Setelah kutinggalkan lebih dari seminggu, blog ini malah diisi guestposting oleh teman-teman FLP, dan pemilik blog malah kabur entah nggak terang mengurus blog-blog orang lain.
Aku sangat yakin bahwa para penggemar di blog ini mungkin sudah nggak sabar pengen baca tulisanku (:P).
Beuhh.. Judulnya jahat amat? Ahahaha… It’s suit me perfectly.
Sory dah buat judul yang mungkin menciptakan para pecinta merah putih panas dadanya. Tapi saya kesepakatan isinya tidak akan menyerupai itu. Seperti cerita-ceritaku sebelumnya, kali ini lagi-lagi saya akan dongeng mengenai perjalananku selama 5 hari di Jepang. Kali ini Istimewa alasannya yakni saya jalan-jalan sendirian tanpa ada orang Indonesia di sekitarku, alasannya yakni memang saya di Jepang. 😀
So selama di Jepang saya memang banyak dibantu oleh teman-teman mahasiswa PPI Okayama, terutama Mas Heri dan Mas Ade. Tetapi sehabis ujian selesai, saya nggak sabar pengen jalan-jalan di Jepang, mumpung ada waktu sekitar dua hari, dan saat-saat itu mereka sedang sibuk berurusan dengan Lab masing-masing. So, I’ll go alone!
Oh ya, ada kisah menarik hari itu, itu yakni hari paling istimewa buat semua muslim, Jum’ah mubarok. Kita wajib sholat Jum’at. Tetapi pagi itu juga Istimewa buatku, alasannya yakni saya akan test wawancara untuk Master Degree di Okayama University, dengar-dengar wawancara ini eksklusif dengan Professor disana. Makara jam 8.00 saya sudah siap di Okadai (Okayama Daigaku/Okayama University).
Sejak hari pertama ketika ujian tulis di Okadai, saya memakai Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan sesama calon Mahasiswa, dan Alhamdulillah mereka bahasa inggrisnya lancar. Maksudku lancar menyampaikan “Repeat slowly”, “Repeat Please”, “Repeat once again”… Arrrgh… Aku baik sangka aja kalau Bahasa Inggrisku emang buruk banget hingga mereka nggak sanggup apa yg saya katakan. Aku mau coba pakai bahasa tubuh, tetapi untungnya ternyata sudah disiapkan seorang guide yg khusus untuk memandu saya selama ujian.
Disambut Guide Khusus
Keren banget dah, berhubung cuma saya satu-satunya orang absurd yang mendaftar di Fakultas Sains maka saya udah kayak tamu kenegaraan aja punya guide khusus. :v
Balik ke wawancaraku hari Jum’at. Saat masuk Okadai saya udah disambut oleh ibu-ibu guide yang bahasa inggrisnya sangat manis dan sopan banget, padahal bahasa inggrisku pakai yang asal-asalan hasil mencar ilmu ke Ustadz YOUTUBE Mansyur. Ibu guide itu memberitahukan kalau saya harus menunggu giliran wawancara, ada dua ruangan yang pertama ruang tunggu dan yang kedua ialah ruang ujian. Karena saya mahasiswa absurd jadinya sanggup nomor ujian yang terakhir.
Jum’atan
Setelah diantar ke ruangan, ibu guide bertanya “Apa semuanya oke? Kalau kau merasa gelisah silahkan panggil saya ya?”. Saat itu saya kepikiran, kalau ujian mulai jam 09.00 untuk 25 mahasiswa, maka kalau satu orang saja memakan waktu 10 menit, ujian gres berakhir jam 12.17. Padahal sebagai muslim, saya harus Jum’atan, jadi saya sampaikan.
“Maaf, saya yakni seorang Muslim, buat kami hari Jum’at yakni hari yang paling istimewa, kami harus melaksankan ibadah pada pukul 12.00, ibadah ini bahu-membahu di masjid. Ini sangat penting bagi saya, apakah saya sanggup menerima prioritas untuk wawancara duluan?”
“Oh.. oke saya tidak punya wewenang disini, tetapi saya sampaikan kepada professor yang bertanggung jawab menangani ujian ini dan pengawas ujian”
“Oke.. Terimakasih banyak”
“Iya.. Sama-sama.. Maafkan kalau bahasa inggris saya buruk”
Itu beneran lho! Dia beneran minta maaf alasannya yakni merasa bahasa Inggrisnya buruk, padahal Bahasa Inggrisnya sangat bagus, sopan, almost perfect. Paling kalau dia pakai Bahasa Inggris yang lebih manis lagi saya bakalan bingung, nggak nyampek ilmunya. XD
Setelah masuk ruang tunggu ujian, penjaga ujian masuk, dia memakai bahasa Jepang dengan lancar (Yaiyalah ini emang di Jepang dodol!). Penjaga ruangan ini tampaknya tidak sanggup berbahasa Inggris, alasannya yakni peraturannya tidak dijelaskan dalam bahasa Inggris.
Setelah menjelaskan peraturan, penjaga ruangan eksklusif keluar ruangan dan berjaga di depan pintu. Penjaga ruang ini hanya masuk untuk memanggil calon mahasiswa yang mau diwawancarai untuk masuk ke ruang berikutnya. Saat diluar ruangan itu saya eksklusif sok kenal bertanya mengenai peraturan yang disampaikan oleh penjaga ujian tersebut. Tentu saja dengan Bahasa Inggris. Dan tampaknya sahabat yang duduk disebelahku itu resah (mungkin dia mikir: insan jenis apa dan dari planet mana yang bahasanya tak terang macam ini?).
Perpustakaan Okayam University |
If There is Foreigner in Your Class, You Must Stare At Him!
Sejak awal masuk saya merasa ada yang salah. Aku kan orang asing, kulitku paling item pulak, tapi kenapa nggak ada yang ngelihatin aku? setidaknya ada yang melirik rahasia gitu? tapi nggak ada! Semuanya hambar belibis dan ngobrol dengan temannya masing-masing. Ini salah! Aku nggak terima, ini tidak sesuai dengan budaya Nusantara (Hey ini memang bukan Nusantara!). Mereka harusnya perhatiin saya donk! Ahahaha.
Kebetulan daerah dudukku di posisi paling depan, Akhinya saya bangun dan bilang “Hey.. Ada yang sanggup bahasa Inggris disini?” (aslinya saya mau bilang “Hey! Kalian nggak sanggup ketemu orang absurd dan tidak menatapnya dengan tatapan curiga! Kalian harus perhatikan gerak-gerik orang absurd tauk!”)
Nahh dengan cara itu seisi kelas kesannya melihatin aku. (Puas lah saya Nyahaha :). Setelah itu ada cewek berkacamata yang entah siapa namanya yang membantuku menerjemahkan peraturan ke Bahasa Inggris dengan sangat baik. Pun sama dia minta maaf kalau kurang lancar berbahasa Inggris (padahal udah manis banget). Peraturannya paling penting buatku ialah tidak boleh main HP, alasannya yakni saya main HP terus hingga tahu peraturannya.
Setelah jam 10.30, setengah penerima ujian sudah selesai wawancara, lalu yang dipanggil ialah namaku. Aku eksklusif aja pergi. Apa ini berarti mereka mengabulkan permintaanku untuk menerima prioritas? Dan yang lebih kaget lagi, ketika masuk ruang wawancara, ternyata ada lebih dari 10 Professor di dalam ruang wawancara. Artinya, persetujuan bahwa saya masuk duluan alasannya yakni ada keperluan Sholat Jum’at ialah persetujuan dari secara umum dikuasai Professor disini, Subhanallah… Mereka sangat menghargai kebebasan beragama (kemudian berikutnya ketika bercakap-cakap dengan Prof. dia bilang kalau kultur di Fakultas Sains sangat demokratis)
Alhamdulillah sanggup Sholat Jum’at di Masjid terdekat dengan Kampus Okadai (aku lupa nama Masjidnya). Sebenarnya nggak 12 jam juga sih saya bebas dari orang Indonesia, Pas Jumatan saya ketemu saudara-saudara muslim, termasuk yang dari Indonesia. Setelah Jum’atan saya diajak makan bareng dengan teman-teman Indonesia, tetapi dengan berat hati saya harus menolak, alasannya yakni saya janjian dengan Prof Tanaka yang akan jadi supervisorku S2 sehabis sholat Jumat. Pertemuan ini menarik untuk diceritakan sebenarnya, tapi kita skip aja dulu, kepanjangan nanti. Setelah itu petualangan dimulai.
Aku akan jalan-jalan tanpa pemandu!
Get Lost In Japan!
Dengan memakai sepeda yang dipinjamkan oleh teman-teman dari Indonesia saya berniat ke daerah rekreasi di kota Okayama. Dengan tumpuan dari Pak Lukman Hakim, kalian masih ingat kan? dia pembimbing skripsi S1ku. Dia kasih tahu semua yang menarik di Okayama, lalu saya browsing di Google Maps, dan pergi dehh.. Tujuanku ialah Kourakuen Okayama Park.
Ternyata ingatanku duduk kasus jalan dan peta memang payah. Aku eksklusif lupa dan hilang arah (wkwkwk dramatis gilee). Kemudian bertanya ke ibu-ibu, ke anak sma, ke penjaga toko, hingga kesannya ada bawah umur yang bersepeda membawa peralatan olah raga tennis lapangan, saya tanyak jalan ke dia.
Ternyata dia Bahasa Inggrisnya bagus, Alhamdulillah… Dan enaknya lagi, dia mau anter saya eksklusif ke Kourakuen. Aku bercakap-cakap dengannya, namanya Akushi, dia ternyata Mahasiswa S1, jurusan sains juga. Oh ya, orang jepang suka menghabiskan waktu dengan berolah raga. Nahh.. sahabat baruku ini suka dengan olah raga tennis lapangan.
Aku diantar hingga ke Kouraken, jadi saya eksklusif masuk, aslinya saya ajakin dia masuk juga, biar saya yang bayar nggak duduk kasus setidaknya ada tukang poto. wkwkwk..
Aku mengalami sedikit duduk kasus untuk berkomunikasi dengan penjaga tiket masuknya. Karena dia menyampaikan beberapa daerah wisata, dan sehabis melihat-lihat, saya cuma mau masuk ke dua tempat. Nah itu saya mau tahu kapan tutupnya, tapi dia resah alasannya yakni pakai Bahasa Inggris. Akhirnya terjadi pergantian pemain dari kubu penjaga tiket. Penjaga yang gres ini agak sanggup Bahasa Inggris, jadi dengan sumbangan bahasa badan saya berhasil sanggup tiket yang kumau. 🙂
Masuklah saya ke daerah wisata ini. Sebenarnya daerah ini kurang lebih dengan area wisata di Indonesia, terutama setting hutan-hutannya, hanya saja ada aksesori aksen arsitektur khas jepang gitu. Satu hal yang benar-benar harus dicatat ialah daerah ini bersih! Sangat bersih. Selain itu perawatan daerah ini memang luar biasa.
Pada dasarnya akomodasi yang ditawarkan dari daerah ini yang sangat menarik buatku. Makara disediakan map yang komplit dari daerah wisata tersebut. Map ini berisi saran mengenai spot-spot foto, beristirahat dan hal-hal lainnya.
Oke eksklusif aja ke foto-foto. Cerita jalan-jalan nggak menarik tanpa foto kayaknya.
Foto pertama dengan kamera retak |
Ini saya minta tolong orang Jepang untuk fotokan. Alhamdulillah disini baik-baik mereka dengan bahagia hati menolong. |
Di depan Okayama Castle. |
Nanti saya akan ceritakan perjalanan ke Kourakuen Okayama Jepang. Karena sesungguhnya saya cuma mau tunjukkan kalau budaya membantu orang jepang itu sangat luar biasa.
Ketika pulang dari daerah ini, saya tersesat lagi (tuhh kan ingatanku mengenai peta ini emang payah!).
Kemudian saya bertanya ke penjaga toko. Karena dia tidak paham bahasa Inggris, dia keluarkan iPhone-nya. Dia buka google translate, lalu minta saya mengetikkan bahasa Inggris biar dia sanggup paham bahasa Jepangnya. Setelah itu dia buka Google Map dan tunjukkan saya jalan menuju ke kampus Okayama University. Sangat membantu untukku.
I can say that get lost in Japan is one amazing story you must have!
Dari awal dongeng saya memang banyak dibantu oleh orang Jepang asli. Dan kalau diperhatikan maka sanggup disimpulkan kalau:
“Orang jepang sangat suka membantu orang lain, dan ketika membantu mereka menyampaikan pertolongan terbaik yang sanggup mereka berikan. “
Jadi teringat dongeng sahabat yang ketika dia menyampaikan sesuatu, dia menyampaikan yang terbaik untuk orang lain dahulu, dan sisanya untuk dirinya sendiri.
Sebagai seorang muslim, sudahkah kita berlaku menyerupai itu? Silahkan kita renungkan. Semoga dongeng ini tidak sekedar buwalanku aja.
Sumber https://mystupidtheory.com