Random post

Saturday, September 22, 2018

√ Apa Sains Yakni Menghafal?

Entahlah kenapa tiba-tiba saya kepikiran untuk menuliskan wacana ini. Judul goresan pena ini bergotong-royong ialah pesan yang sudah sering sekali saya dengar. Aku bahkan sudah dijejali dengan kalimat “Sains itu bukan hapalan” semenjak duduk di dingklik SMA, walaupun pada prakteknya tetap  harus menghafalkan tabel periodik unsur. XD




Sains bukanlah hafalan, itu yang saya pahami semenjak dahulu. Tetapi ketika kita masuk ke dalam pelajaran sains, ternyata isinya semua ialah hapalan. Belajar matematika berarti hafalan rumus-rumus, biologi berarti harus menghafalkan siklus Kreb, kimia berarti menghafalkan nama-nama unsur dan fisika ialah aturan Newton, Kepler, dan Hook. Geologi butuh hapalan jenis-jenis mineral, lingkungan berarti hapalan siklus karbon, dan kedokteran berarti hapalan fungsi organ tubuh.


Akhirnya kalimat “Sains bukanlah hafalan!” hanyalah dongeng dan bualan belaka, alasannya ialah memang kita harus menghapalkannya.



Konsep Matematika


Pemikiran jadinya mengingatkan saya ke hal-hal kecil yang kualami sendiri semenjak di dingklik sekolah. Kenyataanya saya sendiri memang nggak terlalu sanggup menghafal, ini termasuk urusan hafalan paling dasar menyerupai perkalian yang diwajibkan ketika SD.


Walaupun umi (read:ibu) dan abah (read: abah) ialah guru matematika, tapi anaknya yang satu ini memang gagal menghafalkan pekalian 1-10.


Buatku perkalian ialah sebuah konsep perhitungan, dan ketika saya paham konsep perkalian itu, maka sudah cukup. Aku sanggup menuntaskan semua permasalahan wacana perkalian seberapapun rumitnya itu asalkan diberi cukup waktu. Makara kalau ada soal perkalian ribuan, belum dewasa yang hafal tabel perkalian akan sanggup mengerjakannya dalam 1 menit, saya bisa-bisa menghabiskan waktu 5-6 menit untuk menyelesaikannya. Aku sanggup menyelesaikannya, hanya saja alasannya ialah nggak hafal tabel perkalian jadi lambat proses mengerjakannya.


Proses yang lambat itu kemudian saya abaikan, dan tidak pernah berusaha saya tingkatkan menjadi cepat, dengan alibi bahwa kalkulator akan sanggup mengerjakan dengan cepat.


Kenyataannya, saya sanggup menuntaskan pendidikan dasar sampai SMA, walaupun tidak hafal perkalian. Nilai matematika yang saya peroleh juga bukan pada predikat “sekedar asal lulus” tetapi cukup memuaskan, walaupun tidak juga “sangat wah”.


Untuk matematika, memang hampir semua akan menyadari kalau konsep berfikir lebih penting dibandingkan hafalan. Makara kalau selama ini cara menghitung luas segitiga yang kita pelajari ialah 1/2.a.t, buatku dibandingkan menghafalkan rumusnya, akan lebih penting lagi memahami “kenapa rumus luas segitiga itu 1/2 a.t?”. Karena menurutku di situlah ilmu matematikanya. Pun sama halnya dengan luas persegi, trapesium dan lingkaran.



Lebih dari Sekedar Istilah


Beberapa bulan yang lalu, ketika ramainya “Teori Bumi Datar” benar-benar menciptakan saya sadar kalau selama ini banyak sekali yang gagal memahami bahwa sains ialah sebuah kerangka berpikir, bukan sekedar hafalan.


Hingga dikala ini, pemahaman bahwasannya bumi ialah lingkaran mungkin hanya hafalan semata. Guru-guru menunjukkan beberapa bukti bahwa bumi itu lingkaran juga sebagai hafalan semata, bukan sebuah konsep yang pakem dan masuk akal.


Pun dalam videonya Flat Earth menyampaikan bahwa gravitasi ialah HOAX, dan banyak sekali yang menyakini demikian sehabis menonton videonya. Sementara hukum-hukum wacana gerak dan gravitasi dalam Newton Law of Motion ialah bahan fisika SMA. Artinya apa? Mereka yang menyampaikan gravitasi ialah HOAX sama sekali tidak memahami konsep dasar dari gravitasi. Mungkin mereka hafal bahwasannya gravitasi bumi ialah 9.8 m/s^2, rumus gerak benda yang bergerak ialah 1/2.a.t^2, dan banyak sekali rumus fisika Newton, tetapi pada kenyataanya tidak paham sama sekali konsep dasar dari gravitasi, pembuktian gravitasi dan persyaratan adanya gaya gravitasi.


Dalam sains, cara kerja merupakan hal yang jauh lebih penting daripada masalah hafalan. Makara bagaimana cara mengalikan dua bilangan?, itu lebih penting daripada hapalan perkalian semua angka. Pun sama memahami konsep cara menghitung luasan suatu bangun datar, itu  lebih penting daripada menghafalkan rumus untuk semua bangun datar.


Jika kita tarik dalam sains fisika maka saya sanggup bilang guru harus membuktikan lebih dalam wacana konsep gravitasi. Suatu dikala kalau ada yang bertanya kenapa benda jatuh ke tanah? Jangan lagi puas pada balasan “karena gravitasi”, gravitasi hanyalah sebuah istilah, tanyakan lebih lanjut kenapa ada gravitasi? itu poin pentingnya. Ketika konsep gravitasi dipahami dengan matang, maka bagiamanapun insiden benda yang jatuh ke tanah tidak lagi dikaitkan pada aturan Archimedes ataupun energi elektromagnetik melainkan aturan gravitasi Newton.


Sama hal-nya dengan pertanyaan kenapa kereta, sepeda motor dan insan sanggup bergerak? balasan “karena mempunyai energi” ialah sebuah balasan yang sia-sia. Non scientific at all. Dalam sebuah proses bergeraknya kereta api memakai sistem gerak, dari rel, roda besi, gir, sampai proses pembangkit energi listriknya, seluruh rangkaian dalam kereta api inilah sains. Sedangkan pada sepeda motor, dongeng dari bensin yang masuk ke tangki bensinnya, terjadi pembakaran yang dipicu dari starter kemudian menggerakkan piston, kemudian gaya gerak dari piston inilah yang dikonversi sebagai gaya gerak rotasi pada ban motor, itulah yang disebut dengan sains. Pun sama hal-nya bagaimana insan sanggup bergerak merupakan proses yang sangat rumit dan hanya sanggup dijelaskan dengan pemahaman sains yang memadai.


Dalam bidang biologi, salah satu pokok bahasan yang penting ialah wacana siklus kreb. Ketika Sekolah Menengan Atas niscaya kita diminta menghafalkan siklus Kreb, tapi kemudian untuk apa hafalan siklus Kreb tersebut? mungkin ini takkan terjawab oleh guru SMA-mu. Buatku mengerti “kenapa siklus Kreb itu penting?” dan “apa yang coba dijelaskan oleh siklus tersebut?” akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan menghafalkan siklus kreb itu sendiri. Siklus Kreb merupakan klarifikasi paling masuk nalar wacana  bagaimana sel memperoleh energinya dari masakan yang kita makan dan oksigen yang kita hirup. Toh untuk urusan siklus kreb sendiri kita sanggup membukanya di buku cetak ataupun google. 🙂



Sains Sangat Menyiksa!


Pada suatu ketika Michio Kaku pernah menyampaikan bahwa anaknya mengeluh wacana kiprah sains di sekolahnya. Ketika di sekolah, belum dewasa disuruh menghafalkan jenis-jenis mineral dan batuan, jadinya si anak mengeluh dan menyampaikan “Sains itu sangat menyiksa, kenapa ada orang di dunia ini yang mau menjadi saintis?”. Padahal ayah Si anak ialah seorang saintis. Michio Kaku merasa murung dan terluka atas perkataan Sang Anak, jadinya ia menyampaikan lupakan saja hafalannya, mari kita lihat proses bagaimana mineral-mineral ini terbentuk.


Aku sanggup bilang, itulah sisi menarik dari sains. Bukan pada hafalannya tetapi pada konsepnya. Pada dasarnya sains sangat dekat kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan bagiamana? dan kenapa? dibandingkan dengan pertanyaan apa? dan berapa?



Nyawa dari Sains


Buatku sendiri nyawa dari sains ialah pertanyaan dan rasa penasaran. Diakui oleh Neil De Grease Tyson, seorang saintis asal Amerika, “Ketika kau kehilangan rasa penasaran, maka saya tidak lagi membutuhkanmu di laboraturiumku!”


Maka sudah saatnya berguru sains harus lebih dari sekedar hafalan belaka. Sains akan memuaskan rasa penasaranmu! Dan akan selalu berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental wacana alam.



Kesimpulan


Sains bukanlah hafalan semata, tetapi contoh pikir dan sebuah cara kerja. Dalam konteks sains menuntaskan pertanyaan “bagaimana?” dan “mengapa?” ialah hal yang lebih fundamental dibandingkan “apa” dan “berapa?”.  Tetapi tidak sanggup dipungkiri bahwasannya menghafal memang akan mempermudah kita dalam menuntaskan permasalahan-permasalahan sain. Makara pokok penting dalam sains bukanlah menghafal namun memahami konsep dibalik fakta dan data yang ada.


Thanks for reading guys! Share supaya temen kau tahu kalau bacaanmu bermanfaat! 😀



Sumber https://mystupidtheory.com