setahun kurang lebih 5bulan.
Di Sekolah Menengan Atas ia dan SMA-SMA lainnya di Amrik, masuk jam 08.30 keluar jam 15.50.
Di Sekolah Menengan Atas ia dan SMA-SMA lainnya di Amrik, mapel hanya ada 7
Di Sekolah Menengan Atas ia dan SMA-SMA lainnya di Amrik, ujian akhir setahun cuma sekali. Gak pernah dia dapet ulangan tengah semester atau ulangan semester.
Kok bisa sih mereka semua jadi pemimpin-pemimpin dunia? Padahal di Indonesia, berguru sudah paling lama, mata pelajaran sudah paling lengkap, PR dan tugasnya sudah paling meribetkan, dan ujian sudah paling sering, Les pun sudah paling rajin.
Jawabannya ada pada sistem pendidikan dan diri kita sendiri.
Dulu dikala Taman Kanak-kanak dan SD kita semua lancar menjawab dikala ditanya apa impian kita. Tapi sekarang? Pasti kita jumpai berbagai remaja-remaja yang justru resah akan impian mereka bahkan tidak jarang bagi mereka yang cerdik juga bingun atau ragu dengan impian mereka. Apa sebabnya? Bisa jadi lantaran sistem pendidikan kita yang salah. Sistem kita menuntut kita untuk mempelajari semuanya namun tidak mendalami satu pun. Inilah yang menciptakan mereka yang mengejar nilai resah akan cita-citanya lantaran sudah dibuat semenjak awal tidak memiliki tujuan, sudah dibuat tidak mendalami apa yang mereka cita-citakan.
Apa yg mereka dapatkan dari sekolah yaitu sukses hanya dengan sebuah kertas ujian and just reading your book to be success. Padahal jikalau sudah kerja, biar sukses harus melaksanakan hal-hal kompleks spt kemampua berkomunikasi, kemampuan membentuk ide, dll.
Apa yg mereka dapatkan dari sekolah yaitu materi yang akan mereka lupakan lantaran tidak terpakai dikala mereka bekerja. Apakah seorang atlet sepakbola yg sukses perlu mempelajari strukur sel basil utk menjadi sukses? Apakah seorang dokter andal bedah yg sukses perlu berguru menghitung percepatan setripetal semoga menjadi sukses? Justru sebaliknya, mereka yang ingin sukses sebagai arsitek seharusnya lebih mendalami ilmu fisika dan bangunan, bukannya malah mendalami lantaran revolusi Prancis, dll. Lah ini kok kita ingin bangkit rumah kok dikasihnya malah pensil, penghapus, rautan atau istilahnya kita mau ngapain kok gadapet apa yg kita butuhkan malah dapetnya hal yang gadibutuhi. Ya niscaya dubuang.
Back to the topic, sobat saya bilang yang membedakan Sekolah Menengan Atas di Amrik dan di Indonesia yaitu semenjak SMP, siswa/i di Amerika disuruh menentukan keputusannya sendiri. Dengan sistem moving class, istilahnya kita boleh menentukan ingin masuk ke kelas Fisika atau Biologi pada jam ini. Atau ingin masuk ke kelas Sejarah atau Matematika pada jam selanjutnya. Kaprikornus diadaptasi dengan minat talenta kita mau itu kita hanya masuker ke kelas Sejarah 1x pertemuan seminggu atau 3x atau lebih itu tergantung keputusan kita. Kaprikornus apabila ingin jadi dokter yg sukses ya kita bisa ambil kelas biologi lebih sering dari kelas mata pelajaran lainnya. Sehingga, semenjak Sekolah Menengah Pertama orang Amrik sudah terfokus pada bidang yang mereka inginkan untuk kerja di dalamnya. Dan dikala kerja mereka sudah punya persiapan semenjak kecil.
Maka dari itu ayo benahi sistem pendidikan kita dan mulailah fokus terhadap apa yang dicita-citakan mulai dari kini jikalau kita semua mau Indonesia merdeka secara ekonomi!

Sumber http://selalusiapbelajar.blogspot.com