Random post

Monday, February 18, 2019

√ Misi Mengantar Kambing Suci


Bintang Indah, hari raya kurban satu tahun yang lalu. Itu malam takbiran yang ramai, bawah umur dikontrakan tak kalah ramai.


“Wahh.. Madi wajib ya kau Fudz?” Itu temanku yang bertanya


“Yahh.. Parah luu.. malam takbiran gini malah udah mandi wajib aja” Itu temanku yang lain menuduh




Malam-malam tengah gini Aku harus mandi, bukan mandi wajib, ini jadi mandi lantaran Aku habis peluk-peluk dan gendong kambing. Dan selama memeluknya saya tidak nafsu. Itu kambing sangat besar, dan harus kami kirimkan ke lokasi kurban untuk dibunuh esok hari.  Begini awal ceritanya,..





Pagi itu matahari sudah meninggi, mengirim paket-paket energi untuk alam. Aku Baru selesai basuh baju, ini sedang melihat komputer. Ada chating YM disitu


“Fuzh. Harga seekor kambing berapa yah?” Itu temanku yang chating. kami jadi sobat lantaran sama-sama hobi traveling


“Satu hingga satu koma tujuh juta palingan Boi” Aku panggil Boi, lantaran penggilan itu sedang musim.


“Aku mau Qurban nihh, kau dapat carikan kambing nggak?”


“Cari? Aku bisa, tapi saya nggak dapat beli”


“Iya-iya  nanti Aku yang Beli !” Temanku mulai kesal


“Mau yang harga berapa Boi?”


“Yahh.. Yang pantas dikurbankan lahh, jangan yang kurus”


“OK” Aku terima misi itu, misi mencari kambing suci.




Agak siang, itu ketika matahari memperlihatkan jam sembilan, Aku mencari kambing. Aku cari bukan di lapangan rumput atau peternakan, tapi di Facebook. Siapa tahu kambing jaman kini sudah punya akun FB sendiri. Kadang ada pengembala yang di sela-sela waktu mengembalanya Ia sedang bermain I-Pad dan bosan, mungkin saja Ia akan berbagi FB untuk Kambingnya yang mau dibunuh. Aku cari kata kunci Kambing, dan benar saja, muncul Kambing Jantan(Entah mengapa ini Buku), Kambing Betina(Pesaing kayaknya), Kambing Etawa(Susunya mahal), Raja Kambing(ada mahkotanya gak yahh?), Kambing dinar(Ngiler pengen punya).




Sekitar 30menit Aku cari itu kambing suci, dan balasannya ada yang cocok. Bukan Si Kambing sendiri yang mengatakan dirinya, melainkan ada pemilik peternakan kambing yang mau jual kambingnya. Beliau Pak Nur Muhammadian, Orang populer yang sudah sering saya tulis di blog ini. Beliau punya bisnis kambing, dan bersedia menjual dan mengantar kambingnya ke kontrakan kami.




Sore menjelang, ada warna merah tomat di cakrawala langit, dan itu ketika yang indah ketika kambing kurban tiba. Kambing telah tiba, tapi temanku sedang tidak ada. Sehingga dilakukan pembayaran secara online, sungguh kambing yang istimewa, dibeli online, dan dibayar juga online, Aku harap besok Ia disembelih online juga.




Transaksi berjalan lancar, tapi ada massalah selanjutnya. Kambing ini akan dikurbankan di sebuah kampung terpencil, jaraknya sekitar 30menit pejalanan dengan sepeda motor. Nahh apa kami harus menuntun itu kambing ke lokasi penyembelihan? Atau mungkin kami sembelih saja di kontrakan, kemudian dengan webcam kami lihatkan prosesi penyembelihannya secara online, dan sehabis dipotong-potong dagingnya barulah kami antar ke desa. Tapi itu terang tak mungkin mengingat koneksi internet di desa yang minim. Mengantar kambing dengan kendaraan beroda empat sudah tak mungkin lantaran kendaraan beroda empat juga kami tak punya. Pilihan terakhirnya jatuh pada pengiriman memakai motor. Dan sejujurnya saya berpengalaman dibidang ini. 




Itu malam yang hitam, segelas kopi sudah saya seduh, saya seruput juga hingga dangkal isinya. Berdasar keputussan rapat yang kami lakukan secara online, Aku jadi ditugaskan membawa itu kabing suci ke lokasi pembunuhannya. Dengan gampang saya robohkan kambing itu, saya ikat dengan teknik tali-temali yang asal menjerat saja. Kemudian dengan posisi kaki terikat saya angkut kambing itu dengan motor. Temanku yang menggonceng. Ini posisi yang pernah saya pelajari dari ayahku, dia yang mendesain teknik ini, teknik menyeimbangkan kambing diatas motor. Itu masa lalu, ketika saya masih SD dan saya telah menguasai teknik untuk membawa kambing. Walaupun ukuran kambingnya tidak sebesar yang kini ini.




Sungguh besar ukuran kambing ini, ikatak, pegangan dan pelukanpun terjadi antara kami, demi mempertahanan posisi seimbang Si kambing. Jangan berfikiran sehabis pelukan saya nafsu atau punya pikiran macam-macam sehingga harus mandi di malam-malam sekali, bukan! Itu lantaran Bau si kambing yang mengerikan. Bau yang buat saya mabok sepanjang perjalanan. Bau yang menyebar dan  bikin saya aib punya ini badan. Itulah sebabnya saya mandi lama, usang sekali dan mengguyur seluruh tubuhku. Sungguh itu pengalaman yang penuh indah.




Duhai kambing biar engkau jadi tunggangan yang perkasa dan bacin parfum di syurga kelak..




Oktober akhir, uang sisa dikit tapi ke kafe yang asik, dan menarik


M. Mahuzh Huda


Sumber https://mystupidtheory.com