Mungkin kini kau punya kebebasan di dalam kepalamu, tapi nyatanya kau enggak pernah membuatnya pergi menembus kurungan tengkorakmu dan mengungkapkannya dengan tindakanmu.
Kukira itu yang terjadi. Aku enggak mau menyalahkan kalian, tapi nyatanya pendidikan kita semenjak dahulu kala menyerupai itu. Barangkali mungkin hampir semua anak sekolahan diajari untuk tidak mengambil resiko. Yang kita terima selalu larangan dan larangan, dan sebagaimana biasanya dimana ada larangan disitu ada hukuman. Dan menurutku eksekusi dan resiko itu beda, beda jauh!
Begini deh contohnya, suatu hari mungkin kau berangkat sekolah. Tapi sebab kecerobohanmu, kau terlambat tiba ke sekolah. Apa yang bakal kau terima? Sapu lidi untuk menyapu taman? atau sikat WC yang harusnya jadi kerjaan penjaga sekolah?.. Tapi jujur jikalau jamanku sekolah dulu sihh Nggak pernah tuhh ada eksekusi semacam itu. Kami jikalau telat di pukul pakai penggaris atau dijewer. Lebih berasa!
Jadi hancur pola pikir kau jikalau kau menyimpulkan sebab terlambat resikonya kau harus nyapu taman atau nyikat WC. Padahal kita semua tahu jikalau terlambat resikonya ialah ketinggalan pelajaran di kelas, aib sebab masuk kelas paling selesai dan mungkin saja tidak diizinkan masuk oleh guru. Masalah eksekusi sikat WC dan sapu taman itu sihh mengada-adanya guru BK kau aja.
Kalau saja kau menyampaikan terlambat itu resikonya nyikat WC. Nah akan jadi problem yaitu saat lulus sekolah dan kuliah, tidak akan ada lagi yang bakal menghukummu menyikat WC! Kaprikornus kau bakalan mikir bahwa telat itu nggak ada resikonya, padahal terperinci banget bakalan malu-maluin dan ketinggalan bahan di kelas.
Contoh sederhana itu menunjukan bahwa pendidikan kita itu lebih suka menciptakan peraturan dan eksekusi daripada memperlihatkan pemahaman resiko dari tindakan yang kita lakukan.
Peraturan. Apa yang salah dari peraturan? Peraturan ada sebab ada nilai yang ingin ditanamkan/dipertahankan dalam suatu masyarakat. Peraturan ini cenderung terbentuk sebab adanya perkara saat seseorang melanggar norma/etika di masyarakat.
Sibuk negara kita menciptakan peraturan dan undang-undang untuk apa? Menghukum penjahat? Mengadilinya? Atau jikalau saya boleh menjelekkan pendidikan di negeri kita, saya mau bilang undang-undang itu ada untuk guru PPKN di sekolah semoga dapat paksa kami membaca itu.
Sesungguhnya kebaikan dan keburukan itu kau pahami sebagai nilai di dalam dirimu, tapi kau abaikan itu dan paksa kami ikuti undang-undang. Manusia kita jadi kehilangan kebijakan menilai baik dan buruk, sebab mereka cuma mau ikuti undang-undang yang tertulis.
Memang lebih gampang paksa kami baca undang-undang daripada kau capek tanamkan kebijakan pada kami!
Itulah kukira Peraturan ada buat dipikirkan, atau mungkin untuk dilanggar saja.
Sumber https://mystupidtheory.com