Random post

Saturday, March 4, 2017

√ Perlukah Kita Gembira Dengan Kecerdasan Anak?

Setiap orang renta niscaya berharap punya bawah umur yang pintar.


Anak yang berakal menjadi pujian orangtua

Anak berakal diasumsikan dengan masa depan yang cerah

Praktis masuk ke sekolah favorit

Praktis mencari kerja

dan kemudahan-kemudahan lainnya.

Benarkah demikian?
Belum tentu juga begitu.

Kecerdasan yaitu anugrah dari Sang Maha Pencipta. Memiliki anak cerdas memang jadi dambaan hampir semua orangtua. Namun sayangnya tidak banyak anak yang diberi anugrah itu. Nah, bagaimana jikalau ternyata anak kita yaitu anak yang biasa-biasa saja di sekolah? Apakah harus khawatir dengan masa depannya?

Untuk menjawabnya, ikuti dongeng sahabat saya di bawah ini.

Teman saya yaitu anak yang dikarunia kecerdasan itu. Meskipun tidak termasuk jenius, tapi kecerdasan sahabat saya berada di atas rata-rata. Ketika sekolah di SD, Ia tak pernah menerima ranking di bawah 3. Kalau tidak 1 ya 2 dan seringnya ranking 2 alasannya yaitu ranking satunya temannya yang perempuan.

Di Sekolah Menengah Pertama juga begitu, ranking sahabat saya berkisar di angka 1, 2 atau 3. Di SLTA  peringkat Dia juga masih bagus. Pokoknya dari semenjak SD hingga SLTA peringkat Dia disekolah selalu masuk 3 besar.

Selepas SLTA Dia melanjutkan kuliah. Dia kuliah di satu universitas keguruan di Kota B. Hanya sayang, kuliahnya tidak tamat. Ia DO di semester 3 jikalau tidak salah.

Selepas keluar kuliah, Ia ikut dengan orangtuanya  bekerja serabutan di kampung. Ia yaitu orang yang cerdas namun mempunyai kekurangan, yaitu kurang percaya diri. Ketika teman-teman lain pergi merantau ke kota, Ia tetap di kampung mengikuti orangtua. 

Kembali lagi ke tema di atas wacana kecerdasan. Ternyata kecerdasan bukanlah satu-satunya tiket untuk meraih keberhasilan. Ada banyak faktor lain yang berpengaruh. Teman-teman seangkatan sahabat saya, baik di SD, Sekolah Menengah Pertama maupun SLTA yang prestasi di kelasnya biasa-biasa saja, kini banyak yang kehidupannya lebih dari Dia. Ada yang menjadi pengusaha, anggota dewan, administrator perusahaan dan lain-lain.

Kesimpulannya, kecerdasan bukan satu-satunya jalan menuju kesuksesan. 

Bila anak kita kurang cerdas jangan memaksakan diri agar anak cerdas dengan cara memaksa anak berguru di luar kemampuannya.

Carilah sisi kelebihan anak dan kembangkan kelebihan itu.

Sistem pendidikan kini tidak lagi memandang anak dari sisi kecerdasannya. Sudah tidak ada lagi sistem peringkat kelas di dalam Rapor anak, meskipun kadangkala guru melakukannya  demi memenuhi cita-cita orangtua yang masih terobsesi oleh rangking anaknya.



Sumber http://selalusiapbelajar.blogspot.com