Random post

Friday, July 6, 2018

√ Ikan Paus Itu Ialah Anak Bangsa


Sekitar sebulan yang lalu, hangat diperbicarakan di ruang publik, media umum dan media massa online, wacana ikan paus yang tenggelam di Wakatobi, sebuah pulau kecil di Sulawesi Tenggara. Isu ikan paus yang terdampar mati di Wakatobi ini menjadi sorotan bukan hanya di Indonesia tetapi di dunia lantaran ketika dibuka kepingan perut dari ikan paus ini berisi sampah plastik. 





Dilaporkan oleh WWF  “5,9 kg sampah plastik ditemukan di dlm perut paus malang ini! Sampah plastik yaitu: plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150 gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), didominasi o/ tali rafia (3,26 kg) & gelas plastik (115 pcs, 750 gr).” 





Kalau kita melihat luasnya lautan, maka insiden terkumpulnya sampah plastik di dalam perut paus ini mustahil merupakan kebetulan. Artinya ikan paus tidak sedang berenang di lautan, kemudian ketika membuka mulutnya plastik itu masuk ke dalam badan paus. 





Masuknya plastik ini besar kemungkinannya dikarenakan ketertarikan ikan paus terhadap sampah plastik lantaran mengiranya sebagai makanan. Perilaku mengira sampah plastik sebagai masakan ini terjadi pada lebih dari 180 spesies laut. 





Siapa yang salah sampai binatang maritim mati lantaran mengkonsumsi sampah? Tentu saja hewan-hewan tersebut yang salah, lantaran mereka nggak dapat membedakan sampah plastik dan cumi-cumi atau ubur-ubur masakan mereka. 





Itu kalau kalian mau jawab memakai kebodohan sebagai dasar berargumennya.





Tetapi kita kan sudah sama-sama tahu bahwa insan yang memproduksi, memakai dan membuang sampah plastik itu. Maka alasannya matinya binatang maritim setiap harinya itu lantaran sampah plastik yang dibuang oleh manusia. 





Sampah plastik yang banyak di lautan itu memang akhir dari insan yang tidak mengerti wacana membuang sampah pada tempatnya. Mereka buang sampah sembarangan, terseret ke got, terbawa pedoman ke sungai dan masuk ke laut. 





Tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwasannya sampah plastik itu ada lantaran plastiknya diproduksi, dijual dan diiklankan diberbagai media. Promosi penggunaan plastik ini telah dimulai semenjak tahun 1950.





Kesuksesan plastik sampai dipercaya menjadi bungkus makanan, minuman, bahkan sayuran, yap sayuran organik dibungkusnya pakai plastik! itu semua disebabkan lantaran promosinya yang sudah lebih dari 60 tahun. Dulu kita tidak pernah tahu kalau sampah plastik ini menjadi berakibat sangat fatal bagi lingkungan. Dulu, insan tidak mengira kalau plastik itu dapat merusak tanah, mencemari air bahkan sampai menewaskan Ikan Paus, yang sejatinya sangat jauh interaksinya dari kehidupan insan dan plastik.  





Karena itu, kalau ketika ini ada yang menciptakan petisi untuk menghentikan iklan plastik, sebagai orang yang pernah berguru lingkungan, saya sih sepakat-sepakat saja. 





Sebab jikalau plastik-plastik ini tidak populer, maka sampah plastik yang berpotensi masuk ke dalam badan ikan paus di Wakatobi terang berkurang. 





Iklan botol plastik dengan aneka macam lekuk bentuk dan warnanya ini, memang menarik. Tetapi kalau kita sudah tahu dampaknya 20 sampai 60 tahun mendatang maka menahan popularitas penggunaan plastik ini mungkin jauh lebih baik. 





Kalian tahu lah, kalau usaha-usaha untuk memerangi penggunaan sampah plastik itu sudah dimulai semenjak awal tahun 2000an. Saat ini memang sudah semakin marak, dipopulerkan oleh gaya hidup urban dan aneka macam organisasi pemerhati lingkungan. 





Tetapi perkembangannya itu belum seberapa dibandingkan dengan terus bertambahnya penggunaan kemasan plastik untuk makanan, minuman dan produk lainnya. 





Artinya, ketika plastik-plastik sudah sangat terkenal akhir iklan di TV-TV, internet dan aneka macam media, maka untuk menanggulangi masalahnya diharapkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Jadi jikalau iklan-iklan kemasan plastik tidak boleh memakai petisi, seharusnya masyarakat modern menyepakatinya. 





Jelas yang akan berteriak nyaring yaitu produsen plastik dan media yang mencoba mempromosikannya. Sebab ada banyak sekali penggunaan produk plastik yang mereka pasarkan. Industri makanan, minuman, pakaian, make up dan aneka macam industri fashion, kesemuanya memakai plastik sebagai kemasannya.





Sebab ibarat judul di goresan pena ini, saya nggak mau kalau anak bangsa di masa depan dijejali dengan sampah plastik hanya lantaran otak mereka tidak dapat membedakannya dari masakan asli. 





Thanks for reading!



Sumber https://mystupidtheory.com