Tempat Bersejarah di Indonesia - Selain kekayaan alam, apa yang sanggup dibanggakan dari Indonesia? Yap Sejarahnya, Negeri ini mempunyai sejarah panjang mulai dari masa kejayaan dinasti di masa lampau hingga usaha rakyat merebut kemerdekaan. Tak ada alasan untuk tidak mengenal negeri sendiri dari sejarahnya, salah satu cara kita mengenal sejarah indonesia ialah dengan berwisata ke tempat-tempat bersejarah tersebut.
Berwisata merupakan salah satu cara terbaik untuk Belajar Sejarah, dengan Mengunjungi Tempat Bersejarah di Indonesia teman secara tidak pribadi juga berguru mengenai sejarah indonesia alasannya ialah salah satu cara mempelajari sejarah indonesia ialah dengan mempelajarinya lewat peninggalan sejarahnya yang ada di aneka macam kota di Indonesia.
Berikut ini akan kami sajikan 15 tempat bersejarah di Indonesia versi yang Wajib Kamu Ketahui maupun kau kunjungi untuk lebih bersahabat dengan indonesia, tempat-tempat ini mungkin sanggup teman jadikan pilihan tujuan wisata teman maupun hanya untuk mengenal atau menambah pengetahuan dan wawasan teman wacana sejarah dari tempat tersebut, berikut daftarnya :
Berwisata merupakan salah satu cara terbaik untuk Belajar Sejarah, dengan Mengunjungi Tempat Bersejarah di Indonesia teman secara tidak pribadi juga berguru mengenai sejarah indonesia alasannya ialah salah satu cara mempelajari sejarah indonesia ialah dengan mempelajarinya lewat peninggalan sejarahnya yang ada di aneka macam kota di Indonesia.
Berikut ini akan kami sajikan 15 tempat bersejarah di Indonesia versi yang Wajib Kamu Ketahui maupun kau kunjungi untuk lebih bersahabat dengan indonesia, tempat-tempat ini mungkin sanggup teman jadikan pilihan tujuan wisata teman maupun hanya untuk mengenal atau menambah pengetahuan dan wawasan teman wacana sejarah dari tempat tersebut, berikut daftarnya :
1. Candi Borobudur (Magelang)
Borobudur merupakan sebuah candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi kurang lebih 86 km di sebelah barat Surakarta, 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat bahari Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur juga merupakan candi atau kuil Buddha serta monumen Buddha terbesar di dunia.
Dalam pembangunannya belum ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis huruf yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis huruf yang lazim dipakai pada prasasti kerajaan masa ke-8 dan ke-9. maka Borobudur diperkirakan dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, yang merupakan masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, dimana masa itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 samapai 100 tahun dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Hal yang unik dari candi borobudur ialah balok yang dipakai sebagai materi utama konstruksi bangunan terbuat dari debu vulkanik Gunung Merapi yang dibekukan. Balok-balok ini kemudian disusun membentuk lebih dari 500 buah arca tanpa memakai semen sama sekali. Luar biasa bukan, Tak hanya itu, candi ini juga penuh dengan pahatan relief yang menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha.
Candi Borobudur |
Dalam pembangunannya belum ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis huruf yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis huruf yang lazim dipakai pada prasasti kerajaan masa ke-8 dan ke-9. maka Borobudur diperkirakan dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, yang merupakan masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, dimana masa itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 samapai 100 tahun dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Hal yang unik dari candi borobudur ialah balok yang dipakai sebagai materi utama konstruksi bangunan terbuat dari debu vulkanik Gunung Merapi yang dibekukan. Balok-balok ini kemudian disusun membentuk lebih dari 500 buah arca tanpa memakai semen sama sekali. Luar biasa bukan, Tak hanya itu, candi ini juga penuh dengan pahatan relief yang menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha.
2. Candi Prambanan (Yogyakarta)
Candi Loro Jonggrang atau Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada masa ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga yang kuasa utama Hindu yaitu Wishnu, Siwa dan Brahma. Menurut prasasti Siwagrha nama orisinil kompleks candi Prambanan ialah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna "Rumah Siwa"), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa BatarSyiwa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini yang kuasa Siwa lebih diutamakan.
Prambanan merupakan candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini diawali oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan usang menerka bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing. yaitu wangsa Sailendra penganut Buddha dan wangsa Sanjaya penganut Hindu. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Siwa kembali mendapat pertolongan keluarga kerajaan, sesudah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus pertolongan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Candi Prambanan sendiri pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, Dalam prasasti Siwagrha tertulis bahwa ketika pembangunan candi Siwagrha berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di bersahabat candi ini. Sungai yang dimaksud ialah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menerka bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu bersahabat dengan candi sehingga abrasi sungai sanggup mengancam konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan menciptakan sodetan sungai gres yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi.
Candi Prambanan juga mempunyai kisah rakyat yang menempel erat dengannya yaitu kisah Roro Jonggrang. Dikisahkan bahwa candi induk yang ada merupakan wujud Roro Jonggrang yang dikutuk oleh Bandung Bondowoso alasannya ialah berusaha menggagalkan upaya Bondowoso membangun seribu candi untuknya.
Candi Prambanan |
Prambanan merupakan candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini diawali oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan usang menerka bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing. yaitu wangsa Sailendra penganut Buddha dan wangsa Sanjaya penganut Hindu. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Siwa kembali mendapat pertolongan keluarga kerajaan, sesudah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus pertolongan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Candi Prambanan sendiri pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, Dalam prasasti Siwagrha tertulis bahwa ketika pembangunan candi Siwagrha berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di bersahabat candi ini. Sungai yang dimaksud ialah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menerka bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu bersahabat dengan candi sehingga abrasi sungai sanggup mengancam konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan menciptakan sodetan sungai gres yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi.
Candi Prambanan juga mempunyai kisah rakyat yang menempel erat dengannya yaitu kisah Roro Jonggrang. Dikisahkan bahwa candi induk yang ada merupakan wujud Roro Jonggrang yang dikutuk oleh Bandung Bondowoso alasannya ialah berusaha menggagalkan upaya Bondowoso membangun seribu candi untuknya.
3. Lawang Sewu (Semarang)
Lawang Sewu merupakan gedung gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda.
Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (yang dipakai untuk Kantor Pusat NIS). pada mulanya aktivitas manajemen perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang (Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang begitu pesat, menjadikan bertambahnya kebutuhan personil teknis dan tenaga manajemen yang besar.
Baca Juga : 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita Ketahui
Pada alhasil kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai. Berbagai solusi dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai solusi sementara. Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di bersahabat rawa sehingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah alternatif lain: yaitu membangun kantor manajemen di lokasi baru. kemudian dibangunlah Lawang Sewu di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda).
Lawang Sewu |
Lawang Sewu dibangun pada 27 Februari 1904 dengan nama Het hoofdkantor van de Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (yang dipakai untuk Kantor Pusat NIS). pada mulanya aktivitas manajemen perkantoran dilakukan di Stasiun Semarang Gudang (Samarang NIS), namun dengan berkembangnya jalur jaringan kereta yang begitu pesat, menjadikan bertambahnya kebutuhan personil teknis dan tenaga manajemen yang besar.
Baca Juga : 5 Macam Peninggalan Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kita Ketahui
Pada alhasil kantor NIS di stasiun Samarang NIS tidak lagi memadai. Berbagai solusi dilakukan NIS antara lain menyewa beberapa bangunan milik perseorangan sebagai solusi sementara. Apalagi letak stasiun Samarang NIS berada di bersahabat rawa sehingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Maka, diusulkanlah alternatif lain: yaitu membangun kantor manajemen di lokasi baru. kemudian dibangunlah Lawang Sewu di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda).
4. Benteng Rotterdam (Makassar)
Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) atau Fort Rotterdam merupakan sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang berjulukan I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Pada mulanya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi kerikil padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk menyerupai seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat terang filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu sanggup hidup di bahari maupun di darat. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di bahari dan darat.
Biasanya masyarakat Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. dalam sejarahnya Kerajaan Gowa-Tallo menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya menuntut Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada ketika Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang kamudian diganti menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja menentukan nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian dipakai oleh Belanda sebagai sentra penampungan rempah-rempah di Indonesia penggalan timur.
Saat ini, Benteng Rotterdam menjadi tempat wisata sejarah andalan kota Makassar. Di dalamnya terdapat museum La Galigo yang berisi koleksi benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Menariknya lagi, di sini terdapat sebuah ruangan yang dipercaya sebagai tempat pengasingan Pangeran Diponegoro di masa usaha dahulu.
Benteng Rotterdam |
Biasanya masyarakat Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. dalam sejarahnya Kerajaan Gowa-Tallo menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya menuntut Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada ketika Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang kamudian diganti menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja menentukan nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian dipakai oleh Belanda sebagai sentra penampungan rempah-rempah di Indonesia penggalan timur.
Saat ini, Benteng Rotterdam menjadi tempat wisata sejarah andalan kota Makassar. Di dalamnya terdapat museum La Galigo yang berisi koleksi benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Menariknya lagi, di sini terdapat sebuah ruangan yang dipercaya sebagai tempat pengasingan Pangeran Diponegoro di masa usaha dahulu.
5. Benteng Vredeburg (Yogyakarta)
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menuntaskan perseteruan antara Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) dengan Susuhunan Pakubuwono III adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.
Melihat kemajuan yang sangat pesat terhadap kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan supaya diizinkan membangun sebuah benteng di bersahabat kraton. Belanda dalih supaya mereka sanggup menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut niatan Belanda yang sesungguhnya ialah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng sanggup dimanfaatkan sebagai benteng strategi, penyerangan, intimidasi serta blokade terhadap kraton. Dapat disimpulkan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan mempunyai harapan untuk menentang Belanda.
Baca Juga : Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seolah-olah menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh alasannya ialah itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang kini (Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), ditempat tersebut bekerjsama Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di keempat sudutnya dibentuk tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayapurusa (sudut timur laut), Jayawisesa (sudut barat laut), Jayaprayitna (sudut tenggara) dan Jayaprakosaningprang (sudut barat daya).
Benteng Vredeburg |
Melihat kemajuan yang sangat pesat terhadap kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan supaya diizinkan membangun sebuah benteng di bersahabat kraton. Belanda dalih supaya mereka sanggup menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut niatan Belanda yang sesungguhnya ialah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng sanggup dimanfaatkan sebagai benteng strategi, penyerangan, intimidasi serta blokade terhadap kraton. Dapat disimpulkan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan mempunyai harapan untuk menentang Belanda.
Baca Juga : Sejarah Pembentukan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seolah-olah menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh alasannya ialah itu permohonan izin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang kini (Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), ditempat tersebut bekerjsama Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di keempat sudutnya dibentuk tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayapurusa (sudut timur laut), Jayawisesa (sudut barat laut), Jayaprayitna (sudut tenggara) dan Jayaprakosaningprang (sudut barat daya).
6. Taman Sari (Yogyakarta)
Taman Sari ialah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Taman sari dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1758-1765. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini mempunyai luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa kolam pemandian, gedung, jembatan gantung, danau buatan, pulau buatan, susukan air serta lorong bawah air. Taman Sari yang dipakai secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton hingga tenggara kompleks Magangan. Namun kini sisa-sisa penggalan Taman Sari yang sanggup dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Taman Sari |
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan menuju Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari dipilih Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Tumenggung Prawirosentiko besrta seluruh rakyatnya. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, sesudah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari juga berperan sebagai benteng pertahanan terakhir kalau istana diserang oleh musuh.
7. Istana Maimun (Medan)
Istana Maimun sanggup disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning yang merupakan warna kebesaran kerajaan Melayu, istana Maimun merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara. Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun mempunyai luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan mempunyai 3 penggalan yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan.
Di istana ini juga terdapat meriam buntung yang mempunyai legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan Meriam Puntung. Kisah meriam puntung ini mempunyai kaitan dengan Putri Hijau. Diceritakan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang elok jelita, berjulukan Putri Hijau. Ia disebut demikian, alasannya ialah tubuhnya memancarkan warna hijau. sang putri mempunyai dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Khayali dan Mambang Yasid. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya.
Baca Juga : 16 Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Raja Aceh menjadi marah, kemudian menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba bermetamorfosis meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli sementara Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, bersahabat Kabanjahe, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.
Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya alasannya ialah usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak bebas dari daerah Pedagang kaki lima.
Istana Maimun |
Di istana ini juga terdapat meriam buntung yang mempunyai legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan Meriam Puntung. Kisah meriam puntung ini mempunyai kaitan dengan Putri Hijau. Diceritakan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang elok jelita, berjulukan Putri Hijau. Ia disebut demikian, alasannya ialah tubuhnya memancarkan warna hijau. sang putri mempunyai dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Khayali dan Mambang Yasid. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya.
Baca Juga : 16 Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Raja Aceh menjadi marah, kemudian menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba bermetamorfosis meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli sementara Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, bersahabat Kabanjahe, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.
Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya alasannya ialah usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak bebas dari daerah Pedagang kaki lima.
8. Asta Tinggi Sumenep (Madura)
Asta Tinggi ialah daerah pemakaman khusus para Pembesar/Raja/Kerabat Raja yang teletak di daerah dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Dalam Bahasa Madura, Asta Tinggi disebut juga sebagai Asta Raja yang bermakna makam para Pangradja (pembesar kerajaan) yang merupakan asta/makam para raja, anak keturunan beserta kerabat-kerabatnya yang dibangun sekitar tahun 1750M. Kawasan Pemakaman ini direncanakan awalnya oleh Panembahan Somala dan dilanjutkan pelaksanaanya oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II
Asta tinggi sendiri berdasarkan arti Etimologi ialah makam yang tinggi. Itu berdasar dari letak makam yang berada di puncak bukit dan penamaan Asta Tinggi bekerjsama hanya untuk mempermudah penyebutan saja. Di Asta Tinggi sendiri bukan hanya terdapat makam dari raja namun juga makam dari keluarga raja, sentana, dan punggawa semenjak masa XVI. Dari banyak sumber sejarah menyampaikan bahwa Asta Tinggi mempunyai nilai kekeramatan yang tinggi. Meskipun dulu mempunyai mitos keangkeran dan daya mistis yang tinggi kini hal tersebut menyerupai sudah lenyap alasannya ialah sudah banyak orang yang berziarah. Orang banyak berziarah kesini alasannya ialah raja-raja sumenep juga dikenal alasannya ialah kewaliannya alasannya ialah perduli terhadap perkembangan Islam di daerah Sumenep dan sekitarnya.
Asta Tinggi Sumenep |
Asta tinggi sendiri berdasarkan arti Etimologi ialah makam yang tinggi. Itu berdasar dari letak makam yang berada di puncak bukit dan penamaan Asta Tinggi bekerjsama hanya untuk mempermudah penyebutan saja. Di Asta Tinggi sendiri bukan hanya terdapat makam dari raja namun juga makam dari keluarga raja, sentana, dan punggawa semenjak masa XVI. Dari banyak sumber sejarah menyampaikan bahwa Asta Tinggi mempunyai nilai kekeramatan yang tinggi. Meskipun dulu mempunyai mitos keangkeran dan daya mistis yang tinggi kini hal tersebut menyerupai sudah lenyap alasannya ialah sudah banyak orang yang berziarah. Orang banyak berziarah kesini alasannya ialah raja-raja sumenep juga dikenal alasannya ialah kewaliannya alasannya ialah perduli terhadap perkembangan Islam di daerah Sumenep dan sekitarnya.
9. Masjid Agung Palembang
Sejarah Masjid Agung Palembang diawalawi Saat terjadi perang antara masyarakat Palembang dengan Belanda di tahun 1659 M, kala itu sebuah masjid terbakar. Masjid tersebut merupakan masjid yang dibangun oleh Sultan Palembang kala itu, Ki Gede Ing Suro, yang berlokasi di Keraton Kuto Gawang. Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1738 M, Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo membangun kembali masjid tepat di lokasi berdirinya masjid yang terbakar. Pembangunan masjid yang gres memakan waktu cukup lama, hingga pada 26 Mei 1748 atau pada 28 Jumadil Awal 1151 tahun hijriah, masjid tersebut gres diresmikan berdiri. Di awal pembangunannya, Masjid Agung Palembang disebut oleh masyarakat Palembang dengan nama Masjid Sulton. Nama tersebut merujuk pada pembangunan masjid yang diketuai dan dikelola secara pribadi oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo.
Sekarang Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung Palembang ialah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni Indonesia, China dan Eropa. Bentuk arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung gres masjid yang besar dan tinggi. Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya menyerupai kelenteng. Masjid ini dulunya ialah masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun. Bentuk masjid yang ada kini ialah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003. Megawati Soekarnoputri ialah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatera Selatan modern ini.
Masjid Agung Palembang |
Sekarang Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung Palembang ialah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni Indonesia, China dan Eropa. Bentuk arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung gres masjid yang besar dan tinggi. Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya menyerupai kelenteng. Masjid ini dulunya ialah masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun. Bentuk masjid yang ada kini ialah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003. Megawati Soekarnoputri ialah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatera Selatan modern ini.
10. Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan salah satu mesjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di Kampung Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Masjid Agung Demak dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya walisongo (para ulama yang berbagi agama Islam di tanah Jawa). Pendiri masjid ini diperkirakan ialah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar masa ke-15 Masehi.
Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), tubuh bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.
Atap Masjid Agung Demak ditahan empat tiang kayu raksasa yang khusus dibentuk empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara ialah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat bahari buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur bahari merupakan sumbangan Sunan Kalijaga.
Masjid Agung Demak |
Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), tubuh bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.
Atap Masjid Agung Demak ditahan empat tiang kayu raksasa yang khusus dibentuk empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara ialah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat bahari buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur bahari merupakan sumbangan Sunan Kalijaga.
11. Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus disebut juga dengan Masjid Al Manar ("Mesjid Menara") ialah masjid kuna yang dibangun oleh Sunan Kudus semenjak tahun 1549 Masehi (956 Hijriah). Lokasi ketika ini berada di Desa Kauman, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ada keunikan dari masjid ini alasannya ialah mempunyai menara yang serupa bangunan candi serta contoh arsitektur yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddhis sehingga memperlihatkan terjadinya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa.
Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari tugas Sunan Kudus sebagai pelopor dan pendiri. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus memakai pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan melaksanakan pribumisasi fatwa Islam di tengah masyarakat yang telah mempunyai budaya mapan dalam imbas agama Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan Budha dalam dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kudus terlihat terang pada arsitektur dan konsep bangunan Masjid Menara Kudus.
Masjid ini mulai didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini didasarkan pada inskripsi berbahasa Arab yang tertulis pada prasasti kerikil berukuran lebar 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid. Peletakan kerikil pertama memakai kerikil dari Baitul Maqdis di Palestina, oleh alasannya ialah itu masjid ini kemudian dinamakan Masjid Al Aqsha.
Masjid Menara Kudus |
Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari tugas Sunan Kudus sebagai pelopor dan pendiri. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus memakai pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan melaksanakan pribumisasi fatwa Islam di tengah masyarakat yang telah mempunyai budaya mapan dalam imbas agama Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan Budha dalam dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kudus terlihat terang pada arsitektur dan konsep bangunan Masjid Menara Kudus.
Masjid ini mulai didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini didasarkan pada inskripsi berbahasa Arab yang tertulis pada prasasti kerikil berukuran lebar 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid. Peletakan kerikil pertama memakai kerikil dari Baitul Maqdis di Palestina, oleh alasannya ialah itu masjid ini kemudian dinamakan Masjid Al Aqsha.
12. Masjid Raya Baiturrahman (Aceh)
Masjid Raya Baiturrahman merupakan sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, Selain Masjidil Haram di kota suci Makkah, Masjid Raya Baiturrahman ini juga menjadi salah satu sentra pembelajaran agama Islam yang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin mempelajari Islam dari seluruh penjuru dunia.
Pada tanggal 26 Maret 1873 Kerajaan Belanda mendeklarasikan perang kepada Kesultanan Aceh, mereka mulai melepaskan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel Van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Kohler, dan pribadi sanggup menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Kohler ketika itu membawa 3.198 pasukan. Namun peperangan pertama ini dimenangkan oleh pihak Kesultanan Aceh, di mana dalam bencana tersebut Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler tewas akhir ditembak dengan memakai senapan oleh pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil di bawah Pohon Kelumpang yang berada di bersahabat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.
Saat Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada aksi tentara Belanda kedua pada Bulan Shafar 1290 Hijriah atau 10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada ketika itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir.
Masjid Raya Baiturrahman |
Pada tanggal 26 Maret 1873 Kerajaan Belanda mendeklarasikan perang kepada Kesultanan Aceh, mereka mulai melepaskan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel Van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Kohler, dan pribadi sanggup menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Kohler ketika itu membawa 3.198 pasukan. Namun peperangan pertama ini dimenangkan oleh pihak Kesultanan Aceh, di mana dalam bencana tersebut Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler tewas akhir ditembak dengan memakai senapan oleh pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil di bawah Pohon Kelumpang yang berada di bersahabat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.
Saat Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada aksi tentara Belanda kedua pada Bulan Shafar 1290 Hijriah atau 10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada ketika itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir.
13. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten ialah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang tiba tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari aneka macam daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang sangat menyerupai dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar, Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia ialah putra pertama dari Sunan Gunung Jati.
Masjid Agung Banten |
Salah satu keistimewaan Masjid Agung Banten adalah masjid ini dibangun oleh tiga orang arsitektur yang berbeda sehingga mempunyai ciri khas tiap-tiap arsitektur yang membangunnya. Yang pertama ialah Raden Sepat, arsitek Majapahit yang juga membangun beberapa masjid di nusantara. Yang kedua ialah arsitektur dari Tiongkok yang berjulukan Cek Ban Su yang ikut ambil penggalan dan memperlihatkan imbas berpengaruh pada bentuk atap masjid yang bentuknya bersusun 5, menyerupai dengan pagoda Tiongkok pada umumnya.
Baca Juga : 7 Penyebab Bau Mulut dan Cara Mengatasinya
Arsitek ketiga ialah Hendrik Lucaz Cardeel yang merupakan arsitek dari Belanda yang kabur dari Batavia. Ia ikut turut andil dalam membangun Tiyamah serta Menara Masjid di komplek Masjid Agung Banten. Tiyamah ialah bangunan bertingkat bergaya Belanda kontemporer yang pada dahulu dipakai untuk pertemuan penting, namun kini dialih fungsikan sebagai tempat museum benda peninggalan.
14. Gereja Blenduk (Semarang)
Gereja Blenduk ialah Gereja Katolik tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja Blenduk sesungguhnya berjulukan Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibentuk berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk ialah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga kini masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.
Gereja yang dibangun pada 1753 ini merupakan salah satu landmark di Kota Lama Semarang. Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil kontras dan gampang dikenali.
Gereja Blenduk |
Gereja yang dibangun pada 1753 ini merupakan salah satu landmark di Kota Lama Semarang. Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung yang bergaya Neo-Klasik ini justru tampil kontras dan gampang dikenali.
15. Gereja Katedral (Jakarta)
Gereja Katedral merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Jakarta. Sebelum diresmikan sebagai bangunan cagar budaya, Gereja Katedral mempunyai sejarah yang panjang dalam pembangunannya. Pembangunan Gereja Katedral dimulai ketika Paus Pius VII mengangkat pastor Nelissen sebagi prefek apostik Hindia Belanda pada 1807. Saat itulah dimulai penyebaran misi dan pembangunan gereja katolik di daerah nusantara, termasuk di Jakarta.
Gereja Katedral |
Gereja yang kini ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan kerikil pertamanya dilakukan oleh Pro-vikaris, Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak sanggup melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Jakarta. Katedral yang kita kenal kini sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang orisinil di tempat itu, alasannya ialah Katedral yang orisinil diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh.
15 Tempat bersejarah diatas tadi sanggup dipilih sebagai tujuan wisata sobat, atau kalau teman sudah pernah kesana minimal artikel ini sanggup menambah wawasan teman mengenai sejarah dari tempat tersebut. dengan berkunjung (berwisata) ke tempat bersejarah diatas teman tak hanya sekedar berwisata untuk mendapat kesenangan saja, tetapi juga sanggup berguru sejarah dari tempat yang dikunjungi.
Sekian uraian artikel wacana 15 Tempat Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui, semoga artikel diatas sanggup bermanfaat bagi teman maupun untuk sekedar menambah wawasan dan pengetahuan teman mengenai Tempat Bersejarah di Indonesia, kumpulan lokasi bersejarah di indonesia maupun sejarah tempat bersejarah di indonesia. Terimakasih atas kunjungannya.
Sekian uraian artikel wacana 15 Tempat Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui, semoga artikel diatas sanggup bermanfaat bagi teman maupun untuk sekedar menambah wawasan dan pengetahuan teman mengenai Tempat Bersejarah di Indonesia, kumpulan lokasi bersejarah di indonesia maupun sejarah tempat bersejarah di indonesia. Terimakasih atas kunjungannya.
15 Tempat Bersejarah di Indonesia yang Wajib Kamu Ketahui
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR