Random post

Monday, September 24, 2018

√ Teori Bumi Datar – Matematika Angkasa Dalam Narasi #Part6

Setelah melucuti teori ini hingga video 5, saya sudah merasa kalau nggak ada lagi hal-hal yang “tricky” yang harus saya pelajari ibarat kenapa satelit tak terlihat pada video 1,  asal muasal minyak bumi pada video 2, mitos gravitasi pada video 3, perhitungan jarak bumi-bulan pada video 4 dan terakhir Azimuthal Equidistance pada video 5. Tetapi narasi video 6 menciptakan saya agak minder dan ragu untuk lanjut membahas atau enggak, dikatakan bahwa:


Mari kita sama-sama buktikan utuk mencari kebenaran, meski kebenaran itu tak sesuai dengan kemauan kita. Pembuktian dengan angka matematika, bukan debat kusir menurut opini dan persepsi. 


Dari situ saya ragu untuk menonton dan membahas video 6, alasannya ialah pembuat video akan melaksanakan perhitungan memakai angka matematika. Kalau hingga beliau menghitung jarak-jarak benda angkasa dengan persepsi bumi datar, maka saya harus mencar ilmu lagi perhitungan jarak matahari ke bumi menurut letak venus, dan itu kerjaan banget belum lagi harus pertanda manakah dari kedua angka tersebut yang benar. Bisa sakit kepala juga.



Ternyata, malah narasi selanjutnya ibarat ini:


Silahkan hitung jarak, kecepatan, diameter bumi, bulan dan matahari, Apakah bisa menghasilkan siklus gerhana matahari 18 tahun 11 hari 8 jam? Seperti yang ditulis dalam situs NASA?


Lah? kita yang harus menghitung?


Yaudah lah.. Jangankan itu, kalau saya bisa memilih titik terjadinya gerhana aja, ya nggak nulis blog saya, udah bisa masuk NASA atau minimal LAPAN. :3.


Tapi mudah-mudahan goresan pena epilog seri Teori Bumi Datar ini nggak akan mengecewakan. Aku akan coba memaparkan kalau satelit yang desainnya ringkih itu sangat bisa melaju dengan kecepatan 28.000 km/jam.


Matematika Level Langit


Baiklah buat kalian yang belum tahu apa itu siklus saros, silahkan buka part 4 perihal siklus Saros. Aku juga sudah memperlihatkan perhitungan cara perhitungan jarak bulan yang dilakukan oleh Aristarchus dan cara NASA menghitungnya.


Perhitungan diameter, jarak dan kecepatan matahari, bumi dan bulan itu merupakan hal yang terpisah dari siklus saros. Siklus gerhana merupakan kombinasi pergerakan bulan, bumi dan matahari yang masing-masingnya mempunyai percepatan gravitasi. Artinya, arah dan kecepatan gerak dan gaya dari ketiganya itu berubah di setiap waktu (Prinsip vektor -Fisika SMA).


Pendekatan matematis paling memungkinkan untuk kasus ini ialah dengan kalkulus dan relativitas yang telah dikembangkan oleh Newton dan Einstein. Tetapi itupun tidak sanggup mendapat siklus gerhana bulan. Kenapa? Terlalu kompleks. Begini contohnya:


Sama saja ibarat kau melihat ada cewek naik mobil, kau tahu massa mobil, kau tahu kecepatan maksimal mobil, kemudian kau ditanya berapa hari sekali cewek itu ke salon? Bisa menjawab? Kamu bahkan nggak tahu kemana arah mobilnya.


32 mil/ 51.5 km


Setelah 9 menit menonton video ini, secara asing angka 32 mill/ 51.5 km muncul di layar YT. Katanya pembuktian dengan angka matematika. Tapi tanpa ada operasi matematika tambah, kurang, bagi, eksklusif tau-tau muncul angka 32 mill. Ya sudah lah emang gitu pembuat video ini, ilmunya udah tinggi banget.


Kalau benar angka ini dari trigonometri maka untuk menghitung jarak bulan-bumi harus ada tiga titik. Titik pertama bumi, kedua bulan, ketiganya apa?


Okelah kita terima saja angka asing 32 mil. Tapi kini kalau jarak bulan-bumi ialah 32 mil, saya mau tanya balik, bisa nggak buat menemukan siklus Saros yang 18 tahun, 11 hari 8 jam?  atau yang lebih dasar saja, bisa nggak digunakan menghitung diameter bulan? Dengan perkiraan kita setuju kalau bulan itu bulat.


Auguste Piccard


Mudah-mudahan kalian percaya dengan aku, saya sudah cek sendiri nama Auguste Piccard di wikipedia. Dan memang benar Auguste Piccard menyampaikan bahwa bumi itu ibarat flat disk. Tapi niscaya ada yang abnormal alasannya ialah di video 6, artikel di wikipedia dipotong hingga berukuruan besar sekali. Yap. Setelah di cek eksklusif begini versi lengkapnya:


An article in Popular Science in August 1931 described their journey:

“The story of their adventure surpasses fiction. During the ascent, the aluminum ball began to leak. They plugged it desperately with vaseline and cotton waste, stopping the leak. In the first half hour, the balloon shot upward nine miles. Through portholes, the observers saw the earth through copper-colored, then bluish, haze. It seemed a flat disk with upturned edge. At the ten mile level the sky appeared a deep, dark blue. With observations complete, the observers tried to descend, but couldn’t. While their oxygen tanks emptied, they floated aimlessly over Germany, Austria, and Italy. Cool evening air contracted the balloon’s gas and brought them down on a glacier near Ober-Gurgl, Austria, with one hour’s supply of oxygen to spare.”


Untuk memahami informasi selengkapnya silahkan diartikan seluruhnya, tetapi saya hanya akan mengambil point penting pada kalimat yang di bold dan garis bawah untuk menyingkat pebahasan saya.


Dalam eksplorasi ini, bola almunium mengalami kebocoran. Mereka menambalnya dengan vaseline dan sampah kapas untuk menghentikan kebocoran. Setelah 1.5 jam, balon alumunium telah melayang setinggi 9 mil. Melalui lubang port, pengamat melihat bumi dengan warna ibarat tembaga, kemudian warna kabut kebiru-biruan. Itu ibarat flat disk dengan bab ujung melengkung.


Sekarang perhatikan pada ketinggian berapa pengamatan ini dilakukan? 9 mil. Jika kita konversi ke dalam kilometer, maka 14,5 km. Pesawat komersial, sanggup terbang hingga ketinggian 12km, hanya berbeda 2 km dengan apa yang dicapai oleh Auguste Piccard.


Sekarang, untuk kalian yang sudah pernah terbang dengan pesawat niscaya juga melihat bumi ibarat flat disk / piringan datar. Apa yang anda lihat dengan apa yang dilihat Auguste Piccard pada 1931 ini tidak akan berbeda jauh. Alasan kenapa beliau melihat bentuknya ibarat piringan datar ialah alasannya ialah lokasi pengamatannya kurang tinggi. Bandingkan saja dengan satellite yang berada di LEO, yaitu 160 km. Sepuluh kali lebih jauh dari pengamatan Auguste Piccard.


Di wikipedia, dijelaskan bahwa hingga simpulan hidupnya Auguste Piccard berhasil mengamati hingga Stratosfer pada ketinggian 23 km. Tetapi tidak ada catatan perihal apa yang dilihatnya dari sana.


Aku nggak ngurus iklan Hennessy yah. Kita bahas yang sains aja. Tapi sebagai pertimbangan sederhanya, jikalau yang ada pada iklan itu fakta, bahwa Auguste Piccard mencapai kubah firmament, maka menurut pencapaian Piccard firmament itu sangat rendah, hanya 14,5 km. Kalau dibandingkan dengan pembahasanku sebelumnya, di part5 yaitu insiden HANE, maka ledakan HANE yang berada di ketinggian >22km itu seharusnya sudah menembus firmament ini.


Matematika Angkasa Dalam Narasi


Masih ingat bagimana video 6 ini di awali? Ya “angka matematika” kata kuncinya. Hingga menit ke-19, artinya hingga lebih dari setengah video ini ditayangkan tidak ada persamaan matematis ataupun perhitungan matematis yang dilakukan! Bahkan tidak ada perkalian, pembagian dan penjumlahan yang dilakukan. Yang ada malah tampilan iklan Hennessy Brandy (minuman keras).


Itulah yang mendasari saya memperlihatkan judul Matematika Angkasa dalam Narasi. Bahkan pembuat video sempat menampilkan film-film sains fiksi dari yang lawas hingga yang terbaru. Apakah ini yang dimaksud dengan “Pembuktian dengan angka matematika”?


Kalau sebanyak itu koleksi sains fiksi yang ditonton, maka masuk akal saja kalau beranggapan bumi itu datar. Karena tidak akan ada waktu lagi untuk mencar ilmu matematika, fisika, kimia, kalkulus, aljabar linier, vektor, kuantum, termodinamika. Habis waktunya digunakan menonton fiksi. Kemudian dikala tidak mengerti perihal konsep sains, kebijaksanaan dan alam semesta, dituduhlah semua ilmuwan berbohong.


Rotasi Satelit Mengelilingi Bumi


Kemunculan cuplikan-cuplikan film di video 6 ini kukira akan mengakhiri seri yang mengecewakan ini. Tetapi ternyata tidak juga. Akhirnya yang saya tunggu-tunggu muncul juga, perhitungan kecepatan satelit menurut aturan gravitasi Newton, gitu katanya.


Walaupun bekerjsama ini cuma kopas rumus dan penjelasannya salah. Persamaan yang digunakan ini ialah derivasi persamaan Kepler untuk orbit lingkaran tepat yang stabil memakai aturan gravitasi Newton. Jarak satelit yang tertulis 400km itu salah, yang bekerjsama ialah 640km, saya akan jelaskan perihal kebijaksanaan awal dan asal muasal perhitungan ini pada postingan pemanis berikutnya.



Munculnya gambar perhitungan ini diikuti dengan pertanyaan yang menarik.


“Dimana ada pesawat yang berjalan dengan kecepatan 28.000 km/jam? 23 kali kecepatan suara?”

Tidak ada!


Saya bisa mengerti kalau teman-teman sehabis menonton video, maka secara kebijaksanaan akan mengatakan:


“Wah.. Benar! Kalau satelit melaju dengan kecepatan itu maka akan hancur, alasannya ialah desainnya yang tidak aerodinamis. Apalagi kalau melihat pesawat saja harus punya body super kokoh dan aerodinamis untuk bisa melaju secepat 1.900 km/jam.”


Karena saya juga hampir setuju dengan hal ini. Ini perbandingan yang cukup benar jikalau saja lingkungannya sama atau hampir sama.


Kenyataanya ialah ada gaya gesek udara!  Jadi semua didalam atmosfer bumi dan di atas permukaan tanah akan mengalami yang namanya gaya ukiran udara. Kecuali yang di dalam air, akan mengalami gaya gesek air. Please percaya yah kalau gaya ukiran itu ada? Biar gampang menjelaskannya :).


Di luar angkasa masih ada gaya gesekan, tetapi angkanya sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya ukiran di udara. Karena itulah bentuk satelit tidak perlu aerodinamis alasannya ialah gaya gesekannya dengan fluida hampir tidak ada.


Semoga saja teman-teman bisa memahami hal ini. Tetapi kalau memang masih ada pikiran “Dengan bentuk satelit yang nggak aerodinamis itu, nggak mungkin bisa melaju hingga 28.000”. Mari kita buka pikiran dengan studi kasus ini:


Kalau kalian browsing di google perihal “The Slowest Plane” maka yang akan kalian temukan ialah M15- Belphegor.  Jet agrikultur tahun 1973 yang mempunyai kecepatan 200km/jam. Strukturnya ibarat ini:



Sekarang masih dari google, coba cari “The Fastest Submarine” maka yang akan ditemukan dari wikipedia ialah Soviet K-222. Kapal selam perang tahun 1963 ini mempunyai kecepatan 44.7 knot atau 82.8 km/jam. Strukturnya ibarat ini:



Ini ngapain kok malah bahas kapal selam? Hehehe.. Sory saya nggak punya materi lain.


Sekarang  bayangkan kalau kita tinggal di air dan yang kita kenal hanyalah kapal selam. Kita memakai kapal selam sebagai alat transportasi utama dan kapal selam tercepat ialah K-222 dengan kecepatan 81 km/jam. Kemudian sekelompok saintis tiba dan memperlihatkan pesawat M15-Belphegor ke kamu. Diceritakanlah kalau benda berjulukan pesawat terbang ini bisa melaju dengan kecepatan 200km/jam di udara.


Nah alasannya ialah kau nggak pernah tahu udara, maka niscaya gundah dan sulit untuk percaya kan? Apalagi melihat bentuk M15-Belphegor yang tirus dan ringkih itu, niscaya patah donk sayapnya kalau melaju 200 km/jam, K-222 yang hanya melaju 81 km/jam saja body-nya harus kokoh kayak gitu. Begitu kan berfikirnya?


Oke kembali ke kenyataan. Kenyataanya? Tidak ada persoalan dengan M15-Belphegor di udara. Bahkan banyak pesawat terbang dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari itu. Makara yang menjadi persoalan ialah pikiran kita tidak bisa membayangkan kalau lingkungan yang dihadapi oleh pesawat terbang itu sangat berbeda dengan kapal selam.


Nah satu-satunya cara untuk kau menyadari perbedaan lingkungan ini, tanpa survei eksklusif ialah dengan memakai ilmu fisika dan matematika. Sekarang mari kita lihat perbandingan gaya ukiran yang dialami oleh kapal selam dan pesawat terhadap lingkungannya. Makara kita akan mengesampingkan bentuk, luas permukaan, dan kecepatan dari kapal selam dan pesawat, kita anggap sama saja, alasannya ialah memang yang akan kita bandingkan ialah lingkungannya, yaitu air dan udara.


Air dan udara merupakan fluida, maka kita memakai persamaan gaya ukiran pada fluida.



fdrag = gaya gesekan

C = koefisien gesek

A = Luas permukaan (pesawat/kapal selam)

v  =  kecepatan

ρ  = Massa jenis fluida (air/udara)


Dari empat faktor yang mempengaruhi gaya gesekan(fdrag), yang merupakan imbas lingkungan ialah massa jenis fluida(ρ). Maka eksklusif saja kita bandingkan massa jenis air dan udara:


ρair : ρudara –> 1 gr/cm3: 0,0012 gr/cm3


Jadi gaya ukiran yang dialami pesawat ialah 1,2×10-3 kali dari yang dialami oleh kapal selam. Itulah alasannya kenapa kapal selam K-222 perlu body yang kokoh untuk menahan gaya gesek air pada kecepatan 81 km/jam, sedangkan pesawat M15-Belphegor dengan body yang tidak terlalu kokoh bisa melaju pada kecepatan 200 km/jam. Setiap lingkungan mempunyai kebutuhan yang berbeda.


Everything make a sense right?


Sekarang bagaimana dengan lingkungan satelite jikalau kita bandingkan dengan pesawat? Yap! Dengan kebijaksanaan dan persamaan yang sama, bisa kita bandingkan lingkungan udara dan luar angkasa.


ρudara : ρangkasa —-> 0.0012 gr/cm3: 2×10-31 gr/cm3


Jadi satelit mengalami ukiran 6×10-27 kali dari yang dialami oleh pesawat.  Pangkat negatif ini memperlihatkan bahwa nilai ukiran pada satelit sangat kecil, sangat jauh beda dengan apa yang dialami oleh pesawat terbang.


Kebayang khan sekarang?


Untuk pengisian ulang materi bakar dan perihal astronot yang memperbaiki satelit itu akan saya bahas sedikit dipostingan berikutnya bersamaan dengan perhitungan kecepatan satelit.



 


Untuk Kalian Yang Masih Rasional


Kalian lebih percaya mana? Ratusan ribu ilmuwan dan peneliti di negara-negara maju yang telah mencar ilmu hingga Ph.D, kemudian menghabiskan puluhan tahun di laboraturium itu berbohong perihal semua eksplorasi sains dan tidak satupun dari mereka memberitahukan kebenarannya?


Atau ada sekelompok blogger yang terlalu banyak menonton fiksi kemudian gundah perihal sains dan alam semesta kemudian menyalahkan semua ilmuwan?


Berikutnya kalian bisa membaca lanjutan dari ulasanku mengenai Flat Earth Ini:





    1. Teori Bumi Datar (Flat Earth Theory) Fakta atau Konspirasi Semata? #part1

    2. Flat Earth Theory – Pembantaian Sains dan Logika #part2 

    3. Flat Earth Theory – Keping-Keping Sains #part3

    4. Teori Bumi Datar – Let’s do The Math #part4

    5. Teori Bumi Datar – Apa yang Dilakukan Habibie? #part5

    6. Teori Bumi Datar – Matematika Angkasa Dalam Narasi #part6

    7. Final Part – Not Rocket Science




Silahkan membaca.. 🙂

Jika mencar ilmu sains itu logis dan menyenangkan, silahkan share goresan pena ini. Biar sahabat kalian juga mempunyai wawasan sains yang luas. 🙂



Jika ada komentar silahkan sampaikan dengan sopan, saya akan tampilkan semua komentar baik itu pro atau kontra. 🙂



Sumber:

Universetoday.com

Physicscentral.com

http://www.physlink.com/education/askexperts/ae610.cfm

http://helios.gsfc.nasa.gov/qa_sp_ms.html

http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/airfri.html

http://courses.physics.northwestern.edu/Phyx135/Orbital%20Stuff.pdf

https://en.wikipedia.org/wiki/Auguste_Piccard

http://spaceplace.nasa.gov/review/dr-marc-technology/rockets.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Soviet_submarine_K-222

https://en.wikipedia.org/wiki/PZL_M-15_Belphegor


Gambar:

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/1c/Papa_class_submarine_2.jpg

https://en.wikipedia.org/wiki/PZL_M-15_Belphegor#/media/File:PZL_M-15_Belphegor_Szolnok-Szandasz%C3%B6l%C3%B6s.jpg

http://www.mccnh.edu/images/mcc/academics/programs/liberal_arts_mathematics.jpg

http://imagecache.jpl.nasa.gov/images/640×350/oco20140401-640-640×350.gif


 



Sumber https://mystupidtheory.com