Ada hal yang sangat menarik untuk dipelajari dari kekurangan orang Jepang dalam Berbahasa Inggris. Oke, saya ceritakan dulu kenapa kuanggap orang Jepang kurang bisa berbahasa Inggris, ini mungkin kesimpulan yang asal dan terlalu sempit, tapi biarkan saya bercerita dulu.
Kuliah Theoretical Chemistry di Jepang
Di beberapa kelas theoretical chemistry yang saya ambil, memakai buku wajib yang berbahasa Inggris, beberapa dosen juga memakai presentasi berbahasa Inggris. Terus apa yang kami lakukan dalam kelas?
Ini yang tidak akan kalian sangka, Yap.. Menerjemahkan bahasa inggris itu dalam bahasa Jepang (Kecuali aku, lantaran nggak bisa). Kalian terbayang kan?
Kuliah S2 Theoretical Chemistry dan kami cuma menerjemahkan buku Berbahasa Inggris di kelas, dan yang lebih mengherankan yakni semua anak membawa translator (semacam alfalink) untuk menerjemahkan buku tersebut.
Dari situ saya menyimpulkan bahwa bahasa inggris tidak terlalu diperhatikan di Jepang, berbagai mahasiswa S2 yang bahasa inggrisnya masih nol besar. Tetapi yang lebih mengherankan ialah, walaupun mereka tidak mengerti bahasa inggris, mereka benar-benar paham konsep-konsep sains dan matematika dalam kuliah tersebut.
Jadi gini, menurutku pribadi, Bahasa inggris yakni mutlak diperlukan oleh mahasiswa sains, terutama untuk yang S2. Karena memang sains itu berbicara mengenai alam dan penemuan teknologi yang terkini, semua trend (bahkan yang terlama) itu ada dalam bahasa inggris. Nature, ACS, RSC, JPC atau jurnal-jurnal saintis lainnya, mustahil kau baca kalau kau nggak ngerti bahasa inggris.
Ini pertanyaannya, kembali lagi, kenapa orang Jepang bisa mengerti sains yang terbaru padahal mereka tidak terlalu menguasai Bahasa Inggris? Jawabannya yakni terjemahan. Beberapa kali saya ke toko buku, perpustakaan dan melihat buku-buku terjemahan.
Jepang merupakan negara penghabis kertas nomor satu di dunia, alasannya sudah terang kan? Karena goresan pena mereka besar-besar.. (hehe.. just kidding). Karena mereka memproduksi berbagai buku. Banyak sekali buku sains yang diterjemahkan disini, itulah sebabnya mereka tidak pernah punya problem dalam mengakses informasi-informasi sains terkini.
Penerjemahan Manuskrip pada Masa Khalifah Islam
Berbicara wacana penerjemahan buku, pada masa kejayaan islam pemimpin-pemimpin negara mempunyai perhatian khusus dan mendalam mengenai buku-buku sains. Salah satu penerjemah yang paling masyhur dan mempunyai donasi yang luar biasa pada sains sampai dikala ini yakni Al Kindi.
Al Kindi bersama dengan Al Khawarizmi merupakan penerjemah resmi yang ditunjuk pribadi oleh Al Ma’mun, Khalifah pada dikala itu untuk menerjemahkan buku-buku dan dokumen sains yang telah dicapai oleh peradaban Yunani.
Bahkan dikala itu dibangunkan sebuah House Of Wisdom, semacam perpustakaan dimana karya-karya sains dari Yunani diterjemahkan dan dikaji oleh para cendikiawan muslim. Di kawasan itu pula berkembangnya ilmu astronomi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh bangsa Yunani.
Indonesia Harus Mulai Memperhatikan Penerjemahan Buku-buku Sains
Di Jepang, para Professor menerjemahkan buku-buku berdasarkan bidang yang mereka masing-masing. Ada berbagai buku spesifik wacana sains yang diterjemahkan. Kalau dibilang apakah menerjemahkan buku ini akan menguntungkan atau tidak, saya juga nggak tahu. Tapi untuk sebuah negara, menerjemahkan buku-buku sains yang penting pastilah menguntungkan.
Contoh kasusnya mungkin ibarat ini. Kalau berfikir dari sisi ekonomi secara langsung, maka ini akan merugikan. Gini deh.. Contohnya menerjemahkan buku Physical Chemistry by Mc Quarrie, Bayangkan saja, siapa yang akan membacanya di Indonesia ? Berapa orang? 500? 1000? 3000? Padahal untuk menerjemahkannya mungkin butuh waktu satu sampai dua tahun.
Jadi untuk peminat buku yang sangat sedikit itu, biaya produksi buku tidak akan kembali dari pembelian. Ini mutlak, lantaran itulah penerbit-penerbit buku yang biasa tidak akan mau menerbitkan buku terjemahan macam itu.
Tetapi kalau kita lihat dari sisi negara, harusnya negara menyiapkan anggaran untuk penerjemahan dan penerbitan buku-buku penting semacam ini. Karena ketika ada satu atau dua orang pelajar yang tertarik untuk mempelajari buku Physical Chemistry, kemudian terkendala lantaran tidak adanya buku terjemahannya, negara mengalami kerugian yang sangat besar, lantaran pertama peminat sains ibarat ini sangatlah sedikit, dan mereka akan berhenti berguru sains lantaran tidak menemukan sumber bacaan. Makara sudah peminatnya dikit, fasilitasnya susah diakses lagi, semakin berkurang dan habislah peminatnya. Makanya nggak heran kalau kita kurang maju dalam sains dan teknologi.
Jadi salah satu cara untuk menyelamatkan kaum-kaum pemikir ini yakni dengan memperlihatkan resource yang cukup. Ini bukan berarti para kaum intelek Indonesia jadi nggak perlu pinter Bahasa Inggris, itu hal lain lagi. Tetapi kalau ingin meningkatkan jumlah pemikir dan ilmuwan di Indonesia, maka menerjemahkan buku-buku sains penting merupakan langkah awal yang harus diambil.
Persis ibarat halnya di Jepang ini, Buku-buku sains penting diterjemahkan dalam bahasa Jepang, bahkan beberapa jurnal dan laporan penelitian telah ada dalam versi Bahasa Jepangnya. Itulah kenapa para pelajar disini tidak pernah mengalami kekurangan resource bacaan.
Contoh kecilnya kalau ingin dibandingkan yakni buku wacana Fortran Programming. Saat diIndonesia dulu, satu-satunya buku yang bisa kubaca wacana Fortran Programming yakni berasal dari catatan Kulian Dosen ITB(Cuma PDF). Itupun menurutku sangat kurang dan sebatas perkenalan saja. Sedangkan disini berbagai buku yang membahas wacana FORTRAN PROGRAMMING, teman-teman di Lab.ku banyak memakai buku-buku tersebut.
Yang ingin saya tekankan dalam goresan pena ini ialah perhatian pemerintah ataupun institusi mengenai penerjemahan buku-buku sains yang penting. Mungkin sudah saatnya Universitas-universitas di Indonesia mulai mengadakan penerjemahan buku-buku sains yang penting.
Karena memang jikalau berharap kepada penerbit-penerbit buku ibarat Gramedia, dan buku lainnya ini tentu saja tidak menguntungkan secara ekonomi.
Universitas bisa saja mengumpulkan para ahlinya dan memperlihatkan proyek khusus berupa penerjemahan buku-buku sains yang dianggap sangat penting dan berpengaruh. Dengan begitu, mahasiswa bisa dengan gampang mendapat isu dan pengetahuan terbaru dari buku tersebut.
Meningkatnya jumlah bacaan yang berkualitas dikalangan akademisi (terutama Mahasiswa) akan meningkatkan kualitas pendidikan kita.
Untuk dikala ini, dunia literasi sains di Indonesia masih sangat miskin resource. Bacaan sains untuk anak, yang paling dikenal hanyalah majalah Quark, selain persebarannya belum merata di seluruh Indonesia, bacaan ini juga masih terbatas pada usia SD.
Lalu ketika Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas apa yang bisa mereka baca? Mungkin memang mereka bisa membaca Ensiklopedi sains, tetapi rata-rata ensiklopedia sains harganya mahal atau sangat mahal, sehingga tidak banyak yang bisa mengakses isu tersebut.
Harapanku semoga Indonesia bisa memalsukan Jepang dan Generasi Islam masa lampau yang begitu memperhatikan dunia literasi dan sains dengan sangat mendalam. Sehingga kedepannya akan banyak dilahirkan para cendikiawan-cendikiawan hebat dari Indoensia.
Thanks.. Semoga bermanfaat..
Se ya!
Sumber https://mystupidtheory.com