Random post

Wednesday, September 12, 2018

√ Pendidikan Abjad Anak Di Jepang – Menghargai Karya

Salah satu hal yang paling mencolok perihal orang Jepang ialah begitu mudahnya memuji orang lain. Orang Jepang sangat suka memuji orang lain, bahkan salah satu kata bahasa Jepang yang paling terkenal ialah “sugoi” yang berarti “keren/hebat/bagus/luar biasa”. Karya sekecil apapun akan diapresiasi, ini alasannya ialah pendidikan huruf anak Jepang untuk menghargai karya yang dibuat.




Dalam satu pengalaman yang menurutku paling lucu ialah, saya pernah dipuji alasannya ialah tidak melaksanakan sesuatu. Ini sering terjadi ketika saya menolak minum alkohol dan menceritakan kalau saya muslim, pertanyaan selanjutnya biasanya gini “Jadi kau nggak pernah mabuk-mabukan selama hidup?” saya jawab “Tidak”, kemudian mereka jawab “Sugooi!”. Kaprikornus mereka memujiku alasannya ialah saya nggak pernah mabuk, memuji untuk hal yang tidak pernah saya lakukan. Lucu kan?


Membersihkan Asrama


Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, bahwa pendidikan huruf anak jepang ini dilakukan pada summer camp.  Setelah pada hari sebelumnya kami berguru memasak dilanjutkan dengan program berguru bahasa inggris melalui lagu anak, pulang dalam keadaan sangat lelah, dan alhasil mandi air hangat, pagi hari ini kami mulai dengan membersihkan seluruh ruangan yang akan kami tinggalkan kemudian makan di dapur umum(read kantin).


Anak-anak kecil ini sudah dibiasakan untuk membereskan peralatan tidurnya. Kalau di Jepang, tidurnya itu menyerupai pada film Doraemon, jadi ada kasur lantai dan selimut tebal (futon). Kaprikornus mereka diajarin membereskan futon, dan jangan dikira membereskan futon ini cuma asal terlipat terus dimasukin lemari, NO! Futon ini dilipat dengan jumlah lipatan yang sama menyerupai sebelum dipakai kemudian disusun berdasarkan urutan bedcover, selimut dan bantal. Ini membiasakan anak untuk membereskan apa yang telah mereka gunakan sampai sama menyerupai sedia kala.


Setelah urusan kamar beres, kami membersihkan ruangan-ruangan lain yang kami lewati dan kami tempati. Menyapu, mengepel dan membersihkan sampah yang kami bawa dari luar ke dalam asrama. Pokoknya asrama harus higienis menyerupai sedia kala, dan bawah umur kecil ini dengan semangat dan tertawa-tawa membersihkannya. Sangat mendidik dan menyenangkan.


Sarapan Sehat


Agak memalukan sih pengalamanku di kantin ini. Sarapan pagi ini berupa prasmanan, dan dikala masuk kantin, saya lihat bawah umur hanya mengambil dua lembar roti, jadi dalam pikiranku “wah kalau cuma dua lembar roti nggak kenyang nihh..”. Akhirnya saya ambil lauk yang banyak, telur, ikan dan sayur saya ambil banyak, terakhir ternyata sanggup ambil nasi atau roti, alhasil saya diambilkan nasi, numpuk deh masakan di piring. Mungkin bawah umur sudah terbiasa makan roti kalau pagi hari, makanya pada ambil roti.


Aku jalan dengan satu set sarapan ala Jepang yang lengkap dari protein, karbohidrat, vitamin dan lemak-nya. Kemudian mengambil daerah duduk bersama anak-anak. Nah disitu ada yang nanya “Kak, kenapa ambil makannya banyak amat?”. wkkwkwk.. Aku malu.. Tapi saya jawab “Aku lapar, jadi ambil banyak.” XD


Baca Juga: Pendidikan Karakter anak Jepang – Bekerja dan Berproses


 


Membuat Liontin dari Batu Marmer


Sesuai dengan acara yang sudah tertulis, bahwasannya hari ini kami akan menciptakan komplemen dari batu. Awalnya saya masih nggak tahu akan menciptakan apa, dan kalau dari kerikil nanti jadinya menyerupai apa. Tetapi ternyata cukup terang ketika ditunjukkan instruksinya sekilas.


Jadi yang kami buat hanyalah liontin (bandulan kalung), dengan menggunakan batuan marmer. Batuan marmer ini sifatnya lunak namun sanggup mengilap jikalau digosok perlahan. Kaprikornus sebetulnya tidak terlalu pas untuk dijadikan komplemen alasannya ialah terlalu lunak. Tetapi untuk materi prakarya komplemen anak, tentu saja akan sangat sempurna.


Jadi setiap anak akan mendapat kerikil berbentuk kotak, pensil, kikir, dan ampelas. Batu marmer yang berbentuk kotak itu kemudian mereka gambar dengan pensil. Bentuk yang diberikan ialah magatama (semacam jimat dalam kepercayaan shinto). Setelah menggambarkan bentuknya, mereka kemudian mengikis kerikil marmer tersebut untuk mencapai bentuknya dengan menggunakan kikir.



Aku selain mengerjakan proyekku sendiri, juga membantu bawah umur ini menuntaskan tugasnya. Walaupun kami niscaya akan membantu untuk membuatnya tetapi bawah umur ini tidak banyak minta bantuan, mereka berusaha menyelesaikannya sendiri.


Salah satu bencana paling menarik pada program ini adalah, seorang anak alasannya ialah terlalu semangat mengikis batunya, ia terpeleset dan mengikis jarinya, alhasil berdarah. Anak ini nangis, kemudian dibawa kran air, dicuci dan diplester lukanya, seketika itu ia pribadi diam. Bukan hanya itu, ia juga kembali mengambil batunya dan melanjutkan proyeknya. Kaprikornus semenjak kecil mereka sudah mempunyai mental berjuang untuk menuntaskan apa yang menjadi tugasnya. Pantang bagi mereka mengerjakan sesuatu setengah jadi.



Akhirnya semua anak mempunyai karyanya masing masing. Selain proyek bawah umur saya juga sudah menuntaskan liontinku. Karena waktu itu saya nggak mau buat contoh liontin yang sama dengan anak-anak, kerikil marmerku saya bentuk jantung / hati, cuma kepikiran bentuknya yang oval jadi gampang aja gitu.




Liontin buatanku ini jadi dilihatin anak-anak. Semua pada dateng dan pengen lihat, terus liontinnya dipinjem di elus-elus ke pipi, katanya halus gitu. Aku ketawa ngelihatin tingkah lucu bocah-bocah ini. 😀


Setelah liontin jadi, mereka diberikan tali yang dipakai sebagai kalung. Semua anak menggunakan liontinnya, dan bagaimanapun bentuk kalung milik temannya mereka akan memujinya. Mereka saling memuji dan menghargai karya milik temannya. Tentu saja mereka juga menghargai karya mereka sendiri sehingga mau menggunakan liontin buatannya sendiri.


Baca Juga: Tour Gratis Pembuatan Katana di Bizen Jepang 


Dari acara sederhana ini, ada banyak pelajaran berharga yang sanggup saya ambil dari bawah umur ini. Bukan hanya perihal kerja keras dalam menciptakan sebuah karya, tetapi juga menghargai bagaimanapun karya yang telah kita buat, juga memuji karya milik orang lain. Semua kegiatan ini bernuansa sangat positif dan membangun, tidak ada perkelahian ataupun bertengkar, ini menunjukkan gambaran pendidikan huruf anak Jepang yang sempurna.


Yap that’s all.. Thanks for reading. See ya!



Sumber https://mystupidtheory.com