Politik merupakan salah satu hal yang sensitif dalam kehidupan bernegara. Bukan hanya masa kini tetapi semenjak masa penyebaran Islam politik menjadi salah satu tonggak yang mengatur suksesnya pemerintahan Islam. Politik Islam mulai bergejolak semenjak wafatnya sayyidina Utsman bin Affan (656) hingga masa sehabis kekhalifahan Ali bin Abi Tholib.
Perselisihan yang terjadi pada masa antara wafatnya sayyidina Utsman bin Affan hingga kekhalifahan sayyidina Ali bin Abi Thalib melahirkan beberapa perang saudara, diantaranya pertama, perang Ali dengan Zubair yang dimenangkan oleh sayyidina Ali, Thalhah dan Aisyah yang dikenal dengan perang jamal. Peluang selanjutnya yaitu perang antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Perselisihan dengan Muawiyah berakhir dengan tahkim (arbritrase) dan kemenangan dipihak Muawiyah.
Pada masa itu, akhir dari gejolak politik dan perselisihan semakin meruncing muncul fitnah besar (fitnah kubro). Dampak dari bencana tersebut terjadi perubahan pada segala aspek kehidupan masyarakat Islam baik secara sosial, politik, dan ilmu keagamaan. Nah, dari sinilah ilmu Kalam muncul sebagai alat pengungkapan dan penalaran paham keagamaan termasuk ketauhidan.
Dibidang keagamaan dan politik lahirnya ilmu Kalam mengakibatkan munculnya berbagai macam sekte sekte Islam dengan teologi yang berbeda beda. Dari sekte sekte tersebut mempunyai perbedaan pandangan mengenai iktikad dan tauhid (keesaan Allah). Lahirnya golongan golongan ini terjadi pada masa wafatnya sayyidina Utsman dan kekuasaan muawiyah dengan teologi yang berbeda mirip Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Mu’tazilah.
1. Mu'tajilah
Lahirnya golongan ini disebabkan oleh argumentasi Kaum Muslimin yang tidak bisa dipatahkan tanpa adanya filsafat dan rasionalitas. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah ini bisa mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut. Namun golongan ini tidak disambut baik oleh masyarakat lantaran semua aspek kehidupan termasuk ketauhidan harus bersifat rasional. Lahirnya aliran ini tidak terlepas dari imbas Washil bin Atha dan Amr bin Ubaid.
Lahirnya golongan ini disebabkan oleh argumentasi Kaum Muslimin yang tidak bisa dipatahkan tanpa adanya filsafat dan rasionalitas. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah ini bisa mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut. Namun golongan ini tidak disambut baik oleh masyarakat lantaran semua aspek kehidupan termasuk ketauhidan harus bersifat rasional. Lahirnya aliran ini tidak terlepas dari imbas Washil bin Atha dan Amr bin Ubaid.
2. Qodariyah
Faham ini muncul pada tahun 689 M yang dibawa oleh Ma'bad al Juhani dan Jaad bin Dirham. Sesuai dengan namanya, aliran ini bermakna kekuatan atau kemampuan. Dalam arti luas golongan ini mempunyai tauhid yang berbeda dan menyampaikan bahwa segala perjuangan insan dan balasannya ialah insan yang memilih dan tidak ada tugas Allah didalamnya. Golongan inilah yang mengutamakan otoritas manusia. Dalam istilah bahasa inggris faham qodariyah dikenal dengan nama free will dan free act.
untuk memperkuat pendirian mereka. Pendapat mereka juga menunai pro kontra hingga mereka memberikan dalil mereka sendiri yaitu jikalau perbuatan insan kini diciptakam dan ditetapkan oleh Tuhan, kenapa mereka diberi pahala jikalau berbuat baik dan disiksa jikalau berbuat maksiat, padahal yang membuat atau membuat hal itu ialah Allah Swt.
untuk memperkuat pendirian mereka. Pendapat mereka juga menunai pro kontra hingga mereka memberikan dalil mereka sendiri yaitu jikalau perbuatan insan kini diciptakam dan ditetapkan oleh Tuhan, kenapa mereka diberi pahala jikalau berbuat baik dan disiksa jikalau berbuat maksiat, padahal yang membuat atau membuat hal itu ialah Allah Swt.
3. Syiah
Syiah muncul pasca wafatnya Sayyidina Ustman, sebelum wafat kaum muslim bersatu dan tidak ada fanatisme pada khalifah tertentu. Golongan ini dirujukkan pada pengikut setia sayyidina Ali bin Abi Tholib dan dipimpin oleh Abdullah bin Saba'. Golongan ini sangat tunduk pada semua keputusan sayyidina Ali dan sangat membela pada setiap keadaan politik. Bahkan dengan sifat fanatik mereka, mereka menganggap bahwa dari seluruh sahabat Rasulullah yang paling utama ialah sayyidina Ali dan yang lain tidak berhak atas kekhalifahan.
Syiah lahir sehabis wafatnya sayyidina Utsman. Golongan ini dibagi menjadi 3 yaitu golongan yang menganggap sayyidina Ali ialah tuhan, golongan yang mencela Khalifah sebelum sayyidina Ali, dan golongan yang mengutamakan sayyidina Ali.
Syiah muncul pasca wafatnya Sayyidina Ustman, sebelum wafat kaum muslim bersatu dan tidak ada fanatisme pada khalifah tertentu. Golongan ini dirujukkan pada pengikut setia sayyidina Ali bin Abi Tholib dan dipimpin oleh Abdullah bin Saba'. Golongan ini sangat tunduk pada semua keputusan sayyidina Ali dan sangat membela pada setiap keadaan politik. Bahkan dengan sifat fanatik mereka, mereka menganggap bahwa dari seluruh sahabat Rasulullah yang paling utama ialah sayyidina Ali dan yang lain tidak berhak atas kekhalifahan.
Syiah lahir sehabis wafatnya sayyidina Utsman. Golongan ini dibagi menjadi 3 yaitu golongan yang menganggap sayyidina Ali ialah tuhan, golongan yang mencela Khalifah sebelum sayyidina Ali, dan golongan yang mengutamakan sayyidina Ali.
4. Khawarij
Golongan ini mulanya ialah golongan Syiah, namun lantaran pihak sayyidina Ali kalah pada ketika tahkim dengan Muawiyah cs maka mereka menganggap sayyidina Ali dan Muawiyah ialah kafir serta seluruh pengikutnya. khawarij ialah mereka yang mulanya membela sayyidina Ali tetapi berbalik memusuhi dan menentang Ali dan kelompok Syiah. Bahkan mereka juga merencanakan untuk menghabisi sayyidina Ali dan Muawiyah namun Ibn Muljam hanya berhasil membunuh sayyidina Ali saja sedangkan Muawiyah hanya luka luka.
Golongan ini mulanya ialah golongan Syiah, namun lantaran pihak sayyidina Ali kalah pada ketika tahkim dengan Muawiyah cs maka mereka menganggap sayyidina Ali dan Muawiyah ialah kafir serta seluruh pengikutnya. khawarij ialah mereka yang mulanya membela sayyidina Ali tetapi berbalik memusuhi dan menentang Ali dan kelompok Syiah. Bahkan mereka juga merencanakan untuk menghabisi sayyidina Ali dan Muawiyah namun Ibn Muljam hanya berhasil membunuh sayyidina Ali saja sedangkan Muawiyah hanya luka luka.
5. Jabariyah
Bertolak pikir dengan Qodariyah, aliran ini justru segala yang terjadi pada insan ialah ketetapan Allah. Bahkan kafirnya insan juga merupakan ketetapan Allah. Mereka menganggap insan menyerupai bulu yang diterbangkan angin. Mereka mengatas namakan Allah pada banyak sekali keadaan sehingga tidak ada tugas insan sedikitpun didalamnya. Faham ini di bawa oleh jahm bin Shafwan. Faham ini mulai menyebar pada era ke 2 H/ ke 8 M yang dipelopori oleh Jaad Bin Dirham.
Bertolak pikir dengan Qodariyah, aliran ini justru segala yang terjadi pada insan ialah ketetapan Allah. Bahkan kafirnya insan juga merupakan ketetapan Allah. Mereka menganggap insan menyerupai bulu yang diterbangkan angin. Mereka mengatas namakan Allah pada banyak sekali keadaan sehingga tidak ada tugas insan sedikitpun didalamnya. Faham ini di bawa oleh jahm bin Shafwan. Faham ini mulai menyebar pada era ke 2 H/ ke 8 M yang dipelopori oleh Jaad Bin Dirham.
6. Ahlusunah Waljamaah
Golongan ini konsisten dalam berpegang teguh pada pedoman Rasulullah. Bukan hanya Rasulullah tetapi juga menjalankan apa yang diriwayatkan oleh sahabat termasuk Khulafaur Rosyidin baik dalam hal akidah(tauhid), Amaliah (syariat), dan etika (tasawuf). Mereka berguru menyeimbangkan ketiganya untuk mencapai Ma'rifatullah. Hukum yang mereka terapkan tidak hanya berlandaskan pada Al-Qur'an saja tetapi juga pada hadits, ijma, dan qiyas untuk memperkuat hukumnya.
Dalam hal iktikad mereka mengacu pada 2 guru yaitu Asya’ariah yang tak lain ialah Abu Hasan al-Asy’ari (260H-324H) merupakan tokoh mu'tajilah yang keluar dan mendirikan madzab gres dengan semboyan "ma'ana alaihi saashabihi" yang lalu pengikutnya berjulukan asyariyah. Golongan selanjutnya ialah golongan Hanafiyah yang dipimpinan oleh Abu Manshur al-Maturidi. Mereka menganggap bahwa Allah ialah penentu nasib insan namun juga tidak terlepas dengan perjuangan insan itu sendiri. Sedangkan dalam hal akhlaq mereka mengacu pada guru besar Imam Ghazali, pengarang kitab Ihya' yang sering di kaji pada pondok pesantren. Golongan ini juga melahirkan 4 imam besar dalam hal syariat yaitu imam Hanafi, imam Syafi'i, imam Hambali, dan imam Maliki.
Golongan ini konsisten dalam berpegang teguh pada pedoman Rasulullah. Bukan hanya Rasulullah tetapi juga menjalankan apa yang diriwayatkan oleh sahabat termasuk Khulafaur Rosyidin baik dalam hal akidah(tauhid), Amaliah (syariat), dan etika (tasawuf). Mereka berguru menyeimbangkan ketiganya untuk mencapai Ma'rifatullah. Hukum yang mereka terapkan tidak hanya berlandaskan pada Al-Qur'an saja tetapi juga pada hadits, ijma, dan qiyas untuk memperkuat hukumnya.
Dalam hal iktikad mereka mengacu pada 2 guru yaitu Asya’ariah yang tak lain ialah Abu Hasan al-Asy’ari (260H-324H) merupakan tokoh mu'tajilah yang keluar dan mendirikan madzab gres dengan semboyan "ma'ana alaihi saashabihi" yang lalu pengikutnya berjulukan asyariyah. Golongan selanjutnya ialah golongan Hanafiyah yang dipimpinan oleh Abu Manshur al-Maturidi. Mereka menganggap bahwa Allah ialah penentu nasib insan namun juga tidak terlepas dengan perjuangan insan itu sendiri. Sedangkan dalam hal akhlaq mereka mengacu pada guru besar Imam Ghazali, pengarang kitab Ihya' yang sering di kaji pada pondok pesantren. Golongan ini juga melahirkan 4 imam besar dalam hal syariat yaitu imam Hanafi, imam Syafi'i, imam Hambali, dan imam Maliki.
Demikian beberapa sekte Islam yang muncul paska wafatnya sayidina Utsman dan terus bergejolak hingga kekhalifahan sayyidina Ali hingga Muawiyah sehingga akhir dan keuntungannya masih bisa kita rasakan sekarang. Semoga bermanfaat
Sumber http://www.galinesia.com