Random post

Monday, September 17, 2018

√ Sudut Pandang

Sudut Pandang – Didalam cerita, sering kita temui pada sebuah novel, cerpen, atau karangan lainnya sudut pandang. Mungkin sebagian besar orang, mahasiswa, ataupun siswa masih resah mengenai penggunaan sudut pandang tersebut. Untuk itu pembahasan kali ini ihwal klarifikasi dari sudut pandang.


 ataupun siswa masih resah mengenai penggunaan sudut pandang tersebut √ Sudut Pandang


Pengertian


Sudut Pandang ialah metode yang biasa dipakai penulis didalam menempatkan dirinya atau dari mana si penulis memandang dongeng pada karangan  yang ia ciptakan. Tujuannya ialah sebagai suatu siasat penyampaian dongeng yang ia tulis, sehingga sanggup mempengaruhi jalannya penyajian pada suatu cerita.


Jenis – Jenis


Ada beberapa pembagian , yaitu : sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga, dan sudut pandang campuran. Dimana didalamnya itu sendiri terdapat beberapa bentuk lagi berikut penjelasannya :


1. Sudut Pandang Orang Pertama


Pada jenis ini umumnya memakai kata ganti “aku”,“saya” dan“kami” atau kata jamak. Jika ingin memakai jenis ini, Anda seperti berperan menjadi salah satu tokoh dalam dongeng yang sedang diciptakan. Para pembaca juga akan merasa melaksanakan setiap dongeng yang dikisahkan.


Sudut pandang ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :




  • Sebagai Tokoh/Pelaku Utama




Sesuai judulnya si penulis seakan ‘masuk atau berperan’ dalam dongeng tersebut sebagai pelaku utama dalam cerita. Sesuatu hal yang berkaitan didalam dongeng ibarat : pikiran, perasaan, tingkah laku, atau kejadian yang tokoh “aku” lakukan.


Ia akan menjadi sentra dari cerita. Jika ada kejadian atau tokoh di luar diri “aku”, peristiwa/tokoh itu akan diceritakan sebatas hanya berkaitan dengan tokoh “aku”.


Contohnya :



Aku sedang mengamati lemari jam yang bangun kaku di pojok ruangan. Ukiran jati bertuliskan abjad Jawa kuno menjadi saksi bisu kelahiranku. Ditempat ini, 20 tahun kemudian saya dilahirkan…….dst.





  • Sebagai Tokoh Sampingan




Pada teknik ini tokoh “aku” kebalikannya yaitu hadir tidak menjadi tugas utama, hanya tugas pendukung atau tokoh tambahan. Kemunculan tokoh “aku” ini berfungsi hanya untuk memperlihatkan klarifikasi ihwal dongeng kepada pembaca.


Selanjutnya tokoh utama, dibiarkan untuk menceritakan dirinya sendiri lengkap sesuai dinamika terjadi. Dengan istilah lain, tokoh “aku” didalam sudut ini hanya sebagai saksi dari alur kejadian yang terjadi dan dilakukan oleh tokoh utama.


Contohnya :



Brak!!! Sesekali saya dibentuk terkejut dengan bunyi jendela di samping kamarku. Elfina pergi terburu-buru sambil lari tunggang langgang. Sepertinya ia terlambat kuliah lagi. Elfina ialah gadis yang manis, ia ramah dengan semua orang. Tidak heran jikalau banyak lelaki menyukainya.




2. Sudut Pandang Orang Ketiga


Pada teknik ini, kata biasa yang dipakai yaitu “dia” “ia” atau sanggup juga nama tokoh atau  mereka (jamak). Kata ganti ini dipakai untuk menceritakan tokoh utama dengan mengganti kata jamak dalam teknik ini pada sebuah cerita.


Satu hal perbedaan antara  orang pertama dan  orang ketiga, ialah kebebasan suatu tugas pada cerita. Didalam  orang pertama, penulis sanggup menonjolkan sosok dirinya dalam suatu dongeng yang diciptakan, tetapi ini tidak berlaku pada jenis ini.


Didalam teknik ini, si penulis berada ‘di luar’ jalan isi dongeng lantaran hanya mencerikan tokoh “dia” saja.


Sudut pandang ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :




  • Sebagai Serba Tahu




Didalam ini, si penulis menceritakan apa saja keterkaitannya dengan tokoh utama. Ia dibentuk seakan tahu semua ihwal watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi sebuah kejadian, ia ibarat seorang yang serba tahu ihwal tokoh yang sedang ia bicarakan.


Contohnya :



Sudah hampir 2 minggu  ini Sofi terjun dalam dunia acting. Kedua orang tuanya tidak ada yang merestui jalur karier yang ia jalankan. Ia hingga beradu argumen dengan sang papa yang mempunyai budpekerti keras dan pemarah. Keduanya sempat bersitegang hingga alhasil dipisahkan oleh sang mama disertai derai air mata.





  • Sebagai Pengamat




Teknik ini tidak jauh beda dengan teknik serba tahu diatas, tetapi tidak se-maha tahu teknik diatas hanya penulis menceritakan sebatas pengetahuannya saja.


Pengetahuan ini sanggup diamati dengan penangkapan panca indra, baik dengan melihat, mendengar, mengalami, atau mencicipi suatu kejadian di dalam cerita. Hal ini diperoleh dari hasil pikiran si penulis ihwal tokoh “dia” yang diceritakan.


Contohnya :



Entah apa yang terjadi padanya seminggu belakangan ini. Pulang dari kantor eksklusif memperlihatkan muka masam. Belum lagi puasa bicara yang sudah ia lakukan belakangan ini. Apa sebabnya lantaran korelasi beliau dan sang kekasih yang tidak direstui oleh kedua orangtua ?.



 


3. Sudut Pandang Campuran


Si penulis sanggup menggabungkan antara sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Ada kalanya si penulis ‘masuk’ ke dalam dongeng bukan sebagai tokoh utama dan ada kalanya ia berada di luar dongeng menjadi orang yang serba tahu ataupun sebagai pengamat.


 


Demikianlah pembahasan artikel kali ini, semoga bermanfaat dan menjadi ilmu pengetahuan gres bagi para pembaca.


Baca juga artikel lainnya :





Sumber https://rumusrumus.com