Random post

Sunday, November 11, 2018

√ Membangun Bisnis Cafe Jendela Mimpi Di Pare, Dan Mimpi Ke Jepang

Bismillahirrohmanirrohim..


Cara menurunkan persamaan termodinamika pertama untuk mendapat persamaan keadaan dari sistem adiabatis gas ideal ialah dengan…. Emm… Sory.._^


Tadinya pada postingan kali ini saya mau ngasih Materi Kimia Fisika Energi dan Hukum Termodinamika Pertama. Tetapi lantaran ada momen spesial, yaitu momen gres bergabungnya saya di komunitas Blogger FLP, jadinya kali ini saya akan curhat aja deh. _^


Mengingat kemarin di group Blogger FLP udah ada yg mengalami kerusakan jaringan otak akhir membaca blog absurd ini, maka kuputuskan untuk menuliskan sesuatu yang sanggup dibaca dengan santai saja. Aku sudah pernah bilang kan kalau blog ini yaitu blog personal? Ya, dipostingan ini What Kind Of Blog is Mystupidtheory.com?


Aku udah jelaskan bahwa di blog ini saya bebas menuliskan apapun, dari teori kimia hingga curhatan Al4Y. Kalau duduk masalah tampilan blog ini yang terlihat mirip blog informasi yang isinya goresan pena serius doang, itu lantaran memang saya carikan template yang cepat loadingnya untuk para pembaca bahan kimia dan sains(pembacanya terutama anak SMA). Kasian banget kalau blog ini loadingnya lama, bisa-bisa mereka buka ketika SMA, ehh… gres selesai loadingnya pas mereka wisuda, kan nggak lucu!











Bermimpilah!


Oke, ini curhatan yang tertumpuk yah.. Semoga nggak muntah-muntah membacanya!



Awal Mula Berbisnis Penulisan Online dan Gagal Beasiswa AAS


Kisahku dengan dunia maya sudah cukup lama, berawal dari diajak sahabat untuk ke warnet di Berau (Kaltim), dimana kami mend0wnl0ad lagu dan hanya sanggup 3 lagu sesudah menunggu 2 jam, mainan facebook hingga 6 jam sehari ketika pertama kali ke Jawa(karena internetnya puluhan kali lebih cepat), berguru buat blogspot (yang diisi puisi Al4y), kemudian masuk FLP Malang (karena merasa puisiku keren dan awesome-padahal gres diterbitkan di blogspot punya sendiri), ……………


Hingga hasilnya saya lulus kuliah Kimia, dan memutuskan untuk menjadi penulis online pada 2014(nggak nyambung! Biarin! :P)


Aku mulai menjadi penulis online dengan alasan simple, lantaran waktunya sanggup saya sesuaikan sendiri dan dari rumah aja sanggup mampu duit. Ide menulis online ini sanggup banyak dari Pak Heri Cahyo. Tetapi yang lebih penting dari itu ialah, ketika itu saya memang menunggu pengumuman beasiswa AAS (Yang saya gagal total dengan predikat mengenaskan). Kalau jadi schoolarship hunter gitu kan emang kadang neuron otak agak error, jadilah saya malah memutuskan menjadi penulis online.


Baca juga: cara menjadi penulis online


Setelah mengetahui gagal di dunia schoolarship hunter, sayangnya saya keterusan jadi suka dunia maya(dengan iming-iming earning dolar adsense yang hingga kini masih recehan aja). Akhirnya saya jadi malas cari kerjaan yang real(kantoran).


Awalnya ini aman-aman aja. Hingga pos kamling di kampung mulai ribut oleh info bahwa ada lulusan Kimia UB yang nganggur aja dirumahnya. Karena orang tuaku keduanya ialah tenaga pendidik, maka info ini sangat mengerikan bagi keluarga kami.


Bagaimana kalau masyarakat hasilnya berfikir bahwa “Percumah kuliah.. Itu anaknya Pak Guru aja, kuliahnya tinggi, jauh, jadi pengangguran juga tuhh dirumahnya aja”.Demi membersihkan info jelek itu, saya mencari jalan keluarnya (Seolah-olah heroik gitu).


Setelah beberapa saat, hasilnya muncullah solusi yang begitu ngaco dari lobus otakku yang nggak terang bagaimana cara berkembangnya ini. “Aku harus merantau!” Aku ingin menghindar dari pendapat masyarakat. Aku bahu-membahu tidak terlalu suka ini, tetapi kasian juga orang tuaku kalau harus aib akhir anaknya ini cuma suka kerja di depan laptop. Bahkan pernah sekali Ibuk ngambek dan ngomong ke aku.


“Dek, coba cari kerjaan gitu loh, biar ada penghasilan dan nggak menganggur dilihat orang.”

“Lha.. Ini saya lagi kerja Mi” Aku sambil masih mengetik.

“Maksudnya kerjaan yang kantoran gitu lho, yang kalau masuk kerja pakai baju kerja rapi”

“Ohh.. Oke deh Mi”

“Oke apa?” Umi emang suka nanya gitu, dia selalu butuh kepastian.

“Oke dehh… Besok saya ngetik artikelnya pakai celana kain hitam, kemeja putih lengkap dengan dasinya.”

“Huuh.. Dasar.. Itu siih sama aja”


Usai dialog begitu, bahu-membahu saya terus berfikir. Bagaimana biar Umi senang, dan saya nyaman?


Tak berapa usang sesudah keputusanku untuk merantau itu, temanku yang berada di Jawa menyampaikan bahwa dia butuh patner bisnis. Karena dikatakan saya sanggup kawasan tinggal, makan dan beberapa gelas kopi sehari, maka saya oke untuk gabung menjadi patner bisnisnya.


Bisnis yang akan dibangun ialah Cafe, ya bisnis cafe. Saat itu bahu-membahu saya juga tidak tahu apa peranku dalam bisnis itu. Apakah temanku perlu seorang S1 Kimia untuk mendestilasi air putih di cafe, melaksanakan ekstraksi bijih kopi, atau perlu metode gres untuk hidrolisis amilum pada beras(baca:masak beras)? Entahlah.. Tapi saya berangkat!


Baca Juga: Membangun Bisnis Online Ala Mahasiswa



Merantau Untuk Berbisnis


Tanggal 27 Desember, saya ketemu dengan Mas Ufuwan di Jawa, sahabat yang akan jadi patner bisnisku. Secara singkat, dia butuh sahabat nekat untuk bangkit bisnis cafe. Karena dulu saya ke cafe-nya dan sering memperlihatkan masukan untuk cafe-nya di kediri, maka dia tertarik untuk bersamaku membangun cafe tersebut.


Percayalah… Berbisnis itu butuh kerja keras. Di Awal mulai bisnis, kami punya sasaran untuk membuka markas bisnis yang terbesar dengan keamanan jangka 10 tahun. Makara kami akan sewa tanah selama 10 tahun, kemudian bangkit bisnis kami disana. Itu ibaratnya jadi benteng pertahanan, harus menghasilkan cukup uang untuk kami menghidupi diri, sembari kami akan buka bisnis lain di tempat-tempat lain. Maka dalam 10 tahun, kami sanggup melaksanakan banyak hal, termasuk mengumpulkan dan menciptakan aset bisnis yang menghasilkan uang.


Mas Ufuwan sendiri ingin membangun bisnis real, sedangkan saya kembali ke dunia maya membangun bisnis Online. Oh ya.. Ada yang absurd dan sama dalam pikiran kami. Kalau banyak pebisnis memakai prinsip



“Kalau Bisnisnya Jalan, yang punya bisnis Jalan-jalan”



maka kami sedikit menyimpang, sesudah banyak diskusi, kami mempunyai semangat yang sama,



“Kalau Bisnisnya Jalan, yang punya bisnis sanggup kuliah lagi”


Nggak keren emang, tapi itu jujur, saya masih punya harapan kuliah S2 di Luar Negeri, tentu saja masih di bidang Kimia.



Membentuk Ide Bisnis


Dengan semangat mahasiswa gres lulus, kami menuliskan ajuan bisnis, dengan dukungan dari banyak pihak, ajuan ini hasilnya selesai. Proposal ini menjadi starting point dari Cafe Jendela Mimpi. Awalnya kukira dengan ajuan yang begitu menarik, angka-angka laba yang jumlahnya besar, maka bisnis ini niscaya dengan gampang dibiayai orang, dan ternyata benar.


Beberapa ketika sesudah ajuan kami ejekan ke beberapa pihak, ada pihak yang menjanjikan dana. Setelah kami konfirmasi dan negosisasi. Ternyata benar Oke!



Bisnis itu Perjuangan!


Mulailah kami menyewa tanah (dengan DP), kemudian membangun pondasi calon Cafe Jendela Mimpi (selanjutnya kusebut JM) dengan menggelontorkan dana kami sendiri, alasannya investor menjanjikan dananya gres sanggup keluar bulan depan.


Sebulan kemudian, saatnya pembayaran dana, dan….. Investor tidak sanggup dihubungi, tidak ada kabar, dan menghilang….


Ini yaitu kisah pahit bisnis kami. Bangunan belum sanggup berdiri, uang sudah dikeluarkan untuk mengmbangun pondasi dan mengolah tanah milik orang lain(artinya tidak sanggup dijual lagi), dan kini dananya macet total.


Setelah berdiskusi panjang lebar, bahkan kami berdebat sehari empat kali (lebih rutin daripada aktivitas makan!). Kami memutuskan untuk meneruskan proses pembangunan bisnis ini, seberapapun berdarahnya, akan kami tanggung.


Ternyata benar, membangun bisnis itu sangat berat ujiannya. Kami kehabisan resource (baca:duit) hanya dalam waktu singkat, hasilnya kami nggak sanggup mempekerjakan tukang untuk pembangunannya, dan total pembangunan macet total.


Karena memang kami kehabisan inspirasi untuk mengumpulkan uang dan ketika ini kondisinya kami tidak punya kegiatan (read:pengangguran), maka kami putuskan untuk meratakan tanah, membersihkan sisa kayu di tanah calon dibangunya JM, dan mengaduk semen. Ya itu semua ialah pekerjaan tukang, dan kami telah melakukannya.


Bagiku, kerjaan mirip itu sudah saya lakukan semenjak saya kecil. Kerja bakti membangun masjid, mengecor parit, dan mengaduk semen untuk plesteran rumah memang sudah diajarkan oleh Abiku semenjak saya SD. So kerjaan macam ini, saya sih biasa aja. Tetapi saya salut dengan Mas Ufuwan yang tahan, alasannya dia kan nggak pernah kerjain kerjaan pemuda kayak gini.. wkwkwk.. Tapi dia tahan juga kok.


Selanjutnya dengan dukungan dari banyak teman-teman [Thanks so much for all of ’em!], hasilnya kami berhasil mengumpulkan dana untuk meneruskan pembangunan JM. Oleh lantaran terbiasanya dengan kerjaan tukang, maka kami terus membantu setiap inci pembangunan JM(*lebay).


Selama kegiatan pembangunan Cafe JM ini di pagi dan siang hari, setiap malamnya saya buka laptop dan kerjakan ketikan artikel untuk blog-blog orang, ini memberiku uang receh yang cukup untuk beli air minum dan makan pagi harinya. Pada satu malam, ketika saya mau mengetik artikel, di FB ada Message dari Dosen Pembimbingku, saya sungguh-sungguh gundah ketika itu. Soalnya sudah cukup usang semenjak terakhir memburu beasiswa, saya tidak pernah menghubungi dia lagi.


Ketika saya klik dan kubuka, isi pesannya ialah “Fuzh, posisi di mana? Saya ada tawaran”. Saat itu saya dag dig dug.. Oleh karena, kalau ini tawaran pekerjaan, maka saya harus menolaknya, lantaran sudah berjanji akan membangun JM dahulu, tetapi ini juga dilema, lantaran JM kini belum terlihat bentuknya, maka dalam waktu bersahabat JM tidak akan menghasilkan uang, sementara saya sedang nggak punya uang.  Akhirnya saya menjawabnya dengan cara yang paling santai.





Saat itu saya pribadi tutup FB, dan mulai mengetik artikel pesanan orang. Selepasnya saya pulang, istirahat untuk kerja kuli lagi besok paginya.


Setelah Cafe JM mulai terlihat bentuk bangunannya, saya mulai semangat dan berapi-api lagi untuk segera membukanya. Oleh lantaran terlalu semangat pada bangunan gres jadi itu, Mas Ufuwan memutuskan menginap di Cafe JM yang masih belum tepat (temboknya belum kelar). Sedangkan saya terlalu capek, dan memutuskan pulang ke kosan dan tidur di kosan.



Perjuangan Belum Berakhir


Keputusan Mas Ufuwan menginap semalam itu, berujung pada hilangnya tas ranselku yang berisi dompetku (semua isi penting di dalamnya), buku tabunganku, dan tak lupa pula laptop kesayangan milik Mas Ufuwan.


Untunglah, laptopku tidak hilang lantaran selalu saya peluk (ini real), sebelum tidur saya niscaya peluk laptopku (dasar jomblo! Huuu!).


Kami mendekati titik dimana sanggup memulai bisnis dengan tenang, dan kini saya kehilangan separuh kekayaanku (tas dan semua isinya milikku itu sekitar 2.5jt nilainya, jadi kalau laptopku yang masih kusimpan itu nilainya 2.5jt, maka tepat setengah hartaku udah ilang). Pada momen itu, saya mengutuki keputusan Mas Ufuwan untuk tidur di JM. Separuh diriku kesal dengannya, tapi sisi lain diriku memakluminya.


Aku sudah mengalami banyak kali kehilangan barang dalam hidupku, dan hampir semuanya itu lantaran kecerobohan dan keteledoranku. Aku selalu memaafkan diriku atas keteledoranku, kenapa tidak memaafkan atas keteledoran orang lain? Dengan dasar pemikiran itu, yaudah, saya maklum saja dengan kehilangan ini, dan berfikir optimis bahwa ada kisah dan ada pelajaran dibalik semua ini, toh sebentar lagi JM sanggup buka dan kami akan punya penghasilan untuk membeli barang-barang itu lagi.



Hardwork Does Pay Off!


Satu malam sesudah kehilangan itu, saya buka laptopku dan tentu saja membuka FaceBook. Ada sebuah pesan yang ternyata dari Dosen Pembimbingku. Isinya sungguh membuatku sangat senang, tiba-tiba seharian itu saya murah senyum. 🙂 Ini isi pesannya:





Ya! Aku ditawarin kuliah di luar Negeri! di Jepang! Tidak mirip sebelumnya yang menjawab dengan ragu, kali ini saya mantap untuk mengambil tawaran tersebut.


Dengan modal laptopku, saya hasilnya menjual akun dunia mayaku (hasil jerih payah berbulan-bulan) dan beberapa blog untuk mendapat modal awal dibukanya Cafe JM.


Akhirnya pada 10 Mei, Cafe Jendela Mimpi cabang Pare dibuka! Alhamdulillah. Allahuakbar. Sekarang anak dari hutan Borneo ini punya Cafe! Cafe Jendela Mimpi di Pare Kediri.


Cafe JM belum tentu menghasilkan uang bahkan punya banyak kemungkinan gagal, tetapi sesuai pesan mentor saya Pak Nur Muhammadian, pengusaha asal Malang, sekaligus Pembina FLP Malang. Beliau berpesan dulu, sebelum saya mulai perjuangan saya.


“Mas Mahfuzh, jangan lupa Rayakanlah setiap keberhasilan kecil”


Aku merayakan keberhasilan kecil ini. Perayaan ini ialah perayaan tanpa keramaian, perayaan tanpa pengumuman. Perayaan ini dengan membeli jus dan bakpao di depan Cafe, lantaran ini yaitu perayaanku, atas usahaku, jadi suka-sukaku aja.


Alhamdulilalh ketika ini JM sudah cukup mandiri, menghasilkan uang sendiri. Aku meninggalkannya untuk diurus Founder-nya sendiri Mas Ufuwan. Terimakasih banyak Bro.. Saya sanggup pelajaran bisnis terbanyak selama 6 bulan ini, ini saya yakini melebihi dari kuliah Bisnis 7 tahun sekalipun.


JM sudah ditinggal co-Foundernya, lantaran Bisnis jalan, pemiliknya kuilah lagi. Sekarang saya sudah mengurus Paspor, Visa dan siap berangkat ke Jepang, tanggal 18 Agustus besok. Ini dalam rangka Entrance Examination for Master Degree in Molecular Simulation” di Okayama University, Jepang.


Aku mohon do’anya dari kalian semuanya. Teman-teman FLP dan semua pembaca setia Myst. (gayanya kayak ada pembaca setia aja.. :v wkwkwk)


*Ini simpulan postingan*


Selanjutnya mungkin saya akan posting mengenai pengurusan Visa ke Jepang





Thanks To #BloggerFLP yang membuatku menulis sebanyak ini. Serius, goresan pena ini Istimewa buat kalian. 😀


Sumber https://mystupidtheory.com