Ular yang Malang
Ini ahad pagi yangg cerah sekali, sehngga saya belum keluar rumah dan sekedar menebak semaunya. Ohh Kali ini saya ingin bercertita mengenai masa kecilku sebagai anak orang jawa yang tinggal di Kalimantan Timu semenjak kecil. bergotong-royong segenap kcintaanku pada alam dan perjalanan itu telah terbangun semenjak saya mengenal lingkungan hutan sekitar rumahku. Bagi mereka yang tinggal di kota, mungkin mereka punya banyak mainan manis dan mewah, tetapi bagi kami, pelepah pisang, kayu karamunting, pepohonan dan hutan telah menjadi mainan sekaligus lapangan bermain yang sangat menyenangkan. Satu hal lagi yang terang saya pelajari semenjak kecil ialah menghormati orang lain dengan latar belakang budaya dan bahasa yang beraneka ragam. Aku mempunyai sahabat masa kecilku dari suku bugis, dayak, jawa, makassar dan bahkan orang malaysia mereka semua mengagumkan!
Aku lupa sudah berapa banyak hal menarik ketika saya masih SD. Segala hal yang kami lakukan penuh dengan suka cita. Ohh iya, saya gres ingat satu hal menarik wacana temanku yang dari dayak, sungguh saya ingat kau teman! Aku ingat ini semua berawal dari sebuah pondok pesantren Hidayatulloh dimana keluargaku masih tinggal di sana dan saya masih bersekolah di sana. Suatu pagi yang berkabut, yahh setidaknya bayangkan saja ada kabut biar terlihat asri dan penuh hutan, saya bersama beberapa temanku sudah duduk manis di sekolah kami yang keren, sekolah tanpa pagar, sekolah dengan bangunan panggung yang lantainya sudah rusak dan reot ini saya dierkenalkan oleh guruku dua orang siswa gres yang bertubuh sangat besar, menurut perkenalan dari guru kami, ia yaitu anak suku dayak, namanya Adam dan Yunus. Sungguh ketika pertama kali saya bertemu mereka saya tentu saja kagum oleh alasannya yaitu di pikiranku saya berikir bahwa orang dayak itu sungguh bertubuh besar sekali, tubuhku ini hanya setengah dari tubuhnya.
Seiring pertemananku dengan kedua sahabat dayakku itu saya jadi tahu kalau ternyata mereka memang lebih bau tanah empat tahun dariku, dan gres bersekolah. Mereka tidak mengenal sekolah sebelumnya, dan saya gres tahu kalau mereka ternyata gres saja memeluk agama Islam. Subhanallah! Aku sungguh kaguum alasannya yaitu mereka meninggalkan agama nenek moyangnya dan beralih memeluk Islam sebagai agamanya. Ini pastilah memerlukan suatu pemikiran yang panjang dan pertimbangan yang matang, sungguh saya galau ketika itu kami kan masih kanak-kanak, untuk apa berfikiran terlalu dewasa macam itu!
Seiring persahabatanku dengannya saya juga mengetahui bahwa Ia awalnya merupakan anak suku Dayak yang tertinggal dari rombongannya dan hilang di hutan, kemudian seeseeorang dari pesantren menemukannya dan mengajaknya tinggal di pesantren sampai ayahnya ditemukan. Sebentar… Dalam perkara ini, ayahnya tidak hilang melainkan mereka berdualah yang hilang dari ayahnya. (Butuh sekitar lima tahun sampai mereka bertemu dengan ayahnya). Nama mereka Adam dan Yunus ialah nama yang diberikan pengasuh pesantren sehabis mereka masuk Islam sedangkan nama mereka di sukunya berbeda(sory lupa=).
Ada suatu ketika kami asik bermain dengan semua sahabat sekelasku, tak usang kemudian seseorang berteriak “Ada Ularr!!”, itu yaitu sahabat malaysiaku yang berteriak. Kami semua panik, panik ingin melihat ular dan panik ingin menghindari ular tersebut. Aku melihat itu yaitu ular hijau, yang kecil, dengan kepalanya berbentuk segitiga dan gerakannya meliuk-liuk, sudah sanggup dipastikan itu yaitu ular berbisa, tetapi ketika itu saya sudah tergoda kata-kata masyarakat bahwa ular itu berbahaya, beracun, sehingga tak perduli apapun jenisnya, tanpa saya sanggup membedakan ular beracun atau tidak, saya akan kabur jikalau melihat ular. Sedangkan Adam dan Yunus punya respon berbeda dengan semua anak lainnya. Adam maju dengan wajah tersenyum, menangkap ekor ular itu, kemudian memutar-mutarkannya, tunggu!.. Aku ingat film koboi di masa itu ketika koboi memutar-mutarkan tali di atas kepalanya, itulah yang dilakukan Adam dengan Ular pada posisi talinya. Kejadian itu berlangsung cepat sampai ketika diletakkan, si ular sudah tidak selincah ketika pertama kali menakut-nakuti kami. Ular itu terrlihat tidak sehat dan meluluh di genggaman tangan Adam. Semua kami masih takut ketika itu, Adam memegang ular itu dengan santai seperti ular itu ialah peliharaannya yang jinak.
Aku yang ingin tau kemudian memberanikan diri bertanya “Adam, kau gak takut sama ular?”
Dengan senyum mengembang, Adam menjawab “Nggak, ularnya baik kok, kau mau pegang Fuzh?”
“Enggak adam, ia masih bertaring, ular itu berbahaya”
Adam kemudian mengambil ranting sebesar ibu jari, kemudian di bukanya verbal ular kecil itu dan dipaksanya menggigit ranting itu, kemudian dengan sangat cepat Ia tarik ranting itu. Lalu kemudian berkata “Nah kini ia ompong, ayok pegang”. Ular itu semakin terlihatt tidak berbahaya, bahkan tampaknya ular itu semakin imut di tangan kiri Adam. Di ajun Adam saya lihat ranting yang ditancapi sepasang taring ular kecil itu.
Dengan sedikit rasa menyesal telah menyampaikan mengenai taring itu, saya mendekati Adam. Ahh Ular kecil yang malang, kau berada di tangan yang salah. Hari itu saya sanggup pelajaran berharga, Jangan pernah-menakut-nakuti orang dayak dengan ular! Sia-sia…
Mahfuzh TnT
Sumber https://mystupidtheory.com