Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional - Tahun 1908 merupakan titik awal bangkitnya kesadaran nasional. Dimulai pada tahun tersebut mulai bermunculan organisasi pergerakan nasional yang pertama (Budo Utomo - 20 Mei 1908), yang kemudian disusul oleh organisasi-organisasi lainnya (Sarekat Islam berdiri tahun 1905, namun ketika itu masih berbentuk sarekat dagang yang awalnya hanya mengayomi pedagang pedagang Islam). Dengan demikian usaha bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan itu telah memasuki tahap baru, yang lain sifatnya dengan usaha masa sebelum tahun 1908.
Perjuangan bangsa indonesia untuk mencapai kemerdekaannya mempunyai ciri dan sifat-sifat usaha yang berbeda sesudah tahun 1908, berikut sifat-sifat usaha bangsa indonesia untuk mencapai kemerdekaannya sesudah tahun 1908:
- Menggunakan organisasi yang teratur dan lebih terstruktur.
- Bersifat nasional, artinya sudah terjadi kolaborasi antar tempat di seluruh Indonesia.
- Tidak tergantung pada satu orang (pimpinan). Artinya, jikalau pimpinan / sesorang ditangkap, kiprahnya sanggup digantikan oleh yang lain.
Pergerakan nasional di Indonesia sendiri lahir lantaran adanya beberapa faktor, yaitu faktor-faktor dari dalam dan luar negeri.
Berkut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari dalam negeri:
- Timbulnya kaum terpelajar. Mereka inilah yang memolopori pergerakan nasional.
- Penderitaan rakyat yang sudah cukup lama, sehingga menjadikan dorongan yang berpengaruh untuk berjuang membebaskan diri dari segala penjajahan yang mengakibatkan penderitaan.
- Pengalaman usaha masa lampau. Perjuangan fisik dan bersifat kedaerahan ternyata tidak banyak berhasil, sehingga mendorong untuk mengubah cara usaha menjadi lebih diplomatik dan lebih terkoordinasi.
Berkut beberapa faktor lahirnya pergerakan nasional di indonesia dari luar negeri:
- Adanya efek dari gerakan nasional di negara-negara lain. Misalnya gerakan nasional di Filipina dan India.
- Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904-1905. Hal ini telah membangkitkan semangat banyak bangsa Asia bahwa mereka sanggup mengusir bangsa eropa (penjajah) jikalau mereka bersungguh sungguh, termasuk Indonesia untuk mengusir Belanda (kaum penjajah).
Untuk lebih mempersingkat waktu Berikutnya akan diulas organisasi-organisasi yang berdiri pada masa Pergerakan Nasional. Beberapa organisasi yang berdiri pada masa tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Sarekat Islam (16 Oktober 1905)
Syarikat Islam / Sarekat Islam (disingkat SI) dahulu berjulukan Sarekat Dagang Islam (disingkat SDI) didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905, Sarekat Dagang Islam merupakan organisasi pertama yang lahir di Indonesia, pada awalnya Organisasi Sarekat Islam yang dibuat oleh Haji Samanhudi ini merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang masuknya pedagang gila yang ingin menguasai ekonomi rakyat.
Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama Sarekat Dagang Islam kemudian diubah menjadi Sarekat Islam (SI), dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga tidak hanya terbatas pada pedagang saja. Tujuan SI ialah membangun persahabatan, persaudaraan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.
Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan Sarekat Islam sebagai berikut:
Karena perkembangannya yang pesat pada waktu SI sentra mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Meskipun dalam anggaran dasarnya tidak tampak adanya unsur politik, namun dalam kegiatannya Syarikat Islam menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah hindia Belanda.
Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
Seiring dengan berjalannya waktu, kesannya Syarikat Islam (SI) sentra diberi legalisasi sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI menjelma partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto, sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam Central Sarekat Islam menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central Sarekat Islam sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Central Sarekat Islam.
Namun Tjokroaminoto tidak usang berada di forum yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda tersebut dan Tjokroaminoto keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), lantaran volksraad di anggap sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia Belanda dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. Sebelumnya Tjokroaminoto ketika itu sudah menyuarakan semoga bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, namun hal ini ditolak oleh pihak Belanda.
Sarekat Islam yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba membuatkan pengaruhnya, namun lantaran paham yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya tidak berhasil. Kemudian mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh lantaran dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.
Baca Juga : Sejarah Lengkap Sarekat Islam (SI)
Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI menyerupai Tan Malaka, Darsono, Alimin Prawirodirdjo dan Semaoen. Hal ini mengakibatkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen.
- memajukan perdagangan
- membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha (permodalan)
- memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli
- memajukan kehidupan agama Islam
Karena perkembangannya yang pesat pada waktu SI sentra mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Meskipun dalam anggaran dasarnya tidak tampak adanya unsur politik, namun dalam kegiatannya Syarikat Islam menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah hindia Belanda.
Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
Seiring dengan berjalannya waktu, kesannya Syarikat Islam (SI) sentra diberi legalisasi sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI menjelma partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto, sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam Central Sarekat Islam menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central Sarekat Islam sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Central Sarekat Islam.
Namun Tjokroaminoto tidak usang berada di forum yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda tersebut dan Tjokroaminoto keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), lantaran volksraad di anggap sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia Belanda dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. Sebelumnya Tjokroaminoto ketika itu sudah menyuarakan semoga bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, namun hal ini ditolak oleh pihak Belanda.
Sarekat Islam yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba membuatkan pengaruhnya, namun lantaran paham yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya tidak berhasil. Kemudian mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh lantaran dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.
Baca Juga : Sejarah Lengkap Sarekat Islam (SI)
Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI menyerupai Tan Malaka, Darsono, Alimin Prawirodirdjo dan Semaoen. Hal ini mengakibatkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen.
2. Budi Utomo (20 Mei 1908)
Organisasi Budi Utomo (juga disebut Boedi Oetomo) merupakan sebuah organisasi cowok yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. yang Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dimana sebelumnya ia telah berkeliling Pulau Jawa untuk memperlihatkan idenya membentuk Studiefounds..
Sejatinya organisasi ini Dipelopori oleh pemuda-pemuda dari STOVIA, Sekolah Peternakan dan Pertanian Bogor, Sekolah Guru Bandung, Sekolah Pamong Praja Magelang dan Probolinggo serta Sekolah Sore untuk Orang Dewasa di Surabaya. Para pelajar terdiri dari Muhammad Saleh, Soeradji, Soewarno A., Suwarno B., R. Gumbreg, R. Angka, Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soetomo. Nama Budi Utomo sendiri diusulkan oleh Soeradji dan semboyan yang dikumandangkan yaitu Indie Vooruit (Hindia Maju) dan bukan Java Vooruit (Jawa Maju).
Sejatinya organisasi ini Dipelopori oleh pemuda-pemuda dari STOVIA, Sekolah Peternakan dan Pertanian Bogor, Sekolah Guru Bandung, Sekolah Pamong Praja Magelang dan Probolinggo serta Sekolah Sore untuk Orang Dewasa di Surabaya. Para pelajar terdiri dari Muhammad Saleh, Soeradji, Soewarno A., Suwarno B., R. Gumbreg, R. Angka, Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soetomo. Nama Budi Utomo sendiri diusulkan oleh Soeradji dan semboyan yang dikumandangkan yaitu Indie Vooruit (Hindia Maju) dan bukan Java Vooruit (Jawa Maju).
Gagasan Studiesfounds yang ditawarkan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo sejatinya bertujuan untuk menghimpun dana guna mengatakan beasiswa bagi pelajar yang berprestasi dan mempunyai perekonomian yang lemah sehingga tidak sanggup melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak terwujud, akan tetapi gagasan itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi Utomo sendiri ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan.
Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, Budi Utomo menerapkan usaha-usaha sebagai berikut:
- memajukan pengajaran
- memajukan perdagangan, peternakan dan pertanian
- menghidupkan kembali kebudayaan.
- memajukan teknik dan industri
Seandainya dilihat dari tujuannya, Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik akan tetapi merupakan organisasi pelajar dengan pelajar STOVIA yang menjadi penggalan intinya. Sampai menjelang kongresnya yang pertama di Yogyakarta organisasi ini telah mempunyai 7 cabang, yakni di Bogor, Batavia, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Ponorogo dan Surabaya. dalam mengejar kepentingannya Budi Utomo pada dasarnya menerapkan taktik dengan bersifat kooperatif terhadap pemerintah belanda.
Untuk mengkonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya), Budi Utomo menggelar kongres yang pertama di Yogyakarta yaitu pada 3-5 Oktober 1908. Kongres menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
Sampai dengan selesai tahun 1909, Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang dengan jumlah anggota sekitar 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut mulailah terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Sehingga tidak sedikit anggota muda yang menyingkir dari barisan depan, dan menyisakan golongan priayi dan pegawai negeri sebagai anggota lebih banyak didominasi di Budi Utomo. Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya Budi Utomo terdepak ke belakang.
Baca Juga : Sejarah Lengkap Organisasi Budi Utomo
Mulai tahun 1912, ketika Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan R.T. Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu signifikan lantaran pada ketika itu telah muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, menyerupai Indiche Partij (IP) dan Sarekat Islam (SI). Akan tetapi Budi Utomo tetap mempunyai andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yaitu telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh lantaran itu setiap tanggal 20 Mei (Tanggal Berdirinya Budi Utomo) ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Untuk mengkonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya), Budi Utomo menggelar kongres yang pertama di Yogyakarta yaitu pada 3-5 Oktober 1908. Kongres menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
- Kegiatan Budi Utomo terutama difokuskan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.
- Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.
- Yogyakarta ditetapkan sebagai sentra organisasi.
- R.T. Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) dipilih sebagai ketua Budi Utomo.
- Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada Pulau Jawa dan Madura .
Sampai dengan selesai tahun 1909, Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang dengan jumlah anggota sekitar 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut mulailah terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Sehingga tidak sedikit anggota muda yang menyingkir dari barisan depan, dan menyisakan golongan priayi dan pegawai negeri sebagai anggota lebih banyak didominasi di Budi Utomo. Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya Budi Utomo terdepak ke belakang.
Baca Juga : Sejarah Lengkap Organisasi Budi Utomo
Mulai tahun 1912, ketika Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan R.T. Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu signifikan lantaran pada ketika itu telah muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, menyerupai Indiche Partij (IP) dan Sarekat Islam (SI). Akan tetapi Budi Utomo tetap mempunyai andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yaitu telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia. Oleh lantaran itu setiap tanggal 20 Mei (Tanggal Berdirinya Budi Utomo) ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional.
3. Muhammadiyah (18 November 1912)
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang berjulukan Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan K. H. Ahmad Dahlan, Tujuan didirikannya Muhammadiyah yaitu memajukan pengajaran Islam, mengembangkan pengetahuan Islam dan cara hidup berdasarkan peraturan Islam, membantu dan meningkatkan kehidupan sosial masyarakat Islam.
Untuk mencapai tujuan partai, Muhammadiyah menempuh usaha-usaha, antara lain:
Logo Muhammadiyah |
Untuk mencapai tujuan partai, Muhammadiyah menempuh usaha-usaha, antara lain:
- mendirikan, memelihara, dan membantu pendirian sekolah berdasarkan agama Islam untuk memberantas buta huruf
- mendirikan dan memelihara masjid, langgar, rumah sakit, dan rumah yatim piatu
- membentuk tubuh perjalanan haji ke tanah suci.
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan fatwa Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan memperteguh keyakinan wacana agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan perempuan yang dinamakan Aisyiah,
Sejak berdiri di Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat. Sampai tahun 1913, Muhammadiyah telah mempunyai 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
K. H. Ahmad Dahlan sendiri memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 - 1922 dimana ketika itu masih memakai sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah digantikan oleh KH Ibrahim yang kemudian memimpin Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian menjelma Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari menjelma Muktamar 3 tahunan dan menyerupai ketika ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
4. Indische Partij (25 Desember 1912)
Indische Partij (IP) berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yakni Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo).
Indische Partij mempunyai harapan untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik golongan Indonesia orisinil maupun golongan (keturunan) Arab, Cina dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa indonesia dengan semangat nasionalisme Indonesia. Cita-cita Indische Partij banyak disebar luaskan melalui media surat kabar De Expres. Selain itu juga disusun kegiatan kerja sebagai berikut:
Dengan tujuan dan cara-cara mencapai tujuan menyerupai itu maka sanggup diketahui bahwa Indische Partij berdiri di atas nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka. Dengan demikian, sanggup dikatakan bahwa Indische Partij yaitu partai politik pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi. Sehingga dalam waktu yang relatif cepat Indische Partij memiliki 30 cabang dengan anggota mencapai 7.000 orang yang kebanyakan orang Indonesia.
Oleh lantaran sifatnya yang progresif dengan menyatakan diri sebagai partai politik yang mempunyai tujuan Indonesia merdeka sehingga pemerintah hindia belanda tidak mau mengatakan status tubuh aturan dengan alasan Indische Partij bersifat politik dan akan mengancam ketertiban umum. Meskipun demikian, para pemimpin Indische Partij masih terus menjalankan propaganda untuk membuatkan pemikiran-pemikirannya.
Baca Juga : Munculnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Salah satu hal yang menciptakan pemerintah Hindia Belanda geram yaitu tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda) yang isinya berupa sindiran terhadap ketidak adilan di tempat jajahan belanda. Karena kegiatan Indische Partij sangat mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi eksekusi pengasingan dan mereka bertiga menentukan Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.
Setelah diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka eksistensi Indische Partij makin berkurang. Kemudian Indische Partij merubah namanya menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National Indische Partij (NIP). Pada perjalanannya National Indische Partij tidak pernah mempunyai efek yang singnifikan di masyarakat sehingga pada kesannya hanya menjadi perkumpulan orang-orang terpelajar.
Dengan cara itu Sneevliet dan ISDV mempunyai efek yang berpengaruh di kalangan Sarekat Islam, lebih-lebih sesudah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI, menyerupai Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI Cabang Semarang yang sudah berada di bawah efek ISDV semakin terang warna Marxisnya dan selanjutnya terjadilah perpecahan dalam Sarekat Islam.
Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya pada bulan Desember 1924 menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Susunan pengurus PKI, antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), Dekker (bendahara) dan Bersgma (sekretaris).
PKI semakin aktif dalam kancah politik dan untuk menarik massa PKI menghalalkan secara cara dalam propagandanya. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk mempergunakan kepercayaan rakyat menyerupai Ramalan Jayabaya dan Ratu Adil.
Kemajuan yang diperolehnya ternyata menciptakan PKI lupa diri sehingga merencanakan suatu petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan pemberontakan di Batavia dan disusul di daerah-daerah lain, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di Sumatra Barat pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang singkat semua pemberontakan PKI tersebut sanggup ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat ditangkap, dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).
Baru beberapa tahun kemudian, berdirilah Tri Koro Dharmo, Tri Koro Dharmo (Jong Java) merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA tanggal 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo(Memiliki makna : Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan cowok ini didirikan atas dasar banyaknya cowok yang menganggap bahwa Budi Utomo merupakan organisasi elite.
Trikoro Dharmo yang diketui oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan organisasi cowok yang pertama yang anggotanya terdiri dari para siswa sekolah menengah yang berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan Trikoro Dharmo ialah sebagai berikut:
Tujuan tersebut bahwasanya gres merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang bahwasanya ialah menyerupai apa yang tertulis dalam majalah Trikoro Dharmo yakni mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda Jawa, Madura, Sunda, Lombok dan Bali. Oleh lantaran sifatnya yang masih Jawa sentris maka para cowok di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang senang.
Baca Juga : 10 Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia (Lengkap)
Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918 nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para cowok dari Madura, Bali dan Sunda. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921 terbersit wangsit untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, akan tetapi upaya ini belum bisa terlaksana.
Sejalan dengan berdirinya Jong Java, pemuda-pemuda di tempat lain juga membentuk organisasi serupa, menyerupai Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Selebes, dan lain-lain. Pada hakikatnya semua organisasi itu masih bersifat kedaerahan (lokal), namun semuanya mempunyai tujuan ke arah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan tempat nya sendiri-sendiri.
Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini makin meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Sehingga Pada tahun 1928 Jong Java siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java semata-mata untuk kepentingan tanah air. Oleh lantaran nya semenjak 27 Desember 1929, Jong Java pun bergabung dengan Indonesia Moeda
Salah Satu Pendiri Indische Partij - Douwes Dekker |
Indische Partij mempunyai harapan untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik golongan Indonesia orisinil maupun golongan (keturunan) Arab, Cina dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa indonesia dengan semangat nasionalisme Indonesia. Cita-cita Indische Partij banyak disebar luaskan melalui media surat kabar De Expres. Selain itu juga disusun kegiatan kerja sebagai berikut:
- meresapkan harapan nasional Hindia (Indonesia).
- memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan agama yang lainnya
- memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan, maupun kemasyarakatan.
- dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
- berusaha untuk mendapat persamaan hak bagi semua orang Hindia.
- memperbesar efek pro-Hindia di lapangan pemerintahan.
Dengan tujuan dan cara-cara mencapai tujuan menyerupai itu maka sanggup diketahui bahwa Indische Partij berdiri di atas nasionalisme untuk mencapai Indonesia merdeka. Dengan demikian, sanggup dikatakan bahwa Indische Partij yaitu partai politik pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi. Sehingga dalam waktu yang relatif cepat Indische Partij memiliki 30 cabang dengan anggota mencapai 7.000 orang yang kebanyakan orang Indonesia.
Oleh lantaran sifatnya yang progresif dengan menyatakan diri sebagai partai politik yang mempunyai tujuan Indonesia merdeka sehingga pemerintah hindia belanda tidak mau mengatakan status tubuh aturan dengan alasan Indische Partij bersifat politik dan akan mengancam ketertiban umum. Meskipun demikian, para pemimpin Indische Partij masih terus menjalankan propaganda untuk membuatkan pemikiran-pemikirannya.
Baca Juga : Munculnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Salah satu hal yang menciptakan pemerintah Hindia Belanda geram yaitu tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda) yang isinya berupa sindiran terhadap ketidak adilan di tempat jajahan belanda. Karena kegiatan Indische Partij sangat mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi eksekusi pengasingan dan mereka bertiga menentukan Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.
Setelah diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka eksistensi Indische Partij makin berkurang. Kemudian Indische Partij merubah namanya menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National Indische Partij (NIP). Pada perjalanannya National Indische Partij tidak pernah mempunyai efek yang singnifikan di masyarakat sehingga pada kesannya hanya menjadi perkumpulan orang-orang terpelajar.
5. Partai Komunis Indonesia (9 Mei 1914)
Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang berjulukan H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme inilah kemudian pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet tolong-menolong dengan P. Bersgma, H.W. Dekker dan J.A. Brandsteder berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Ternyata ISDV tidak bisa berkembang sehingga Sneevliet melaksanakan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam tubuh Sarekat Islam (SI) dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan sebaliknya anggota-anggota SI dijadikan anggota ISDV.Partai Komunis Indonesia |
Dengan cara itu Sneevliet dan ISDV mempunyai efek yang berpengaruh di kalangan Sarekat Islam, lebih-lebih sesudah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI, menyerupai Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI Cabang Semarang yang sudah berada di bawah efek ISDV semakin terang warna Marxisnya dan selanjutnya terjadilah perpecahan dalam Sarekat Islam.
Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV berubah nama menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya pada bulan Desember 1924 menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Susunan pengurus PKI, antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), Dekker (bendahara) dan Bersgma (sekretaris).
PKI semakin aktif dalam kancah politik dan untuk menarik massa PKI menghalalkan secara cara dalam propagandanya. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk mempergunakan kepercayaan rakyat menyerupai Ramalan Jayabaya dan Ratu Adil.
Kemajuan yang diperolehnya ternyata menciptakan PKI lupa diri sehingga merencanakan suatu petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan pemberontakan di Batavia dan disusul di daerah-daerah lain, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di Sumatra Barat pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang singkat semua pemberontakan PKI tersebut sanggup ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat ditangkap, dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).
6. Gerakan Pemuda / Tri Koro Dharmo / Jong Java (7 Maret 1915)
Gerakan cowok Indonesia, sejatinya sudah dimulai semenjak berdirinya Budi Utomo, akan tetapi semenjak kongresnya yang pertama, tugas cowok di Budi Utomo telah banyak diambil oleh golongan bau tanah (kaum priayi dan pegawai negeri) sehingga para cowok kecewa dan keluar dari organisasi tersebut.Baru beberapa tahun kemudian, berdirilah Tri Koro Dharmo, Tri Koro Dharmo (Jong Java) merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA tanggal 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo(Memiliki makna : Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan cowok ini didirikan atas dasar banyaknya cowok yang menganggap bahwa Budi Utomo merupakan organisasi elite.
Foto para pendiri Jong Java di arsip Museum Sumpah Pemuda |
Trikoro Dharmo yang diketui oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan organisasi cowok yang pertama yang anggotanya terdiri dari para siswa sekolah menengah yang berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan Trikoro Dharmo ialah sebagai berikut:
- menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya
- mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi bumi putra pada sekolah menengah dan perguruan tinggi kejuruan
- membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya.
Tujuan tersebut bahwasanya gres merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang bahwasanya ialah menyerupai apa yang tertulis dalam majalah Trikoro Dharmo yakni mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda Jawa, Madura, Sunda, Lombok dan Bali. Oleh lantaran sifatnya yang masih Jawa sentris maka para cowok di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang senang.
Baca Juga : 10 Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia (Lengkap)
Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918 nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para cowok dari Madura, Bali dan Sunda. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921 terbersit wangsit untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, akan tetapi upaya ini belum bisa terlaksana.
Sejalan dengan berdirinya Jong Java, pemuda-pemuda di tempat lain juga membentuk organisasi serupa, menyerupai Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Selebes, dan lain-lain. Pada hakikatnya semua organisasi itu masih bersifat kedaerahan (lokal), namun semuanya mempunyai tujuan ke arah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan tempat nya sendiri-sendiri.
Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini makin meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Sehingga Pada tahun 1928 Jong Java siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java semata-mata untuk kepentingan tanah air. Oleh lantaran nya semenjak 27 Desember 1929, Jong Java pun bergabung dengan Indonesia Moeda
7. Taman Siswa (3 Juli 1922)
Sekembalinya dari pengasingannya di Negeri Belanda (1919), Suwardi Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara) menfokuskan perjuangannya dalam bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara sukses mendirikan perguruan tinggi Taman Siswa di Yogyakarta. Dengan berdirinya Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara memulai gerakan gres bukan lagi dalam bidang politik akan tetapi di bidang pendidikan, yakni dengan mendidik angkatan muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia berdasarkan akar budaya bangsa.Panji taman siswa |
Taman Siswa merupakan nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid). Pada ketika pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan ia tolong-menolong dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini kini berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di banyak sekali kota di seluruh Indonesia.
Prinsip dasar dalam sekolah Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Rabindranath Tagore (India/Benggala) dan Maria Montessori (Italia). Patrap Triloka mempunyai unsur-unsur (dalam bahasa Jawa)
- ing ngarsa sung tulada (ꦲꦶꦁꦔꦂꦱꦱꦸꦁꦠꦸꦭꦝ, "(yang) di depan memberi teladan"),
- ing madya mangun karsa (ꦲꦶꦁꦩꦢꦾꦩꦔꦸꦤ꧀ꦏꦂꦱ, "(yang) di tengah membangun inisiatif/kemauan"),
- tut wuri handayani (ꦠꦸꦠ꧀ꦮꦸꦫꦶꦲꦤ꧀ꦢꦪꦤꦶ, "dari belakang mendukung").
Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan Indonesia melalui sekolah Taman Siswa maka setiap tanggal 2 Mei (hari kelahiran Suwardi Suryaningrat / Ki Hajar Dewantara) maka ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional. Selain itu, "Tut Wuri Handayani" juga ditetapkan sebagai semboyan yang terukir dalam lambang Departemen Pendidikan Nasional.
8. Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927)
Algemeene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1925 telah mendorong para pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia yang kemudian pada tahun 1928 Berganti nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia. PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh 8 pemimpin, yakni Ir. Soekarno (sebagai ketuanya), Ir. Anwari, Mr. Budiarto, dr. Cipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Dr. Samsi, Mr. Sunaryo dan Mr. Iskak. Mayoritas dari mereka merupakan mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang gres pulang ke indonesia. Setelah berdirinya Partai Nasional Indonesia para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club yang diketuai oleh Ir. Soekarno turut pula bergabung dengan partai ini.
Radikal PNI telah terlihatan semenjak awal berdirinya. Hal ini tercermin melalui anggaran dasarnya bahwa tujuan PNI yaitu Indonesia merdeka dengan taktik perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI sudah merumuskan kegiatan kerja sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928, yaitu menyerupai berikut:
Untuk menyebarluaskan gagasannya, PNI menbuat propaganda-propaganda, baik lewat surat kabar, menyerupai Persatuan Indonesia di Batavia dan Banteng Priangan di Bandung, maupun lewat para pemimpin khususnya Bung Karno sendiri. Dalam waktu singkat, PNI telah berkembang pesat sehingga menjadikan kekhawatiran di sisi pemerintah Belanda. Pemerintah selanjutnya mengatakan peringatan kepada pemimpin PNI semoga menahan diri dalam propaganda, ucapan, serta tindakannya.
Dengan adanya gosip bahwa pada awal tahun 1930 PNI akan melaksanakan pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda mengadakan penggeledahan secara masal dan menangkap 4 pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Gatot Mangunprojo, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja. Kemudian mereka ber 4 diajukan ke pengadilan di Bandung.
Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan ke penjara Sukamiskin. Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno menciptakan pembelaan dengan menulis pidato Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan pengadilan sebagai gugatannya.
Foto para pendiri PNI yang merupakan arsip dari gedung Museum Sumpah Pemuda. |
Radikal PNI telah terlihatan semenjak awal berdirinya. Hal ini tercermin melalui anggaran dasarnya bahwa tujuan PNI yaitu Indonesia merdeka dengan taktik perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI sudah merumuskan kegiatan kerja sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928, yaitu menyerupai berikut:
- Usaha politik, dengan memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kolaborasi dengan negara negara di Asia, dan memberantas segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan politik.
- Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional, meningkatkan derajat kaum wanita, memajukan transmigrasi, memerangi pengangguran, memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan poliklinik.
- Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta mendirikan bank-bank dan koperasi.
Untuk menyebarluaskan gagasannya, PNI menbuat propaganda-propaganda, baik lewat surat kabar, menyerupai Persatuan Indonesia di Batavia dan Banteng Priangan di Bandung, maupun lewat para pemimpin khususnya Bung Karno sendiri. Dalam waktu singkat, PNI telah berkembang pesat sehingga menjadikan kekhawatiran di sisi pemerintah Belanda. Pemerintah selanjutnya mengatakan peringatan kepada pemimpin PNI semoga menahan diri dalam propaganda, ucapan, serta tindakannya.
Dengan adanya gosip bahwa pada awal tahun 1930 PNI akan melaksanakan pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda mengadakan penggeledahan secara masal dan menangkap 4 pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Gatot Mangunprojo, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja. Kemudian mereka ber 4 diajukan ke pengadilan di Bandung.
Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930. Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan ke penjara Sukamiskin. Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno menciptakan pembelaan dengan menulis pidato Indonesia Menggugat dan membacakannya di depan pengadilan sebagai gugatannya.
Untuk memperdalam materi 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan nasional ada baiknya sobat juga membaca materi Pergerakan Kebangsaan Indonesia dan materi 10 Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia (Lengkap)
Demikianlah Materi 8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan nasional. Semoga sanggup bermanfaat bagi sobat dan sanggup mengambil pelajaran / menambah wawasan sobat mengenai Organisasi Pergerakan Kebangkitan nasional, sifat-sifat usaha sesudah tahun 1908 dan sebab-sebab dari dalam negeri dan luar negeri lahirnya pergerakan nasional, Sekian dan Terimakasih atas Kunjungannya.
8 Organisasi Pergerakan Kebangkitan Nasional
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR