Random post

Monday, September 17, 2018

√ Pisau Yang Paling Berbahaya Yaitu Pisau Tumpul

Information and bullet are alike. It’s not about how big it is, but how accurate is it? Mahfuzh tnt




Pernah memasak? Yap. Postingan kali ini saya tuliskan terinspirasi dari memasak. Ketika di Indonesia saya sangat jarang memasak, kalaupun memasak paling cuma masak air buat kopi dan masak nasi goreng saja.


Berbeda ketika di Jepang ini, saya harus masak sendiri setiap harinya supaya bisa hemat. Nah mengingat saya sama sekali nggak bisa memasak, jadinya dikala awal-awal kedatanganku ke Jepang saya berniat berguru masak. Masakan pertama ialah, Salad! Hahaha.. Sama aja nggak masak sih.


Tapi beneran, awalnya saya berguru bikin salad, alias berguru motong-motong sayuran. Karena sok keren saya berguru motong sayuran dari chef di Youtube. Dan pelajaran yang pertama yang harus diingat adalah


Jangan pernah memakai pisau tumpul untuk memotong sayuran



Pisau Tumpul


Luar biasa bukan? Selama ini mungkin kita menduga kalau pisau tumpul jauh lebih kondusif daripada pisau yang terlalu tajam. Dari kecil juga saya di-didik bahwa pisau tajam itu sangat berbahaya. Tapi kini untuk memasak, pisau tumpul yang justeru lebih berbahaya.


Pisau tumpul sangat sulit dikendalikan, seringkali kita berusaha memotong-motong wortel yang teksturnya agak keras, justeru mengiris tangan sendiri. Perlu tenaga ekstra untuk mengiris-iris sayuran sementara keseimbangan semakin sulit dikontrol.


Era Informasi


Menurutku kasus pisau ini sangat mirip dengan informasi. Kita hidup di abad informasi yang luar biasa. Hampir setiap harinya kita mendapatkan informasi, baik itu dari media online, sosial media maupun dari aplikasi messenger di smartphone.


Era informasi ini merupakan pencapaian yang luar biasa bagi ummat manusia. Ini telah merubah pola pikir kita secara mendasar. Mengubah bawah umur abad 90-an sepertiku yang dulunya tidak suka membaca menjadi pembaca yang luar biasa setiap harinya.


Yang dulunya bila disuruh menuntaskan novel dari guru Bahasa Indonesia saja malasnya minta ampun, kini dengan suka rela membaca pengalaman orang yang tidak dikenal dan tidak terkenal di blog. Dulu bila diminta membaca dua halaman artikel saja mencari-cari yang lebih singkat dari setengah halaman, sementara kini membaca catatan Facebook orang lain sampai beberapa kali skroll masih tahan bahkan dengan rasa ingin tau yang lebih tinggi.


Internet secara eksklusif telah merevolusi cara kita mendapatkan informasi dan meresponnya. Sisi positifnya yaitu kita bisa mendapatkan banyak informasi sedangkan sisi negatifnya ialah kita menjadi terlalu gampang dalam mendapatkan informasi baru.


Informasi Seperti Pisau


Informasi menyerupai pisau, bila tidak cukup tajam justeru berbahaya buat kita. Informasi yang tumpul itu tidak hanya yang abal-abal atau tidak akurat tetapi juga informasi yang tidak lengkap.


Seorang anak berusia 14 tahun, Nathan Zohner pada 1997 berhasil mengajak 86% temannya untuk memboikot penggunaan air yang dikala itu ia sebut Dihidrogen Monoksida (H2O). Informasi dan data yang dipakai benar seluruhnya, valid dan logis, namun tidak lengkap. Ia menyembunyikan istilah yang lebih umum yaitu “air” dalam propagandanya dan lebih mempopulerkan penggunaan istilah DHMO (Dihidrogen Monoksida).


Hal ini menawarkan betapa mudahnya pikiran insan untuk dikendalikan untuk tujuan tertentu dengan memakai informasi yang hanya sepotong-sepotong. Ini sama sekali tidak mengesankan bahwasannya 86% anak yang terpengaruh itu bodoh, hanya saja dalam mencerna informasi mereka hanya menerimanya tanpa ada rasa ingin tau menggali lebih dalam dan tanpa adanya dasar pengetahuan sains yang cukup.


Hal tersebut merupakn sebuah teladan saja untuk masalah yang bekerjasama dengan sains. Sekarang pertanyaannya adalah, apa pembelokan informasi yang tumpul ini hanya terjadi dalam bidang sains? Tentu tidak. Pasti ini juga terjadi dalam bidang politik, ekonomi dan hukum.


Oleh sebab itu mulailah memilah-milah informasi yang akan kalian terima. Jika kalian tidak benar-benar tertarik pada permasalahan aturan dan politik, maka tidak perlu membaca berita-berita politik dan aturan apalagi beropini perihal itu. Karena sejatinya membaca tanpa mengetahui pokok dasar permasalahannya hanyalah sebuah pisau tumpul.


Mulailah lebih fokus pada informasi-informasi yang relevan dengan apa yang sedikit banyak telah kita pahami. Sehingga setiap kali membaca informasi baru, itu mirip menempatkan sebuah serpihan puzzle pada titik yang tepat. Begitu pas, dan bisa menyempurnakan konsep pengetahuan yang telah kita bangun.


Memahami sebuah informasi yang benar dan terstruktur akan jauh lebih baik dibandingkan mengetahui banyak informasi yang random dan tidak terarahkan. Buanglah informasi abal-abal yang hanya membebani pikiran, menciptakan daya budi menjadi tumpul dan gampang sekali menghakimi sesuatu tanpa tahu kebenarannya. Cek ulang setiap informasi yang akan masuk, tanyakan sekali lagi apakah ini relevan dengan pengetahuanmu? Atau bila memang tertarik pada bidang tersebut, mulailah dari dasar, galilah lebih dalam, dan belajarlah dari ahlinya.


Simak Tulisan sebelumnya: Orang Berpendidikan Akan Kalah Dalam Berdebat



Sumber https://mystupidtheory.com