Beberapa ahad yang lalu, selain kasus Kopi Sianida, berita-berita di tanah air dibanjiri oleh kasus penggandaan uang seorang yang dianggap kyai yaitu Dimas Kanjeng. Yang menciptakan informasi ini semakin panas di dunia maya ialah alasannya yaitu dalam kasus ini pelaku bisa menipu dua orang professor. Walaupun mungkin dua orang itu tadi diangkat sebagai professor, tapi tolong banget jangan melabeli “orang berilmu juga kena tipu” alasannya yaitu definisi bahwasannya professor itu pintar, terpaksa harus kita refisi untuk kasus ini. Mendengar kasus penggandaan uang ke kyai ini, saya jadi teringat dongeng kimiawan masa lalu.
Sebelum Masa Kimiawan
Pada masa-masa awal, ilmu kimia masih tergabung sebagai sihir. Belum ada yang bisa menjelaskan wacana insiden kimia secara logis dan terstruktur. Jika terjadi perubahan warna dari suatu cairan menjadi warna lain, maka secara sederhana dianggap sebagai sihir. Pada masa-masa ini beberapa orang yang mempunyai pengetahuan wacana perubahan-perubahan warna dan perubahan wujud gas ini disebut penyihir
Ilmuwan Kimia Masa Awal
Perkembangan berikutnya ialah mulai diakuinya kimia sebagai ilmu. Beberapa pemimpin (khalifah dan raja) mulai mengetahui bahwa kimia merupakan ilmu yang sistematis, mempunyai metode tertentu yang terukur sehingga sanggup dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.
Mengetahui hal ini, penguasa mulai mempekerjakan jago kimia sebagai tabib istana (dunia medisinal), pembuat ramuan obat dan aneka macam kepentingan lainnya. Kemudian seiring berjalannya waktu, negara mulai memakai ilmuwan, termasuk kimiawan untuk banyak kepentingan.
Kimiawan Dapat Menggandakan Uang !
Pada masa lalu, pemerintah telah menyadari betapa pentingnya ilmuwan kimia dan betapa berbahayanya mereka. Salah satu yang paling menarik ialah setiap kimiawan di masa lalu, utamanya kimiawan kerajaan akan disumpah untuk tidak memakai ilmunya untuk hal-hal ini:
- Membunuh (terutama melalui racun)
- Memperkaya diri sendiri (mencetak uang)
Aturan ini menciptakan para
ilmuwan dilarang gila harta, tidak memanfaatkan ilmunya untuk laba sendiri. Makara semenjak zaman kerajaan dahulu kala, yang dianggap bisa menggandakan uang itu kimiawan. Ini sangat logis alasannya yaitu kimiawan mempunyai pengetahuan yang cukup wacana logam dan penyepuhannya.
Pemurnian logam baik emas perak dan tembaga merupakan bidang penelitian para kimiawan. Oleh karenanya akan sangat logis kalau menganggap kimiawan bisa menggandakan uang. Tentu saja ini bukan benar-benar menggandakan, tetap harus ada materi baku-nya, bukan hal-hal yang gaib, tetapi sains, terukur dan mempunyai metode ilmiah.
Perkembangan Uang Modern
Peranan uang sebagai alat tukar, kemudian memang belum bisa digantikan. Uang telah berkembang dari logam yang gampang diimitasi menjadi uang kertas yang sangat sulit diimitasi. Tentu saja keduanya mempunyai kelebihan masing-masing.
Uang
logam mempunyai nilai interinsik, yaitu nilai dari bahannya berupa logam berharga. Tetapi uang logam ini gampang sekali palsukan. Tetapi bagusnya ialah, walaupun gampang dipalsukan tetapi materi baku dari uang logam tetap saja sulit diperoleh, oleh karenanya menjiplak uang logam ialah tindakan bodoh.
Bahkan terkadang nilai interinsik dari uang logam bisa lebih berharga daripada nilai nominalnya. Salah satu teladan yang paling sederhana ialah kasus peleburan uang logam untuk kerajinan kuningan. Ini terjadi di era-era tahun 2000an dimana masih banyak sekali uang receh kuningan (100an, 500an). Banyak pengrajin kuningan risikonya mengumpulkan uang receh dan meleburnya menjadi materi baku kerajinan kuningan. Cerdas bukan? XD
Sedangkan di sisi lain uang kertas tidak mempunyai nilai interinsik pada materi bakunya, tetapi mempunyai nilai nominal yang lebih besar dari uang logam. Karena nilai nominalnya bisa jauh lebih berharga dibandingkan nilai materi bakunya, maka di masa kemudian banyak sekali orang yang menjiplak uang kertas.
Uang kertas yang kini ini pada umumnya terbuat dari adonan linen dan kapas, penggunaan adonan dua material ini menciptakan uang lebih besar lengan berkuasa dan tahan terhadap kerusakan. Test standard yang dipakai untuk menguji daya tahan uang ialah memakai mesin basuh dan detergent. Test ini sederhana namun sangat efektif, uang yang besar lengan berkuasa harus bisa bertahan tidak luntur dan sobek saat tercuci di mesin cuci.
Untuk mengamankan atau memperlihatkan identitas orisinil dari uang digunanakan pita khusus yang bisa merespon sinar ultraviolet, kemudian dipakai juga tinta khusus yang sanggup berubah warna dan yang terakhir ialah penggunaan tinta khusus yang tidak sanggup dilihat dan hanya akan merespon sinar infra merah pada panjang gelombang yang spesifik.
Melihat begitu kompleksnya pembuatan uang ini, kalian niscaya sudah bisa membayangkan, siapakah yang ada dibalik desain uang kertas yang kalian pegang sekarang?
Thanks for reading!
Sumber https://mystupidtheory.com