Random post

Sunday, February 17, 2019

√ Awal Hujan Malang


Malang, sekitar Juli. Aku gres saja berpindah ke kota ini, kota gres yang menurutku unik dan tentu saja sangat dingin. Ini masa sehabis saya lulus SMU, lulus dengan nilai yang cukup mengharukan. Aku ke kota Malang mengikuti bimbingan belajar, itu untuk menghadapi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri(SNMPTN).




Sore yang gelap, mendung, awan berkumpul berusaha menciptakan hujan dan saya bergegas menuju Bina Cendikia, kawasan bimbinganku. Beberapa meter menuju bina cendikia, dan hujanpun menghampiriku, arsiran-arsiran air itu jatuh lalu membasahi pakaianku. Hanya lembap ringan, tak ada artinya. Sampai di ruangan kelas, saya duduk disamping Setyo, beliau temanku dari Kaltim. Kami berasal dari satu sekolah SMA, itu Sekolah Menengan Atas 4 Berau, dan secara kebetulan kami bertemu di kota ini. Sedangkan di samping kiriku ada Eko. Seorang Anak jawa yang gres kukenal. Eko berasal dari kediri, dan sehabis kuliah secara kebetulan beliau menjadi sahabat satu kontrakanku, sungguh takdir itu ada.




Itu Bu Wulan, guru bahasa indonesia yang mengambarkan perihal bahan wangsit pokok cerita. Ibu Wulan sungguh menyerupai dengan guru SMAku, sama cantiknya, namun guru SMAku lebih lemah lembut. Ibu wulan sangat mengenal Aku dan Setyo, sepele alasannya ialah kami berdua dari luar jawa, dari Kalimantan Timur. 




Pelajaran Bu Wulan berakhir, berganti dengan pelajaran Matematika, salah satu pelajaran yang saya suka. Itu juga merupakan mata pelajaran yang diajarkan Ayahku di SMP. Aku suka matematika alasannya ialah logikanya, bukan hitungannya apalagi hafalan rumusnya. Matematika itu unik menyerupai Oksigen, dapat aben tapi kau bernafas dengannya. Matematika tak dapat dihindari.




Usai Pelajaran Matematika saya mengajak Setyo keluar, mengajaknya main ke Mall MATOS. Itu masih gerimis, dan kami tak membawa payung. 


“Gerimis Fudz” Protes Setyo


“Ahh.. Cuma Gerimis,” saya kekeuh


“Jalanannya juga banjir” lagi beliau mengelak.


“Yaudah kita lepass sepatu aja!”


“Hah? Lepas sepatu?”

“Iya lepas sepatu, agar nggak basah. Nanti disana gres digunakan lagi”


“Malu fuzh.”

“Malu sama sapa? Kan Nggak ada juga yang kenal kita?” Aku melepas tali sepatuku

“Mmmh.. Iya ya?”Dia mulai menunduk

“Iya, udah.. Orang kaltim nggak usah gengsian”


Akhirnya lepaslah sepatu kami, Aku berlari melintasi jalan yang berair, cukup dalam, itu sekitar 15cm. Temanku dibelakangku, kami melewati masjid di erat MATOS, dan melewati MX yang gres akan dibangun. Kami datang dibawah Mall yang megah itu, MATOS tertulis jelas.  Aku melambat, temanku malah berlari naik bersegera. Aku menyusul kemudian.


Tepat di depan pintu masuk temanku masuk berjalan dengan menjinjing sepatunya, lalu Satpam MATOS melihatnya memperhatikan dan tersenyum, temanku tak PD Ia berbalik, mencariku.

“Fudz! Lho?” Setyo kaget agaknya

“Apa?” Aku akal-akalan tak tahu

“Kapan kau pakai sepatumu?”

“Heh? Tadi dibawah tangga”

“Sialan kamu! Kenapa nggak bilang-bilang?”

“Lha kupikir kau bahagia mau ke Mall nyeker gitu, jadi yahh tak biarkan”

“Woo.. Kampret kau Ahh!”

“Ya, Aku nggak mau aja dikira orang ajaib alasannya ialah ke Mall menjinjing sepatu basah”

“….”


Setyo dengan cepat menggunakan sepatunya. Satpam yang dari tadi memperhatikan kami hanya dapat tersenyum, cengar-cengir macam kebo di sawah. Aku balas senyum si satpam dengan anggukan sopan, dan Aku menuju pintu Mall itu. Tak lupa kuucapkan Assalamualaikum sebelum pintu Mall terbuka secara otomatis. Aku masuk dan mulai bermain di mall.


Aku berjalan ke MATAHARI, itu untuk beli celana dan baju baru. Saat Aku dan Setyo melihat-lihat harga baju, saya mendengar beberapa pegawai sedang membicarakan perihal cuaca diluar.


“Di luar udan gak yo?” kata Mbak1 *(Di luar hujan tidak ya?)

“Grimis paling, lha gak onok guntur ngono” jawab Mbak2 *(Gerimis aja mungkin, kan nggak ada bunyi petir)


Kemudian kami lewat melihat-lihat baju. Demi melihatbaju kami yang lembap Si Mbak2 menjawab


“Wahh udah deres iki ndek ngarep, lha teles kebes ngono klambine”

“Waduhh cucianku piye yo?” itu Mbak1 *(Cucianku gimana ya?)

“Yo Teles”


Entahlah, saya merasa jadi penanda hujan hari itu.. Kami mengambil beberapa baju dan pergi ke kasir, membayar dan pulang dengan baju gres dan cucian baru..


November keempat, dan ada niat bisnis baru.. semoga lancar.

Mahfuzh TnT

   



Sumber https://mystupidtheory.com