Random post

Tuesday, February 19, 2019

√ Rumah Pohon Piring Daun


Salah satu hobiku yaitu menikmati alam bebas. Aku sangat bahagia dengan kegiatan di alam bebas, memancing, berenang memanjat dan banyak acara lainnya. Rumahku aslinya di Kalimantan Timur, sempurna di sekitar rumah saya itu dahulunya yaitu hutan, walaupun ketika ini digusur untuk pembangunan kawasan tinggal dan tambang batubara.  Saat awal tinggal di rumahku, itu sangat menakutkan sekaligus sangat ngangenin. Setiap sorenya saya akan melihat monyet-monyet yang bergelantungan berpindah ke sarang mereka, ketika malam ada siul burung hantu dan jangkrik di sekitar rumah, dan paginya kicauan burung-burung kecil yang bertengger di pohon rambutan dan jambu air.Hobiku berjalan-jalan menikmati alam bebas ini sudah berawal dari masa kanak-kanakku.




Itu Siang yang panas, terik ibarat di gurun gobi yang ada di buku IPS SD. Aku masih kelas 3SD, masa-masa ketika kelakuanku unik. Aku sedang bermain masak-masakn dengan kakakku yang cewek, alasannya yaitu disekitar rumah tidak ada anak pemuda yang bisa saya ajak bermain. Dalam permainan masak-masakan kami memakai api sungguhan, sayur sungguhan dan praktik masak sungguhan, hanya saja wajan dan piringnya kami gunakan tutup biskuit khongguan dan tutup kaleng susu. Dalam hal ini kami sudah cukup profesional dalam pembagian tugas-tugas. Kakakku yang perempuan terang harus memasak, ia menyiapkan garam, gula dan air higienis sebagai materi masakan. Sedangkan saya berkeliling hutan mencari-cari flora pakis, atau kangkung air di sekitar rawa untuk dijadikan sayuran. Setelah materi terkumpul maka, kami campurkan, aduk-aduk dan makan. Apapun rasanya itu selalu habis.







Berbeda  Koki, berbeda pula masakannya. Terkadang Aku bermain bersama bawah umur pemuda di kampung bab bawah. Kami ke hutan menangkap burung dengan ketapel dan perangkap atau sekedar mencari melinjo untuk kami bakar. Jika bermain masak-masakan dengan para pemuda ini, maka yang akan kami buat yaitu burung bakar, atau apapun yang bisa pribadi dibakar dan dimakan.




Pernah suatu siang saya pulang dari sekolah. Kemuudia Ibuk murka padaku.




“Adek ini makan tadi pagi piringnya nggak dicuci! Ini rumah juga belum disapu. Ini semua khan tugasnya adek!” Aku dipanggil adik alasannya yaitu memang yang paling kecil ketika itu.


“Iya mi, nggak usah disapuI aja coba, nanti juga kotor lagi. Itu juga cucian piring nanti juga numpuk lagi” itu saya yang badung masih menjawab teguran ibuk


“Yasudah.. Klau gitu kau makan nggak usah pakai piring, pakai daun aja! Ini juga baju-baju kau nggak usah disetrika, nanti juga kusut lagi”




Saat mendengar kemarahan ibuk itu, Aku pribadi sedih. Terbesit impian untuk kabur dari rumah. Aku merasa bahwa diriku bisa bertahan hidup, saya sudah punya cukup skill. Aku bisa berkebun, mencari buah, menangkap burung, dan memasak. Kesemua keahlian yang saya miliki itu akan membuatku mempu bertahan hidup.




Awal minggat yang saya pikirkan yaitu saya butuh kawasan tinggal. Aku perlu kawasan untuk istirahat dan berteduh. Dengan kemampuanku yang sudah dilatih ayah dari kecil saya sanggup menciptakan rumah-rumahan kecil. Itu dengan peralatan ayah yang saya pinjam. Aku menciptakan rumah pohon kecil di pohon rambutan belakang rumah. Rumah pohon tellah jadi, Kemudian saya mulai memikirkan peralatan masak, ibarat korek api, tutup kaleng dan kaleng yang berasal dari logam dan kayu bakar. itu semua saya siapkan. Kemudian saya mencari tumbuhan-tumbuhan yang bisa disayur untuk makan sore ini. 




Saat sore yang penuh warna jeruk tiba, saya telah akibat memasak. Itu ada sayur pakis, sayur kangkung dan burung bakar. Masalah rasa jelas-jelas tidak terjamin. Setelah memakan semuanya, saya tidak merasa kenyang, ada yang saya lupakan, yaitu nasi.  Aku mustahil memasak nasi hanya dengan kaleng. Jdi sore itu saya mengendap-endap, masuk ke rumah sendiri, untuk mengambil nasi. Ahh.. Hari itu alku mencuri, mencuri dari Ibuku, mengambil nasi dari rumahku.




Petang dan mulai malam, ternyata sangat gelap dan banyak nyamuk, rumah pohonku jadi menakutkan tanpa lampu. Aku lupa jika saya tak bisa memasang listrik di rumah baruku ini. Walaupun saya bisa saja tidur ketika gelap, saya tidak bisa melewatkan malam ini tanpa TV. Akhirnya saya bertamu, yah bertamu ke rumah Ibuk untuk sekeedar menonton TV. Malam itu Aku numpang nonton TV dirumah Ibuk, tapi saya ketiduran dan terpaksa jadi anak baik lagi keesokan paginya. Pagi yang dingin, dan saya sudah mencuci piring dan menyapu pagi itu.. Terimakassih Ibuk, Terimakasih lbuk. Terimakasih Ibuk untuk tumpangannya malam ini, dan malam berikutnya. Terimakasih Ayah yang udah bayar listrik untuk Lampuku dan TVku.. 




Oktober yang Mebjelang Qurban ada rassa gugup takut dikurban, Aku kurus…


Mahfuzh TnT


Sumber https://mystupidtheory.com