BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di kurun globalisasi ini, persaingan dalam pemanfaatan teknologi akan semakin ketat. Untuk bisa bersaing dalam percaturan tersebut, diharapkan adanya sumber daya insan yang berkualitas. Oleh lantaran itu perlu adanya perjuangan menyiapkan sumber daya insan yang unggul, bisa menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Salah satu elemen yang memperlihatkan peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar untuk melatih berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif dan mempunyai kemampuan berkerja sama yang efektif. Cara berpikir ibarat ini sanggup dikembangkan melalui mencar ilmu matematika yang mempunyai struktur serta keterkaitan yang kuat dan terperinci antar konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional.47
Matematika itu timbul lantaran pikiran-pikiran insan yang berafiliasi dengan ide, proses dan budi budi yang terbagi menjadi wawasan yang luas, yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.

47 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA, 2001), hlm. 93.
Salah satu yang harus dipelajari di setiap jenjang yaitu matematika, obyek matematika bersifat abstrak. Sifat obyek matematika yang aneh pada umumnya sanggup menciptakan materi matematika sulit ditangkap dan dipahami. Oleh lantaran itu siswa menjadi kurang menyenangi pelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang ada di sekolah diharapkan menjadi sesuatu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Namun banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran Matematika yaitu suatu momok, lantaran pelajarannya yang sulit dipahami disebabkan banyak materi yang bersifat abstrak, isinya hanya rumus-rumus dan soal-soalnya susah. Anggapan-anggapan ibarat itulah yang mengakibatkan rendahnya hasil mencar ilmu siswa pada pelajaran matematika.
Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah dalam pembelajaran matematika pada tanggal 22 Januari 2010, guru masih memakai metode ceramah, yang pembelajarannya lebih didominasi oleh guru. Dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah metode ceramah yaitu guru menandakan suatu konsep, kemudian siswa diberi tumpuan soal dan latihan, kemudian siswa biasanya menjawab soal sesuai urutan jalan penyelesaian soal yang telah diterangkan oleh guru. Penggunaan metode ceramah menciptakan siswa menjadi pasif. Pasifnya siswa dalam proses pembelajaran menimbulkan rendahnya hasil mencar ilmu matematika. Rendahnya hasil mencar ilmu matematika dilihat dari hasil belajarnya belum mencapai SKM yang telah ditentukan yaitu 67. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang pasif selama proses pembelajaran.
Selain itu banyak kegiatan mencar ilmu matematika di sekolah-sekolah yang sifatnya Teacher Centered di mana siswa hanya duduk diam, mendengarkan materi yang diberikan guru yang biasanya materi tersebut banyak yang hanya berupa rumus kemudian diberikan tumpuan soal dan latihan. Hal ini mengakibatkan kreativitas siswa rendah dan siswa menjadi pasif sehingga ketika siswa menemukan situasi lain atau kondisi lain di luar konteks yang diajarkan, kemudian siswa mengalah dan tidak sanggup melaksanakan penyelesaian matematika. Dalam pembelajaran ibarat ini biasanya siswa kurang aktif, mereka sangat tergantung pada guru ketika mengerjakan soal. Padahal pada hakikatnya dalam pembelajaran matematika yang diharapkan oleh siswa yaitu pemahaman konsep bukan sekedar rumus jadi sehingga siswa bisa mengaplikasikan materi untuk menuntaskan perkara yang terkait. Pengajaran yang monoton tanpa melibatkan keaktifan dan kreativitas siswa biasanya akan menciptakan siswa bosan, meski pada awal pembelajaran para siswa terlihat semangat. Hal ini dikarenakan guru masih memakai model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional tersebut sanggup menimbulkan kejenuhan terhadap siswa, terutama pada materi pelajaran yang memakai alat peraga dan media pembelajaran. Untuk mengatasi kejenuhan siswa, penulis ingin menerapkan suatu model pembelajaran yang sanggup meningkatkan hasil mencar ilmu matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics diharapkan bisa meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa serta bisa menciptakan suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Tipe STAD dengan setting outdoor mathematics yang pembelajaran dilaksanakan di luar kelas.
B. Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang perkara di atas, maka sanggup dibentuk identifikasi beberapa perkara sebagai berikut:
1. Hasil mencar ilmu matematika siswa masih rendah.
2. Rendahnya kiprah aktif siswa mengikuti pembelajaran.
3. Model pembelajaran yang dipakai oleh guru cenderung memakai model pembelajaran konvensional, sehingga siswa menjadi jenuh.
2. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics terhadap hasil mencar ilmu matematika kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan perkara dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada hasil mencar ilmu matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics dalam meningkatkan hasil mencar ilmu matematika?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan perkara yang ada, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil mencar ilmu matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics .
2. Mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics dibanding model pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics dalam meningkatkan hasil mencar ilmu matematika.
1. Bagi Siswa
a. Siswa mendapatkan pengalaman gres dalam pembelajaran dengan suasana kerjasama dan kelompok
b. Membuat siswa mencicipi variasi mencar ilmu matematika sehingga siswa tidak merasa jenuh
2. Bagi Guru Bidang Studi Matematika
Melalui penelitian ini dalam mengembangkan model kooperaif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Setting Outdoor Mathematics untuk meningkatkan hasil mencar ilmu siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini menjadi pertimbangan guru, untuk mengembangkan dan menyempurnakan pembelajaran matematika dengan memakai pendekatan-pendekatan yang tepat.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat memperlihatkan perbaikan dan efektivitas dalam mencar ilmu mengajar
b. Memberikan pengetahuan yang baik untuk perbaikan proses pembelajaran matematika di sekolah sehingga sanggup meningkatkan hasil mencar ilmu siswa.
4. Bagi Peneliti
Sebagai materi pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil mencar ilmu siswa dalam pembelajaran matematika dan menambah pengalaman dam pengetahuan mengenai pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan
Setting Outdoor Mathematics.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Efektivitas pembelajaran
Pembelajaran efektif yaitu jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif meliputi keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Selain itu pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang diatur secara bersiklus sehingga dengan input yang ada dan proses dikelola sanggup dicapai hasil seoptimal mungkin. Sehingga dengan efektivitas mencar ilmu sanggup meningkatkan pencapaian tujuan belajar. Pencapaian tersebut berupa peningkatan pengetahuan, ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Makara yang dimaksud pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang tepat target dan tidak melenceng dari tujuan yang telah ditetapkan.48
Menurut Kauchak pembelajaran yang efektif merupakan kesatuan dari ketrampilan, perasaan, penguasaan materi, dan pemahaman anti mencar ilmu yang bermuara pada satu perilaku, yaitu kemampuan membangun dan mengembangkan proses mencar ilmu siswa secara optimal.49

48 Suwarjono Sujono, Pembelajaran Merdeka , (Yogyakarta: Total Media Yogyakarta, 2009), hlm. 16.
49 A.M Slamet Soewandi, Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2005), hlm. 44.
Efektivitas selain mengacu kepada proses, juga mengacu kepada hasil, yaitu peningkatan prestasi akademik yang dicapai oleh siswa melalui ujian (test) baku. Agar sanggup mencapai prestasi secara optimal, maka proses pun harus efektif, yaitu (1) ada kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum, (2) cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik, (3) lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, (4) ada variasi metode pembelajaran, (5) pemantauan atau penilaian perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara berkesinambungan, dan (6) memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada kiprah yang dilakukannya.50
Pembelajaran efektif dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:51
a. Pemanasan dan Apersepsi
Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan peserta didik, memotivasi siswa dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui aneka macam hal baru.
b. Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Dalam tahap ini siswa memperoleh dan mencari informasi baru.

50 Ibid, Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi ,2005, hlm.44.
51 Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005),
hlm. 119.
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan siswa dalam pembentukkan kompetensi, dengan mengaitkan kompetensi, dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan siswa.
d. Pembentukkan Kompetensi, Sikap, dan Perilaku
Dalam pembentukan kompetensi, sikap, dan sikap sanggup dilakukan dengan (a) mendorong siswa untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari, (b) mempraktekkan pembelajaran secara pribadi biar siswa sanggup membangun kompetensi, sikap, dan sikap gres dalam kehidupan sehari-hari
e. Penilaian Formatif
1) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran siswa
2) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menghasilkan kelemahan atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam memperlihatkan kemudahan kepada siswa
3) Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang igin dicapai
Efektivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pembelajaran yang dikelola semaksimal mungkin memakai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditentuk
Dalam penelitian ini nilai dan efektivitas hasil ditetapkan memakai kriteria sebagai berikut:52
Tabel 1
Kriteria Penilaian
Interval Skor (%) | Nilai | |
| | |
≤ 44 | 4 | |
| | |
45 – 54 | 5 | |
| | |
55 – 64 | 6 | |
| | |
65 – 74 | 7 | |
| | |
75 – 84 | 8 | |
| | |
85 – 94 | 9 | |
| | |
95 – 100 | 10 | |
| | |
Kriteria efektivitas hasil belajar | secara kuantitatif dan kualitatif dapat |
ditentukan memakai tabel di bawah ini :53

52 Ibid, Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi ,2005, hlm. 51.
53 Ibid, Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi ,2005, hlm. 51
Kriteria efektivitas hasil mencar ilmu secara kuantitatif
% Yang Berhasil | Efektifitas |
| |
≤ 40 | Sangat rendah |
| |
41 – 55 | Rendah |
| |
56 – 65 | Cukup |
| |
66 – 79 | Tinggi |
| |
80 – 100 | Sangat tinggi |
| |
Tabel 3
Kriteria efektivitas hasil mencar ilmu secara kualitatif
| Jumlah yang Memperoleh Nilai | | Efektivitas | ||||
| | | | | | | |
≥ 8 | | ≥ 7 | ≥ 6 | ≥ 5 | | ≥ 4 | |
| | | | | | | |
≥ 75% | | | | | | | Sangat tinggi |
| | | | | | | |
< 75% | | ≥ 75% | | | | | Tinggi |
| | | | | | | |
| | < 75% | ≥ 65% | | | | Cukup |
| | | | | | | |
| | | < 65% | ≥ 65% | | | Rendah |
| | | | | | | |
| | | | < 65% | | | Sangat rendah |
| | | | | | | |
2. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika sanggup diartikan sebagai proses perubahan sikap siswa yang melibatkan guru dan siswa itu sendiri untuk penggembangan berpikir dan mencar ilmu matematika. Dalam pembelajaran
matematika siswa harus berperan lebih aktif sebagai pembelajar dan kiprah guru hanya sebagai fasilitator.
Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama yaitu biar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:54
a. Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya (komutatif, asosiatif, distributif), barisan bilangan sederhana (barisan aritmetika dan sifat-sifatnya), serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
b. Memahami konsep aljabar meliputi bentuk aljabar dan unsur-unsurnya, persamaan dan pertidaksamaan linear serta penyelesaiannya, himpunan dam operasinya, relasi, fungsi dan grafiknya, sistem persamaan linear dan penyelesaiannya, serta menggunakannya dalm pemecagan masalah.
c. Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran dan pengukurannya, meliputi: hubungan antar garis, sudut (melukis sudut dan membagi sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segi empat, teorema Pytagoras, bulat (garis singgung sekutu, bulat luar dan lungkaran dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok, prisma, limas dan jaring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung, kerucut, bola, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

54 Ibrahim dan Suparni, Strategi Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN SUKA, 2008), hlm.38
d. Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel, gambar, diagram, grafik), rentangan data, rerata hitung, modus dan median, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah.
e. Memahami konsep ruang sampel dan peluang kejadian, serta memanfaatkan dalam pemecahan masalah.
f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan.
g. Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama
Karakteristik pembelajaran matematika di sekolah sebagai
berikut:55
a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika yaitu guru perlu: (1) member kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan inovasi dan penyelidikan pola-pola untuk melaksanakan hubungan, (2) member kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan percobaan dengan aneka macam cara, (3) mendorong siswa untuk adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, (4) mendorong siswa menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian satu dengan lainnya.

55 Hamid Muhammad, Model Silabus Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs,
(Jakarta:BSNP, 2007), hlm.1.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika yaitu guru perlu: (1) mendorong inisiatif siswa dan memperlihatkan kesempatan berpikir berbeda, (2) mendorong rasa ingin tahu, impian bertanya, kemampuan menyanggah dan kemampuan memperkirakan, (3) menghargai inovasi yang diluar asumsi sebagai hal bermanfaat daripada menanggapnya sebagai kesalahan (4) mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika, (5) mendorong siswa menghargai inovasi siswa yang lainnya, (6) mendorong siswa berfikir refleksif, dan (7) tidak menyarankan hanya memakai satu metode saja.
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika yaitu guru perlu: (1) menyediakan lingkungan mencar ilmu matematika yang merangsang timbulnya problem matematika, (2) membantu siswa memecahkan problem matematika memakai caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui informasi yang diharapkan untuk memecahkan problem matematika, (4) mendorong siswa untuk berfikir logis, konsisten, sistematis dan mengemabngakan sistem catatan, (5) mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan persoalan, (6) membantu siswa mengetahui bagaimana
dan kapan mengenakan aneka macam alat peraga/media pendidika matematika seperti: jangka, penggaris, kalkulator, dsb.
d. Matematika sebagai alat komunikasi
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran matematika yaitu guru perlu: (1) mendorong siswa mengenal sifat-sifat matematika, (2) mendorong siswa menciptakan tumpuan sifat matematika, (3) mendorong siswa menjelaskan matematika (4) mendorong siswa memperlihatkan bantalan an perlunya kegiatan matematika, (5) mendorong siswa membicarakan problem matematika, (6) mendorong siswa membaca dan menulis, (7) menghargai bahasa siswa dalam membicarakan matematika .
Penilaian pembelajaran matematika ditekankan pada proses dan hasil berpikir. Dalam proses berpikir perlu dilihat tata nalar, alasan (reasoning) dan kreativitas. Proses dan hasil berpikir tersebut dinilai dari segi kelogisan, kecermatan, efisiensi dan ketepatan (efektifitas). Penilaian pembelajaran perlu diusahakan menyeluruh dalam arti meliputi “langkah kerja” dan “hasil kerja”.
Cara menilai sanggup dilakukan antara lain melalui:56
a. Pengamatan terhadap siswa sewaktu bekerja, mengajukan pertanyaan, berdialog dengan sobat yang lain;
b. Mendengarkan dengan cermat apa yang sedang diperbincangkan siswa;
c. Mendengarkan dengan cermat pendapat siswa;

56 Erman Suherman , Strategi Pembelajaran Kontemporer, (Bandung:JICA,
2003), hlm.72.
e. Melalui tes.
Dengan demikian pembelajaran matematika yaitu proses aktif individu siswa yang bersosialisasi dengan guru, sumber atau materi belajar, sobat dalam memperoleh pengetahuan baru. Proses aktif tersebut mengakibatkan perubahan tingkah laku, contohnya sehabis mencar ilmu matematika siswa itu bisa mendemostrasikan pengetahuan dan ketrampilan matematikanya dimana sebelumnya ia tidak sanggup melakukannya.57
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Salah satu metode pembelajaran yang berkembang ketika ini yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini memakai kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu (1) setiap anggota mempunyai peran, (2) terjadi hubungan interaksi pribadi diantara siswa, (3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok ketika diperlukan.58
Tipe ini dikembangkan Slavin, merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada acara dan interaksi diantara siswa

57 Ibid, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika , 2001, hlm.92.
58 Isjoni , Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), hlm.27.
untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, mencar ilmu kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi :59
1) Tahap penyajian materi
Tahap penyajian materi, pada tahap ini guru memulai dengan memberikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa ihwal materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memperlihatkan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, biar siswa sanggup menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran sanggup dilakukan secara klasikal ataupun melalui audiovisual. Lamanya presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas. Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut: (a) mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, (b) menekaankan bahwa mencar ilmu yaitu memahami makna, dan bukan hafalan, (c) memperlihatkan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, (d) memperlihatkan klarifikasi mengapa tanggapan pertanyaan itu benar atau

59 Isjoni , Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), hlm.74.
salah, dan (e) beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami benar permasalahan yang ada.
2) Tahap kegiatan kelompok
Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar kiprah sebagai materi yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling menyebarkan tugas, saling membantu penyelesaian biar semua anggota kelompok sanggup memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
3) Tahap tes individual
Tahap tes individu yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan mencar ilmu telah dicapai, diadakan tes secara individu, mengenai materi yang telah dibahas. Tes individual diadakan pada final pertemuan, masing-masing selama 10 menit biar siswa sanggup memperlihatkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan dipakai pada perhitungan perolehan skor kelompok.
4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu
Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu, dihitung menurut skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memperlihatkan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya menurut skor tes yang diperoleh. Perhitungan
perkembangan skor individu dimaksudkan biar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan skor perkembangan individu diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin ibarat terlihat pada
tabel berikut:60
Tabel 4
Pedoman dukungan skor perkembangan individu
| Skor Tes | Skor Perkembangan |
| | Individu |
| | |
a. Lebih dari 10 poin di bawah skor | 5 | |
| | |
b. | 10 hingga 1 poin di bawah skor awal | 10 |
| | |
c. Skor awal hingga 10 poin di atasnya | 20 | |
| | |
d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal | 30 | |
| | |
e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor | 30 | |
| awal) | |
| | |
| Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara |
menjumlahkan masing-masing perkembangan individu dan akhirnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

60 Ibid, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, 2009, hlm.76.
Pemberian penghargaan diberikan menurut perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang dipakai untuk menentukan dukungan penghargaan terhadap kelompok yaitu sebagai berikut: (a) kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik,
(b) kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat, dan (c) kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.
4. Outdoor mathematics
Metode pembelajaran outdoor mathematics sering disebut metode pembelajaran di luar kelas. Sebenarnya metode ini bukan hal yang gres dalam matematika. Metode ini diadopsi dari istilah field study sehingga disebut sebagai kegiatan lapangan dalam pembelajaran matematika. Dengan metode ini guru membimbing siswa mencar ilmu matematika diluar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sebagai media belajar.
Tujuan dari metode pembelajaran outdoor mathematics yaitu:61
a. Merangsang siswa dalam mempelajari matematika.
b. Agar siswa mengetahui bahwa matematika bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

61 Didik Sugeng Pambudi, Usaha Meningkatkan Aktivitas dan Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Di Luar Kelas Dengan Pendekatan Realistik , ( Makalah Seminar Nasinonal Pendidikan Matematika yang Diselenggarakan Oleh Pusat Studi Pembelajaran Matematika Universitas Sanata Dharma, 2003), hlm.10
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memperoleh fakta, pengertian dan pemahaman secara mandiri.
Kelebihan dari metode pembelajaran outdoor mathematics antara
lain:
a. Menciptakan kondisi yang tidak terlalu formal yang menciptakan suasana mencar ilmu menarik dan menyenangkan.
b. Siswa lebih bersemangat dalam mencar ilmu lantaran rasa bosan waktu mencar ilmu didalam kelas sanggup terobati.
c. Membuat daya fikir siswa lebih berkembang dan menciptakan siswa lebih aktif.
d. Melatih siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapat.
e. Melatih siswa berdiskusi dan bekerja sama dengan temanya.
Kelemahan dari metode pembelajaran outdoor mathematics antara
lain:
a. Membutuhkan waktu yang lama.
b. Membutuhkan ketrampilan dalam mengendalikan siswa.
c. Membutuhkan lingkungan dan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran yang tidak gampang didapatkan.
5. Pembelajaran konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pembelajaran yang proses mencar ilmu mengajar memakai ceramah dengan setting outdoor mathematics. Guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam memberikan materi tersebut kepada siswa. Sedangkan peranan siswa yaitu mendengarkan yang dikemukakan guru.
Dalam pembelajaran matematika memakai metode ceramah dengan setting outdoor mathematics ini guru mendominasi kegiatan pembelajaran penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka menjiplak cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Dan proses pembembelajaran dilaksanakan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sebagai media belajar.
6. Hasil belajar
Belajar merupakan hal yang sangat penting, lantaran dengan mencar ilmu secara teliti serta mencatat pokok-pokok yang kemampuan seseorang sanggup ditingkatkan. Dengan mencar ilmu tingkah laris seseorang mengalami perubahan, yaitu timbulnya pengertian gres dan adanya perubahan sikap, dalam arti positif yaitu hasil.
Hasil mencar ilmu matematika yaitu hasil yang telah dicapai seseorang sehabis melaksanakan kegiatan belajar, sehingga terdapat perubahan dalam pemikiran serta tingkah laku. Dalam hasil mencar ilmu penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hasil mencar ilmu siswa berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainya. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh aneka macam faktor.
Hasil mencar ilmu banyak dipengaruhi aneka macam faktor baik berasal dari dirinya (internal) maupun berasal dari luar dirinya (eksternal). Adapun faktor-faktor yang dimaksud yaitu sebagai berikut:62
a. Faktor yang berasal dari siswa (internal)
1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh. Misalnya sakit, cacat badan atau perkembangan yang tidak sempurna.
2) Faktor rohaniah (psikologis), terdiri atas faktor intelektif ibarat kecerdasan, talenta dan faktor kecakapan positif atau prestasi yang dimiliki dan faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu ibarat sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan adaptasi diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)
1) Faktor sosial, ibarat lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.

62 Moh .Uzzer dan Lilis S, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm.9.
3) Faktor lingkungan fisik, ibarat akomodasi rumah dan belajar.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Jadi terdapat beberapa faktor yang berasal dari faktor internal dan
faktor eksternal yang berinteraksi baik secara pribadi maupun tidak pribadi mensugesti hasil belajar.
B. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Rosalina Kurnia Widyaningsih mahasiswa jadwal studi pendidikan matematika FMIPA Sanata Dharma yang berjudul ”Pengaruh metode pembelajaran kooperatif STAD dengan setting outdoor mathematics terhadap aktivitas, minat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan perbandingan trigonometri” memperlihatkan bahwa : (1) tingkat keaktifan mencar ilmu matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif STAD dengan setting outdoor mathematics yaitu tinggi, (2) minat siswa dalam mencar ilmu matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif STAD dengan setting outdoor mathematics ada kriteria berminat, (3) tingkat keberhasilan siswa dalam mencar ilmu matematika pada pokok bahasan perbandingan trigonometri dengan metode pembelajaran kooperatif STAD dengan setting outdoor mathematics tergolong cukup, (4) metode pembelajaran kooperatif STAD dengan setting outdoor mathematics besar lengan berkuasa terhadap acara dan minat siswa dalam meningkatkan prestasi mencar ilmu siswa dalam pembelajaran matematika.
Penelitian yang dilakukan oleh Shodiq Azhari mahasiswa jadwal studi pendidikan biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suna Kalijaga Yogyakarta yang berjudul ” Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Disertai dengan Membuat Ringkasan Berformat Mini-Magz dan Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Biologi pada Materi Pelajaran Ekosistem (Studi Kasus Siswa Kelas VII Semester II MTsN Sumberagung Jetis Bantul)
Tahun Ajaran 2007/ 2008” memperlihatkan bahwa : (1) ada efek yang signifikan pada penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai dengan menciptakan ringkasan berformat mini-magz terhadap prestasi mencar ilmu biologi, (2) ada efek yang signifikan pada siswa yang mempunyai minat mencar ilmu biologi yang tinggi dan rendah terhadap prestasi mencar ilmu biologi, (3) adanya interaksi antara penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai dengan menciptakan ringkasan berformat mini-magz dan minat mencar ilmu biologi terhadap prestasi mencar ilmu siswa.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu ibarat dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rosalina Kurnia Widyaningsih dan Shodiq Azhari. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rosalina Kurnia Widyaningsih terletak pada populasi, sampel, tempat, waktu, materi pelajaran, tujuan penelitian dan jenis penelitian. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian Rosalina Kurnia Widyaningsih yaitu jenis pra eksperimen, di mana dalam penelitian ini tidak memakai kelas kontrol. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Shodiq Azhari yaitu perbedaan populasi, sampel, tempat, waktu, tujuan penelitian dan materi pelajaran.
Dalam penelitian Shodiq Azhari memakai variabel dependen prestasi mencar ilmu dan jenis penelitian eksperimen. Penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu penelitian eksperimen dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics”.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada hasil mencar ilmu matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran konvension dengan setting outdoor mathematics pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah dan mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics dibanding model pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics dalam meningkatkan hasil mencar ilmu matematika. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah yang nantinya akan dipilih 2 kelas yang homogen. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics, sedangkan satu kelas sebagai kelas kontrol tanpa menerima perlakuan khusus ibarat kelas eksperimen yaitu model pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics.
No | Nama | Judul Penelitian | Tahun | | Posisi Penelitian | |
| | | | | | |
1. | Rosalina | Pengaruh Metode | 2007 | · | penelitian pra | |
| Kunia | Pembelajaran kooperatif | | | eksperimen | |
| Widyaningsih | STAD dengan Setting | | · | sampel siswa kelas | |
| | Outdoor Mathematics | | | XA | |
| | | | | | |
| Terhadap Aktivitas, Minat, | | · | popoulasi seluruh | ||
| | dan Prestasi Belajar Siswa | | | siswa kelas X | |
| | Dalam Pembelajaran | | | SMA Santoso | |
| | Matematika dengan Pokok | | | Mikael Yogyakarta | |
| | Bahasan Perbandingan | | · | materi pelajaran | |
| | Trigonometri | | | perbandingan | |
| | | | | trigonometri | |
| | | | | ||
2. | Shodiq | Pengaruh Pembelajaran | 2008 | Penelitian ini | ||
| Azhari | Kooperatif Tipe STAD | | menggunakan jenis | ||
| | Disertai dengan Membuat | | penelitian eksperimen. | ||
| | Ringkasan Berformat Mini- | | Teknik pengambilan | ||
| | Magz dan Minat Belajar | | sampel menggunakan | ||
| | Siswa Terhadap Prestasi | | cluster random | ||
| | Belajar Biologi pada Materi | | sampling sampel. | ||
| | Pelajaran Ekosistem (Studi | | Materi pelajaran | ||
| | Kasus Siswa Kelas VII | | Ekositem, populasi | ||
| | Semester II MTsN | | seluruh siswa kelas VII | ||
| | Sumberagung Jetis Bantul) | | MTsn Sumberagung | ||
| | Tahun Ajaran 2007/ 2008 | | Jetis dan sampelnya | ||
| | | | adalah kelas VII A dan | ||
| | | | VII B | ||
| | | | | ||
3. | Isra Nurmaita | Efektivitas Model | 2010 | Penelitian yang hendak | ||
| | Pembelajaran Kooperatif | | dilakukan peniliti yaitu | ||
| | Tipe STAD dengan Setting | | penelitian eksperimen. | ||
| | Outdoor Mathematics | | Teknik pengambilan | ||
| | Terhadap Hasil Belajar | | sampel dilakukan | ||
| | Matematika Kelas VII SMP | | dengan cara non | ||
| | Negeri 2 Berbah | | random. Materi | ||
| | | | pelajaran segiempat. | ||
| | | | | | |
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori maka dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut :
Sebelum dimulai pembelajaran matematika pada pokok bahasan segiempat, di kelas eksperimen dan knt@l diberikan sebuah pre-test untuk mengetahui kehomogenan antara kedua kelas. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics untuk meningkatan hasil mencar ilmu matematika siswa, sedangkan pada kelas kontrol tanpa menerima perlakuan khusus ibarat kelas eksperimen yaitu model pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics. Keaktifan siswa selama pembelajaran matematika di kelas sanggup ditingkatkan, salah satunya dengan melaksanakan metode STAD. Metode STAD akan menjadikan pembelajaran di kelas lebih efektif. Keaktifan siswa diharapkan besar lengan berkuasa pada hasil mencar ilmu matematika, lantaran metode ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok membahas sub pokok bahasan yang sama. Tiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa anggota satu tim telah mempelajari materinya dan bagi anggotanya yang sudah mengerti sanggup menjelaskan pada anggota lainnya hingga semua anggota dalam satu tim mengerti. Setelah tiap kelompok menuntaskan kiprah yang diberikan guru kemudian mempresentasikan hasil kerjanya. Kegiatan presentasi dari tiap kelompok tersebut akan menciptakan siswa aktif dan saling bertukar pikiran.
Pelajaran matematika bersifat aneh sehingga sulit dipahami oleh siswa. Hal itu mengakibatkan siswa kurang menyenangi pelajaran matematika. Pembelajaran matematika di sekolah diharapkan menjadi sesuatu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Namun kenyataannya masih banyak kesulitan yang ditemui dalam mempelajari matematika dan bahkan masih menjadi momok bagi siswa. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang kurang menarik, sukar dan membosankan sehingga pelajaran matematika menjadi kurang disenangi melalui pendekatan setting outdoor mathematics sanggup membantu siswa memahami materi yang diajarkan dengan suasana mencar ilmu di luar kelas sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Setelah dilakukannya perlaku berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan sebuah post-test untuk mengetahui seberapa jauh siswa memahami pokok bahasan tersebut. Dengan adanya pre-test dan post-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol nanti akan diperoleh nilai mencar ilmu atau sanggup dikatakan sebagai hasil mencar ilmu siswa. Sehingga sanggup diketahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics efektif dipakai dalam pembelajaran matematika.
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang perkara yang didukung oleh landasan teori, penulis mengambil hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan yang signifikan pada hasil mencar ilmu matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics dan siswa yang mengikuti pembelajaran pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah.
2. Terdapat efektivitas antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics dan model pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics dalam meningkatkan hasil mencar ilmu matematika kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII semester 2 (Genap) tahun anutan 2009/2010 yaitu pada bulan April 2010.
B. Populasi dan sampel
a. Populasi
Dalam penelitian ini populasinya yaitu seluruh siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah tahun anutan 2009/2010, yang terdiri dari 3 kelas sebanyak 108 siswa.
Populasi Penelitian
Kelas | Jumlah Siswa |
| |
V11 A | 36 |
| |
VII B | 36 |
| |
VII C | 36 |
| |
b. Sampel
Mengingat jumlah populasi yang sangat besar maka pengambilan sampel dilakukan dengan cara non random. Setelah diuji homogenitas, kelas yang homogen diambil dua kelas untuk dijadikan sampel.
C. Desain penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini yaitu penelitian eksperimen.
dengan memakai desain control group pretest-posttest : 63.
Table 5
Desain Eksperimen
| Grup | Pre-test | | Variable | Post-test |
| | | | terikat | |
| | | | | |
Eksperimen | Y1 | | X | Y2 | |
| | | | | |
Kontrol | Y1 | | - | Y2 | |
| | | | | |
Keterangan : | | | | | |
Y1 | : Hasil pre-test di kelas eksperimen | | |||
Y1 | : Hasil pre-test di kelas kontrol | | | ||
Y2 | : Hasil post-test di kelas eksperimen | | |||
Y2 | : Hasil post-test di kelas kontrol | | |
X : Adanya perlakuan atau treatment selama eksperimen
i. : tidak diberi perlakuan atau treatment selama eksperimen
D. Variabel penelitian
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu pembelajaran dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics dan pembelajaran konvensional dengan setting outdoor mathematics.
2. Variabel Terikat
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan:
1. Observasi
Observasi yaitu kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh imbas tindakan telah mencapai sasaran. Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh citra kondisi kelas selama proses pembelajaran berlangsung, mulai dari guru membuka pelajaran, materi yang disampaikan, model serta sumber mencar ilmu yang diterapkan, dan mengamati sikap siswa selama tindakan penelitian dilakukan. Peneliti memanfaatkan metode observasi langsung, sehingga peneliti sanggup melihat secara pribadi kegiatan mencar ilmu mengajar dan keaktifan siswa terhadap pembelajaran matematika, baik dikelas VIIA dan kelas VIIB.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu cara memperoleh informasi dengan tanya jawab pribadi antara peneliti dengan informan. Wawancara dipakai peneliti untuk memperoleh informasi yang terdapat di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah yang berasal dari informan yang sanggup membantu penelitian. Informasi yang diambil sanggup berupa metode pembelajaran, faktor pendukung, faktor penghambat, sarana dan prasarana, media pembelajaran ataupun hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga merinci urutan-urutan pertanyaan dengan sebaik mungkin. Dalam penelitian ini peneliti mengambil informan yaitu siswa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dipakai dalam penelitian ini berupa foto selama proses pelaksanaan model kooeratif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics.
d. Tes
Tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang dipakai untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Test yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebanyak 2 kali yaitu pre-test dan post-test. Pre-test dipakai untuk mengetahui kehomogenan antara dua kelas, sedangkan post-test untuk mengetahui peningkatan hasil mencar ilmu yang terjadi. Dalam hal ini post-tes sebagai alat penilaian untuk mengukur hasil siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Berbah pada pokok bahasan segiempat yang dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
F. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat yang dipakai oleh peneliti untuk untuk mengumpulkan data biar lebih mudah, cermat, lengkap dan sistematis sehingga memperlancar dalam pengolahan data.
Instrumen penelitian yang dipakai yaitu berbentuk:
a. | Lembar observasi |
| Observasiadalahkegiatanpengamatandengan |
| menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan |
| pertanyaan. Lembar observasi digunakan mengamati jalannya |
| proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran |
| kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics. |
| Lembar observasi ini berupa lembar observasi siswa dan guru. |
| Lembar ini dipakai untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa |
| selama pembelajaran berlangsung. |
b. | Lembar wawancara |
| Lembar wawancara berbentuk pertanyaan uraian yang |
| berisi pertanyaan tentang pelaksanaan model pembelajaran |
| koperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics. |
| Wawancara dilakukan sehabis pembelajaran. |
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen tersebut berupa foto/ gambar yang dipakai untuk menggambarkan secara visual kondisi selama pembelajaran berlangsung.
d. Tes
Tes yang dilakukan berupa soal ulangan pokok bahasan sebagai alat untuk mengukur kompetensi siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Lembar test terdiri lembar pre-test dan lembar post-tes. Lembar pre-test untuk mengetahui kehomogenan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan post-test dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan di kelas eksperimen ataupun di kelas kontrol.
G. Analisis Instrumen
a. Uji Validitas
Sebuah instrumen yang valid berarti alat ukur yang sanggup dipakai untuk menerima data (mengkur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut sanggup dipakai untuk mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dipakai rumus hubungan product moment dengan angka agresif :64
rxy | = | | N åxy -(åx)(å y) | ||
| | | |||
{N å X 2 - (å X )2 }{N åY 2 - (åY )2 } | |||||
| |


64 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.72.
rxy : koefisien hubungan antara X dan Y
x : jumlah skor item
y : jumlah skor total
X 2 : jumlah kuadrat dari skor item
Y 2 : jumlah kuadrat dari skor total
x y : jumlah perkalian antara skor item dan skor total
N : jumlah soal
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas memperlihatkan pada tingkat keterandalan suatu instrumen yang sanggup mendapatkan amanah (sudah reliabel) akan menghasilkan data yang sanggup mendapatkan amanah pula. Analisis reliabilitas tes memakai rumus KR-20 yang diketemukan oleh Kuder dan Richardson.
r = ( | n | | )( | S 2 - å pq | ) |
| | ||||
11 | n -1 | | S 2 | ||
| | ||||
Keterangan: | |||||
r11 | = reliabilitas tes secara keseluruhan |
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
å pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
3) Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran soal dipakai untuk mengetahui soal tersebut gampang atau sukar. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu gampang dan tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dihitung dengan rumus sebagai berikut.
P = JSB

Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul
JS | = Jumlah seluruh siswa peserta tes66 |
| Adapun indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: |
0,00 | < P ≤ 0,30 yaitu soal sukar |
0,30 | < P ≤ 0,70 yaitu soal sedang |
0,70 | < P ≤ 1,00 yaitu soal mudah. |
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal yaitu kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk mengukur daya pembeda dipakai rumus sebagai berikut:
65
Ibid, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), 2009, hlm .100.

66 Ibid, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), 2009, hlm 208
BA | - | BB | = P - P | ||
| | ||||
| J A | | A | B | |
| J B | | |||
Keterangan: | | ||||
J | = jumlah peserta tes | ||||
JA | = banyaknya peserta kelompok atas | ||||
JB | = banyaknya peserta kelompok bawah | ||||
BA | = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu | ||||
| | dengan benar |
BB = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
PA= | BA | = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar | ||
| | |||
| J A | |||
PB= | | BB | = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab | |
| | |||
| | J B | ||
benar67
Adapun pembagian terstruktur mengenai daya pembeda sebagai berikut: D: 0,00 -- 0,20: buruk (poor)
D: 0,20 -- 0,40: cukup (satisfactory)
D: 0,40 -- 0,70: baik (good)
D: 0,70 -- 1,00: baik sekali (excellent).
D: negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

67 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 213.
Prosedur penelitian merupakan langkah atau tahap yang dilakukan dalam penelitian yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari tahap pra eksperimen, eksperimen, dan pasca eksperimen.
a. Pra Eksperimen
Tahap ini merupakan tahap persiapan sebelum dilaksanakannya eksperimen, yang meliputi penentuan sampel dari populasi dan menentukan sampel yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Eksperimen
Tahap eksperimen terdiri dari dukungan pre-test, treatment atau perlakuan, dan post test
1) Tahap pre-test, yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pre-test ini bertujuan untuk mengetahui kehomogenan antara kedua kelas.
2) Tahap perlakuan, yang dilakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan setting outdoor mathematics untuk siswa kelas eksperimen.
3) Tahap post test atau tahap akhir, yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Post test ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil mencar ilmu antara siswa yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan.
c. Pasca Eksperimen
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian. Dalam tahap ini, data pre-test dan post test dianalisis dengan memakai perhitungan secara statistik. Hasil dari perhitungan tersebut mempunyai kegunaan untuk menjawab hipotesis apakah diterima atau ditolak.
I. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teknik analisis pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dipakai untuk memperoleh keputusan dan kesimpulan. Namun sebelum melaksanakan teknik pengujian hipotesis dilakukan terlebih dahulu pengujian persyaratan hipotesis. Uji yang dipakai untuk persyaratan analisis dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Langkah-langkah uji normalitas yaitu sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Menentukan α
3) Menentukan kriteria penerimaan hipotesis
H0 diterima kalau X2hitung < X2(1- α);(k-3), dengan k = banyak kelompok
4) Menghitung X2hitung
k | (O - E | )2 |
X2hitung = å | ii | |
Ei | | |
i=1 | |
Keterangan:
= frekuensi hasil pengamatan = frekuensi yang diharapkan = banyaknya kelompok68 |
Oi
Ei
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi dari sampel-sampel homogen. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data nilai hasil mencar ilmu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak.
Langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
H0 = s12 = s 22 (varians homogen)
H1 = s12 ¹ s 22 (varians tidak homogen)
2) Menentukan α
3) Menentukan kriteria penerimaan H0 H0 diterima kalau Fhitung < F(α/2; n1-1;n2-1)
4) Menghitung F69
= var ian terbesar
F

var ian terkecil c. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini memakai uji t. Uji t dipakai untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata data nilai hasil mencar ilmu siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Asumsi dasar dari pengujian, yaitu normalitas dan homogenitas dari kedua data sebagai persyaratan analisis harus terpenuhi terlebih dahulu.
Langkah-langkah uji kesamaan rata-rata sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis. H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Keterangan :
µ1 = rata-rata data kelompok eksperimen µ2 = rata-rata data kelompok kontrol

68Sudjana, Metode Statistik (Edisi Enam), (Bandung: Tarsito, 1996), hlm.273.
69 Ibid, , Metode Statistik (Edisi Enam), 196, hlm.250.
3) Menentukan kriteria penerimaan H0.
Jika menurut uji kesamaan varians, ditunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka untuk pengujian hipotesis ini dipakai rumus :
| | | | | | - | | | | | | | (n -1)s 2 | + | (n | | -1)s 2 | |||
t = | X | 1 | X | 2 | | | | dengan s 2 = | 2 | |||||||||||
| | | | | | | | | | 1 | 1 | | | 2 | ||||||
| | | | | | | | | | | | | | n1 + n2 - 2 | ||||||
s | 1 | + | | 1 | | | ||||||||||||||
| | | | | | |||||||||||||||
| | | | | | | | | | | | | | | | |||||
| n | n | 2 | | | | | | | | | | ||||||||
| | | | | | | | | | | | | | | ||||||
| | | | | | 1 | | | | | | | | | | | | | |

Keterangan :
X 1 = rata-rata kelompok eksperimen

X 2 = rata-rata kelompok kontrol

n1 = banyak anggota kelompok eksperimen n2 = banyak anggota kelompok kontrol
s12 = varians kelompok eksperimen s22 = varians kelompok kontrol70
H0 diterima kalau –t(1-α/2; n1+ n2- 2)< t < t(1-α/2; n1+ n2- 2)
Apabila data mempunyai varians yang berbeda maka pengujian hipotesis dipakai rumus sebagai berikut:
| | | | | | 1 - | | 2 | | | | | | | | | | | | | | | | |||
t¢ = | X | X | | | | | | | | | | | | | | |||||||||||
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
| | | | s 2 | | + | s 2 | | | | | | | | | | | | | | ||||||
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | ||||||||
| | | | 1 | | 2 | | | | | | | | | | | | | | | | |||||
| | | | | n1 | n2 | | | | | | | | | | | | | | |||||||
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | ||||||
Kriteria pengujiannya yaitu terima H1 kalau : | | | | | | |||||||||||||||||||||
t¢ ³ | W1t2 | | +W2t2 | | dengan | | | | | | | | ||||||||||||||
| | W +W | | | | | | | | | ||||||||||||||||
| | | | | | | | | | | | | | | | |||||||||||
| | | 1 | | | | 2 | | | | | | | | | | | | | | | | ||||
W = | | | s 2 | | | | | | | | | | | = | s 2 | t = t | | t | | = t | | | ||||
1 | | | | | | | | W | | 2 | | (1-a ;n -1) | 2 | (1-a;n | -1) | |||||||||||
| | | | | | | | | | | 2 | | | |||||||||||||
1 | | | | | n1 | | | | | | | | | | | n2 | 1 | | | |||||||
| | | | | | | | | | | | | | | | | 1 | | | | 2 | | ||||
| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |

Keterangan :
X 1 = rata-rata kelompok eksperimen

X 2 = rata-rata kelompok kontrol

n1 = banyak anggota kelompok eksperimen n2 = banyak anggota kelompok kontrol
s12 = varians kelompok eksperimen s22 = varians kelompok kontrol71
4) Menghitung t.
5) Menentukan kesimpulan.

70 Sudjana, Metode Statistik Edisi Enam, (Bandung: Tarsito, 1996), hlm.239.
71 Ibid, Metode Statistik Edisi Enam, 1996, hlm.24
M. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun anutan 2009-2010. Adapun jadwal penelitiannya yaitu sebagai berikut:
| | | | | Bulan | | | ||
No | Jenis Kegiatan | | | | | | | | |
| | Des | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Juli |
| | | | | | | | | |
1 | Penyusunan Proposal | v | v | v | | | | | |
| Penelitian | | | | | | | | |
| | | | | | | | | |
2 | Penyusunan Instrumen | | | v | v | | | | |
| Penelitian | | | | | | | | |
| | | | | | | | | |
3 | Pemberian Perlakuan | | | | v | v | | | |
| | | | | | | | | |
4 | Pretes dan Postes | | | | v | v | | | |
| | | | | | | | | |
5 | Menganalisis Data | | | | | | v | v | v |
| | | | | | | | | |
6 | Pembuatan Laporan | | | | | | v | v | v |
| Penelitian | | | | | | | | |
| | | | | | | | | |
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan sanggup disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan yang signifikan pada hasil mencar ilmu matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan seting outdoor mathematics dan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional dengan seting outdoor mathematics.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan seting outdoor mathematics lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional dengan seting outdoor mathematics dalam meningkatkan hasil mencar ilmu matematika
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa kekurangan antara lain:
1. Lembar observasi dibentuk untuk satu kali pertemuan sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan seting outdoor mathematics untuk penilaian hasil tes individual dan dukungan penghargaan ternyata tidak bisa dilaksanakan pada ketika pembelajaran itu, tetapi dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
2. Jumlah observer yang terbatas sehingga tidak semua acara pembelajaran sanggup terekam dengan baik, lantaran pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan seting outdoor mathematics ini proses pembelajarannya dilakukan di luar kelas yang terbagai menjadi sembilan kelompok dan minimal memerlukan tiga observer biar kegiatan pembelajaran lebih terkontrol.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian sanggup dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Hendaknya guru memakai model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan seting outdoor mathematics sebagai salah satu materi pertimbangan untuk meningkatkan hasil mencar ilmu siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Sekolah sanggup mengembangkan lagi model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dengan seting outdoor mathematics sehingga selain sanggup meningkatkan hasil mencar ilmu siswa juga dapat memperlihatkan perbaikan dan efektivitas dalam mencar ilmu mengajar.
3. Penelitian selanjutnya sanggup menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan seting outdoor mathematics untuk meningkatkan variabel yang lain.
Sumber http://risalridwan.blogspot.com