Random post

Tuesday, February 19, 2019

√ Fisika Raga


Itu masa putih Biru, dikelas 11 SMP, Saya memasuki semester 2 atau orang sering menyebutnya semester genap padahal boleh juga kita sebut semester prima. Saat itu gres masuk sekolah dari libur pergantian semester. Aku dengar walikelas kami yang juga guru fisika berangkat ke jawa, itu untuk kuliah lagi selama dua tahun. Sehingga kemungkinan hari ini akan ada pergantian walikelas. Pagi sekali jam 7.15 itu kalau hari pertama masuk sekolah sesudah liburan. Satpam, Guru dan kepala sekolah belum datang, tapi penjaga sekolah sudah membuka pintu. Aku masuk. Aku sekolah di Sekolah Menengah Pertama ini, sedangkan Ayahku mengajar Matematika di Sekolah Menengah Pertama ini jadinya kami bernagkat bersama. Efek lain selain sanggup berangkat bareng ayah, saya juga jadi dikenal oleh guru-guru di sekolah. Anak guru selalu diperlakukan spesia termasuk aku, diperlakukan sangat spesial. Seperti dieksekusi berlebihan kalau tak mengerjakan tugas. Atau kena double Angry alasannya yaitu di sekolah kena murka ibu guru dan niscaya di rumah kena lagi dari ayah yang tahu kejahatanku di sekolah.




Pagi itu cukup lenggang, Aku menuju papan pengumuman sekolah, sekedar melihat agenda gres yang akan kami gunakan satu semester ini. Ada geografi di sana, dan PKN yang mengiringi, sedang penutupannya jam 12 siang ada fisika. Entahlah siapa pembuat jadwalnya, tapi yang terang tampaknya orang yang benar-benar tidak memahami fisika dengan baik. Untuk seorang siswa Sekolah Menengah Pertama yang otaknya dalam tahap pengembangan, fisika di jam 12 siang yaitu perusakan!



Hari itu berlalu dengan kosongnya mata pelajaran PKN, dan kami berharap fisika juga kosong. Itu alasannya yaitu guru mata pelajaran fisika kami yang sedang di jawa. Merasa positif thinking jam kosong kami bermain HP, beberapa di pojokan kelas sedang ejek-ejekan biasa lahh Ababil. Tiba-tiba muncul Pak Dian dari pintu masuk kelas. Beliau tiba dengan tubuhnya yang tegap, walau sebetulnya susah menyembunyikan bentuk perutnya yang membusung, yah susah menyembunyikannya, bahkan ketika saya menilis ini saya tak sanggup menyembunyikan perutnya itu. 




Pak Dian yaitu guru olah raga kami, walaupun terlihat sangar, dia yaitu orang yang baik, sangat baik. Setiap kali mata pelajaran Olah Raga dia mengeluarkan semua jenis bola dari gudang, memberikannya kepada kami dan membebaskan kami di lapangan, sedang Ia sudah pergi dan tak muncul lagi hingg pelajran Olah Raga berakhir. Ya, itu semua alasannya yaitu dia sangat mempercayai kami, murid-muridnya.




Kedatangan Pak Dian disambut dengan heningnya suasana kelas. Beliau masuk kelas, kemudian berjalan ke meja guru tanpa selembar kertas ataupun buku, hanya ada stop watch kecil yang menggantung dilehernya.


“Assalamualaikum… Ini kalian pelajaran Fisika ya?”


“Iya pak!” kelas riuh.


“Dikarenakan Pak Jaka sedang kiprah ke luar kota, maka Saya yang akan menggantikannya mengajar Fisika”


Teng tong.. Krikk..Krik.. Ada tenang dikelas, seolah-olah ada setan lewat.


“Pak, Kapan Pak Jaka pulang?” baiklah itu pertanyaan basa-basi, pertanyaan yang seolah-olah menghawatirkan Pak Jaka, Padahal kau sanggup aja bilang “Pak Dian, Apa Anda benar-benar kompeten di bidang ini?” atau bertanya menyerupai ini “Pak Tolong jelaskan kenapa Tekanan sama dengan Gaya dibagi Luas Penampang?” tapi terang tak ada yang berani.


Rupanya Pak Dian ini orang yang kurang peka, Ia menjawab pertanyaan itu dengan semangat “Pak Jaka akan kuliah S1 selama dua tahun, jadi kalian tidak akan bertemu dia lagi ssampai lulus nanti”. Semua isi kelas diam. Aku tahu, semuanya khawatir. Khawatir mereka akan bertemu Pak Jaka dua Thun lagi, Itu kerena sanggup saja kami tidak lulus alasannya yaitu diajar fisika oleh guru olah raga kami ini.




Jam 12.30, Pak Dian Mencoba menjelaskan Fisika. Itu bahan perihal frekuensi, frewkuensi yaitu jumlah gerakan berulang per satuan detik. Saat klarifikasi itu, beberapa siswa yang memang agak lemot bertanya, dan beberapa yang keterlaluan pintarnya bertanya menguji. Al Hasil Pak Dian angkat bicara


“Baiklah untuk memahami apa itu frekuensi, kita praktek saja. Ayo kita ke luar kelas”  Pak Dian melepas Stop Watch yang ada di lehernya, kemudian memanggil Husen ketua kelas kami. Ini ketika posisi kami di depan lapangan Bola basket. “Saya akan menghitung frekuensi denyut nadi Husen sebelum aktifitas” Itu Pak Dian yang bicara. Kemudian pak dian memegang tangan kiri Husen dan melihat stopwatc selama satu menit. “Nah, denyut nadi husen itu 43 kali permenit sebelum aktivitas, Coba kita lihat denyut nadi husen sesudah aktifitas fisik”. kemudian Pak Dian menyuruh husen untuk berlari keliling lapangan basket sebanyak tujuh putaran. Sebagai ketua kelas yang baik, tanpa bertanya, Husen mengelilingi lapangan Basket itu. Beberapa teman yang cewek menyemangati, seolah olah Husen sedang bertanding lari dengan denyut nadinya sendiri. 


“Yak! Sudah, Enam putaran, sini kau Husen!” Itu perintah Pak Dian. Kemudian diketahui jadinya denyut nadi Husen menjadi 83kali perdetiknya, itu nyaris dua kali lipat dari sebelum aktifitas.






Pak Dian menjelaskan bahwa frekuensi denyut nadi ini berbeda-beda setiap orangnya, dan berbeda pula untuk setiap aktifitas fisiknya. Celakanya masih ada juga kaum cerdas yang menguji Pak Dian “Pak Kenapa sanggup berbeda?” Oke pertanyaan itu wajar, tapi jawabannya akan memasuki bahan biologi. Pak Dian terlihat lebih bersemangat “Yah.. Itu semua alasannya yaitu aktifitas fisik setiap orang berbeda-beda, Cobalah Kalian lakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Husen”. Aku masih menduga Pak Dian Bercanda ketika itu, tapi ternyata tidak! Kami Sekelas benar-benar harus berlari keliling lapangan Basket. Kami berpasangan dua orang yang sanggup saling menghitung denyut nadi. kemudain jadinya sebelum lari dan sesudah lari dicatat dan dikumpulkan. Karena mekanismenya harus berlari bergantian, itujadi menghabskan banyak waktu, dan kalian tahu? itu  jam satu siang ketika matahari Kalimantan dalam posisi terbaiknya! Setelah selesai, Pak Dian sudah tidak ada, semua kiprah dikumpulkan ke Husen yang jadi ketua kelas dan harus mengumpulkan ke ruang guru.




Begitulah kelas fisika saya yang unik, kemudian satu semester kami berguru fisika, dan banyak melaksanakan aktifitas fisika lainnya. Itu menciptakan kami sanggup mencicipi pelajaran fisika, tak sekedar teori dan bualan, tapi badan kami mencicipi seluruhnya. Energi yang masuk dan keluar tubuh, kalori yang terbakar tubuh, dan Kecepatan bergerak badan kami sendiri. Inilah Fisika, yang praktek bukan asal teori. Terimakasih Pak Dian.. Tentang semuanya..




Oktober yang UTS, ada jurnal yang terlantar.


Mahfuzh TnT


Sumber https://mystupidtheory.com