Random post

Tuesday, October 16, 2018

√ Tergoda Hoax Lagi? Kerusakan Struktural Media Pemberitaan Sains

Ehm… Hadirin dan hadiroh rohimakumulloh… Anggap saja saya sedang membuang-buang waktu. Kali ini saya bakalan berkomentar mengenai Tony Stark asal Bali, yap! Tawan. Pada akibatnya kejadian ini terlalu menarik untuk saya lewatkan, bukan alasannya yaitu hebohnya Facebook ataupun media massa perihal informasi ini, tetapi alasannya yaitu mengingatkanku akan diskusi singkat dengan dosen pembimbingku.


Pada ketika itu, dia membahas perihal materi termodinamika, aturan ke-nol, pertama, kedua dan ketiga. Hukum termodinamika ialah ilmu yang mempelajari perihal energi yang terdapat dalam suatu sistem.



Beliau juga menyampaikan “Berdasarkan aturan  termodinamika pertama maka apa yang diberitakan di jpnn itu HOAX”. Masih ingat kan dengan dongeng laki-laki lulusan SD yang membuat pembangkit listrik tenaga hampa? Ini kalau orang ngerti ilmu termodinamika pasti eksklusif tau kalau itu HOAX.



Tak cukup hingga disitu, ini komentar dia yang lebih menarik lagi pada dasarnya gini “Kalau punya inovasi itu, publikasikan di jurnal, presentasikan di DIKTI, beritakan ke pihak terkait dan ahli. Ini enggak, malah beritakan dulu ke Java Pos, Ngalam Post, Derik.com. Booming! Kacaunya lagi mahasiswa yang baca pada eksklusif percaya lagi, di share lah.. Parahnya lagi kalau ini mahasiswa kimia yang ngeshare.”


 Kali ini saya bakalan berkomentar mengenai Tony Stark asal Bali √ Termakan HOAX Lagi? Kerusakan Struktural Media Pemberitaan Sains
Pembangkit Listrik Tenaga HOAX


Struktur Publikasi Penemuan yang Normal


Yap. Kalau membaca tulisanku sebelumnya perihal God Particle dan kisah Perjuangan Einstein (yang ada 4 part), maka kalian niscaya sudah tahu bagaimana para ilmuwan yang bahwasanya bekerja. Dari kisah Perjuangan Einstein kalian tahu kalau semenjak  tahun 1940-an ilmuwan telah menyusun kerangka publikasi ilmiah yang solid, dimana ketika mempunyai inovasi ataupun teori gres maka hal paling pertama yang perlu dilakukan ialah mempublikasikannya di jurnal yang terbaik. Tak hanya itu, bahkan ilmuwan harus memikirkan ulang untuk penerbitan jurnalnya jikalau datanya kurang valid, alasannya yaitu reputasi yang sedang dipertaruhkan.


Kemudian dari artikel perihal God Particle kalian sudah tahu kalau media yang benar itu memberitakan suatu inovasi sains sesudah dipublikasikan di jurnal ilmiah. Jangan terbalik-balik, ataupun sengaja dibalik! This way will keep the reader away from stupidity!


Struktur Publikasi Penemuan yang ‘Abnormal’



Dalam setiap HOAX yang sudah terjadi di Indonesia, pada umumnya punya rujukan yang sama loh. Pertama buat alat yang luar biasa (usually too good to be true), kemudian rangkai cerita, masukin ke koran.Oke.. Sebagaimana prinsip memancing, harus mulai dari yang kecil dulu, masukin ke koran lokal. Setelah itu, niscaya akan go nasional, dilirik oleh media massa nasional, dikros cek oleh ahli.. dan.. dan.. Alhamdulillah, alasannya yaitu hidupnya sangat ‘kekurangan’ mendapat derma dari pemerintah. Ehh.. Sebentar.. sebentar.. bagiamana dengan kros cek para ahli? Yah terang HOAX lah.




Tetapi kemudian portal-portal informasi akan sekali lagi merekayasa sebuah kisah yang dramatis, yang akan membuat orang lupa kalau portal tersebut secara ugal-ugalan sudah membuatkan HOAX.


Ini bukan problem “patut diberi bantuan” ataupun “patut diapresiasi”, sekali lagi ini bukan masalah itu. Kalian tanyakan ke semua orang di Indonesia “Apakah orang kurang bisa perlu diberikan bantuan?” semua orang juga bakalan jawab perlu kok! Aku juga gitu.


Tetapi sekali lagi fakta bahwa apa yang dilakukan orang-orang ini (pelaku dan media) sangat menghawatirkan dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Kalau di luar negeri, media sampah macam itu pada sudah diblacklist dan nggak laku, alasannya yaitu memang baca media macam itu sama aja pembodohan kan? *tell me if I am wrong!



Kenapa ini sangat menghawatirkan dunia Ilmu Pengetahuan di Indonesia, alasannya yaitu akibatnya yang bohong diapresiasi, sedangkan ribuan saintis (yang beneran) bekerja keras, membaca banyak sekali referensi, membuat metode, melaksanakan eksperimen, dan menulis jurnal kemudian terlewatkan oleh pemberitaan media.Kenapa? Hanya alasannya yaitu media kita malas membaca jurnal-jurnal sains. Mereka lebih suka menulis informasi dengan mendengar karangan tukang bubur yang membuat panci anti peluru. :v





Jadi kalau kalian masih tertarik membaca berita-berita dari Kam*os.com, j4va*ost.com la*utan6.com dan media omong kosong lainnya, sory to say, but you’ll be stupid.Oke, dan kini kau bakalan bilang kalau enggak kok, mungkin cuma yang sains aja yang kurang tepat, alasannya yaitu mereka nggak ahli, kalau informasi politiknya bener kok. (for me, I’ll heard “blah.. blah.. blah..”).


Logikanya, kalau ilmu sains yang notabenenya eksak dan “Experimentally tested” aja udah berani dipalsukan, berapa kemungkinan informasi politik yang jelas-jelas fluid (berbeda-beda dari setiap pihak) akan dipalsukan? Hitung sendiri yap.. 😀




Sekarang kita bahas trik sederhana, bagaimana supaya kita nggak gampang terbodohi oleh HOAX. Inilah beberapa hal yang perlu kalian perhatikan:


Too Good To Be True



Kalau kalian merasa informasi itu “too good to be true” maka tunggu dulu, jangan eksklusif share informasi tersebut. Ingat, Pembangkit listrik tenaga hampa, Robot dengan neurotransmitter dari barang rongsokan, apa lagi yah?Pembangkit listrik rumahan saja itu sudah luar biasa, ditambahi dengan tenaga hampa is too good to be true. Robot dengan neurotransmitter aja itu sudah inovasi terbaru, dari barang rongsokan is too good to be true



Lihat Latar Belakang


Lihatlah latar belakang pembuat teknologi tersebut. Ini yang paling mudah. Kaprikornus ada seoarang anak Sekolah Menengah Pertama yang membuat helm dengan pendingin kepala, ini atas bimbingan dari gurunya juga, perhatikan bahwa latar belakangnya ialah memenangkan lomba sains terapan.










 Kali ini saya bakalan berkomentar mengenai Tony Stark asal Bali √ Termakan HOAX Lagi? Kerusakan Struktural Media Pemberitaan Sains
Nara -the real deal

Ada lagi seorang yang menemukan teknologi terapi kanker, yaitu Dr. Warsito, kalau melihat reputasinya, dia menuntaskan pendidikannya di Jepang, dengan fokus bidang penelitian yang tidak jauh-jauh dari kelistrikan dan biomedis. Jelas sangat relevan dengan inovasi beliau.










 Kali ini saya bakalan berkomentar mengenai Tony Stark asal Bali √ Termakan HOAX Lagi? Kerusakan Struktural Media Pemberitaan Sains
Dr Warsito -the real deal

Kemudian seorang telah menemukan kompor biomassa yang menunjukkan kualitas api yang elok dari materi bakar biomassa yang hemat. Kompor ini telah diproduksi massal, latar belakang pembuatnya ialah seorang Guru Besar Ilmu Fisika Komputasi dari Universitas Brawijaya Prof. Muhammad Nurhuda, dan Teknologi pada kompor ini merupakan hasil penelitian yang serius dan tekun dari beliau. Kurang terpercaya gimana coba reputasi dia ini?










 Kali ini saya bakalan berkomentar mengenai Tony Stark asal Bali √ Termakan HOAX Lagi? Kerusakan Struktural Media Pemberitaan Sains
Prof Nurhuda -the real deal



Bandingkan dengan HOAX yang beredar. Tentu saja, inovasi mereka ini tidak akan ada apa-apanya jikalau dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Hampa yang ditemukan oleh lulusan SD atau Lengan Robot yang Terhubung Langsung ke Otak yang ditemukan oleh lulusan SMK.


Pernyataan ini bukan berarti bahwa orang lulusan SD atau Sekolah Menengah kejuruan tidak akan bisa membuat sesuatu yang besar tetapi bahwa ada sepak terjang sebelumnya, ada proses dari awal untuk membuat sesuatu, alasannya yaitu yang instant itu cuma mimpi.


Pikirkan Secara Rasional


Pertimbangan ketiga ini tentu saja akan sangat bermacam-macam untuk setiap orang. Kaprikornus gini, berfikir ialah salah satu pembeda antara insan dengan hewan. Kita cerdas kalau terbiasa berfikir.


Pikirkan saja, bagaimana mungkin orang lulusan SD yang hanya dengan beberapa juta rupiah membuat Pembangkit Listrik Tenaga Hampa, sementara Ilmuwan yang menguasai persamaan schrodinger (yang rumitnya kayak pikiran cewek), termodinamika dengan dilengkapi akomodasi penelitian terbaik dan dana jutaan dolar tidak pernah bisa membuatnya.


Pikirkan apakah mungkin seorang yang tanpa pengalaman membuat robot, secara autodidak membuat robot yang dilengkapi dengan neurotransmitter sanggup bergerak secara spesifik mengikuti perintah dari otak hanya dengan materi baku barang rongsokan, sementara ribuan ilmuwan berkolaborasi hanya untuk menempelkan sebuah tangan robot ke syaraf motorik orang yang cacat.


Please… deh!


Oke.. Sebagai penutupan, saya cuma mau bilang “This is Mystupidtheory!, so take it or leave it”

Semua yang saya tulis ialah pendapatku, tidak perlu percaya alasannya yaitu saya juga stupid, that’s why I am studying!




Sumber https://mystupidtheory.com