Random post

Wednesday, March 6, 2019

√ Bang Bing Bung Yuk Kita Nabung



Bang..bing..bung.. Yuk kita

Nabung.. Itu potongan dari lirik lagu yang dibawakan Tina Toon di kurun 95-an.

Mungkin belum dewasa kini tidak ada yang mengenal lagu ini. Lagu ini merupakan

lagu yang  menarik, coba saja kita ingat

liriknya;




“Bang Bing Bung Yuk Kita nabung”

(ayo!)


“Bang bing bung yuk jangan

dihitung” (Lho kenapa?)


“Nanti tahu-tahu kita dapat

untung” (Untung dari mana? Korupsi yahh? (>,<)




Secara tidak pribadi lagu ini

mengajarkan kita untuk korupsi. Bagaimanapun juga, kita harus mendapatkan bahwa

lagu ini  mengajarkan untuk menabung,

yang gila adalah  ketika kita diajak

untuk jangan menghitung, bagaimanapun kita harus menghitung jumah uang pribadi

kita, jangan hingga tercampur dengan uang amanah, atau uang rakyat dan uang

Negara. Setelah jangan dihitung kita dijanjikan bahhwa tahu-tahu sanggup untung,

ini benar-benar konsep koruptor, ketika uang kita tercampur dengan uang orang

lain atau uang amanah, dan kita lupa jumlahnya, maka sedikit banyak kita akan

melihat jumlah yang besar dan menganggap itu uang kita, padahal tidak

sepenuhnya milik kita. Yahh.. Itu analisa versi  Saya yang telah kuliah S1 MIPA. Dan kini Anda

 tahu penyebab Tina Toon minggat ke

Singapura(Silahkan anda interpretassikan!). Ini HANYA LELUCON!




Oh ya, ngomong-ngomong tentang

menabung, Saya punya perjalanan panjang perihal menabung.  Karir menabung Saya berawal semenjak duduk di

bangku sekolah dasar, ketika itu Saya dibelikan celengan oleh Orang renta Saya.

Alangkah senangnya Saya, ketika mendapatkan celengan itu. Sejak pertama kali

mendapatkannya,  telah menjadi obsesi Saya

untuk memenuhi celengan itu. Saya menabung setiap hari, Saya bahkan tidak

berjajan demi menabung, menabung dan menabung lagi. Tapi obsesi itu hanya

bertahan tidak lebih dari empat minggu, dan karir menabung Saya berakhir dengan

tewasnya seekor ayam plastik dengan gorokan dibagian leher dan keluarnya isi

perut Ayam.




Massa-masa Sekolah Menengah Pertama Saya tidak perlu menabung. Saya tidak lagi perlu menabung, Saya

hanya perlu meminta apapun yang Saya inginkan kepada orang renta Saya, dan pasti

dibelikan!.  Sebagai karmanya Saya tidak

akan menerima sangu sebulan penuh atau mungkin 2bulan penuh bila barang yang Saya

beli terlalu mahal. Seperti ketika Saya minta belikan Bat tenis meja yang

sangat mahal(menurut Saya) maka Saya pribadi dibelikan, dan sebagai gantinya Saya

tidak menerima sangu 2bulan peenuh. 

System sangu dari orang renta Saya ialah sangu bulanan, sehingga terserah

untuk beli apapun uang itu yang niscaya tidak akan ada embel-embel sangu. Dan Saya

berhasil melalui masa-masa Sekolah Menengah Pertama tanpa sepeserpun tabungan. Hanya ada Bet Tenis

Meja, satu Bet yang berharga, Seharga 2bulan uang saku..










Tabunganku Sekarang




Saya kembali dipaksa menabung Di Sekolah Menengan Atas tepatnya ketika Saya kelas 3SMA, itu karena

orang renta ingin Saya menjadi anak yang sanggup mengatur keuangan. Tapi Saya

terlalu jenius untuk mengatur Uang, 500.000 yang diisi orang renta Saya kembali

ludes dalam sebulan per tama. Dan orang renta Saya tidak pernah mendidik Saya

dengan suplai uang foya-foya lagi. Tabungan Saya kandas, tidak ada transaksi

Hingga Saya Lulus Sekolah Menengan Atas dan Kuliah.












Celengan dari botol bekas, yang penting rajin diisi aja


Setelah kuliah Saya tak pernah

punya tabungan yang cukup di Bank. Saya kecewa alasannya yaitu setiap tabungan Saya

dipotong oleh bank. Artinya Saya sesungguhnya berhassil menyisihkan uang

10.000/bulan tapi alasannya yaitu di debet 10.000/bulan maka hilanglah uang itu. Dan

oleh alasannya yaitu kekecewaan itu, Saya menabung dengan cara Saya sendiri.




Mahfuzh TnT


Sumber https://mystupidtheory.com