Random post

Friday, October 26, 2018

√ Analisis Amatir Sungai Segah Di Berau Yang Terkontaminasi Dan Menjadikan Ikan Di Sungai Tersebut Mati

Salah satu hal yang sangat erat kaitannya dengan ilmu kimia  ialah mengenai isu lingkungan menyerupai Dampak Efek Rumah Kaca dan Pencemaran Sungai Segah. Ilmu kimia sangat diharapkan untuk menjaga lingkungan tetap kondusif dan sesuai sebagai tempat tinggal Manusia.


Beberapa ahad kemudian saya menerima kabar dari Umiku kalau ia habis beli ikan dengan harga yang sangat murah. Setelah di goreng, beberapa ketika kemudian minyak goreng bekas memasak ikan itu berwarna hijau (ketika sudah dingin). Karena naluri ibuk-ibuk yang sanggup ikan murah pribadi main makan aja, alhasil habislah ikan murahan itu.


Sungai Segah Tercemar


Ternyata air sungai di Berau (read: Sungai Segah) berwarna hijau dan belang-belang dan ikan di sungai matian. Dengan ciri-ciri itu, sudah terang kalau terjadi pencemaran di Sungai Segah dan ini dalam kondisi yang sangat parah. Kenapa kukatakan sangat parah?


Karena volume air yang mengalir di Sungai Segah itu sangat-sangat besar. Kapal penumpang dan kapal-kapal barang bahkan empat kapal Tongkang Batubara bisa melintasi sungai tersebut. Terbayang kan seberapa besarnya itu?


Setelah mendengar kabar itu, saya pribadi larang Umi buat konsumsi ikan murahan itu. Menurutku memakan ikan yang telah terkena limbah itu sangat riskan dan berbahaya.


Tidak perlu ikan yang mati atau mabok lantaran limbah, ikan yang terkena limbah Hg saja itu berbahaya, padahal ikan tidak akan mati atau mabok ketika terkena Hg, mereka bisa hidup menyerupai biasa, tetapi kandungan Hg akan tetap ada dalam tubuhnya. Kemudian ketika insan mengkonsumsinya, terjadilah petaka minamata.


Aku mengonfirmasi kabar ini ke temanku. Banyak sekali kabar yang beredar, ada yang bilang buaya di sungai juga terkapar tak berdaya (walaupun saya nggak percaya sih), ada yang bilang juga kalau itu terjadi lantaran kemarau panjang yang diikuti dengan hujan tiba-tiba (aku juga nggak percaya omong kosong macam ini), ada lagi yang sanggup kabar burung bahwa kapal pembawa tawas karam (kabar sesat macam apa ini?). Dan informasi yang sudah shahih ialah Ikan-ikan di sungai matian dan warna air sungai menjelma Hijau belang-belang.


Untuk kabar pertama perihal sungai terkontaminasi hingga buaya terkapar itu saya tertarik ingin lihat fotonya. Kalau saja benar, berarti mengerikan sekali limbahnya. Tetapi pada dasarnya, buaya tidak aakn mati semudah itu, buaya yakni makhluk tertua, yang bahkan hidup semenjak zaman dinosaurus, tidak akan mungkin mati dengan begitu mudahnya.


Analisis Ahli Lingkungan


Kabar kedua ini katanya analisis dari spesialis lingkungan. Bahwasanya kalau terjadi kemarau panjang, kemudian hujan tiba-tiba, akan ada genangan air yang isinya mikroorganisme, kemudian ketika hujan deras, genangan ini tumpah ke sungai dan menurunkan BOD sungai sehingga ikan kehabisan Oksigen dan terkapar mati. *Just to make it looks true* Di penjelasan kalau mikroorganismenya berwarna hijau.


Ada tiga ketaknormalan yang saya tangkap disini. Yang pertama ialah kemarau panjang kemudian pribadi hujan deras bukanlah fenomena yang gres di Kalimantan, khususnya di berau.


Itu terjadi hampir setiap tahunnya, sementara fenomena ikan sungai matian ini ialah yang pertama kali.  Jadi jikalau analisisnya benar maka seharusnya tragedi ini berulang setiap tahunnya donk? Tapi nyatanya nggak.


Kemudian yang kedua, kalau mikroorganisme berwarna hijau (umumnya ganggang) itu menghabiskan BOD (Bio Oxygen Demand) , maka mikroorganisme ini akan bisa bercampur dengan air sungai. Makara warna sungai harusnya hijau total, atau hijau muda, tidak akan berbelang-belang.


Ketiga, kalau benar ini hanya persoalan kadar BOD yang menurun maka ikan tidak keracunan, ikan hanya mengalami persoalan bernafas. Setelah digoreng ikan tidak akan menciptakan minyak menjadi warna hijau. Kenyataanya, warna minyak makan menjelma hijau.


Kabar Tak Jelas


Kabar ketiga, lebih payah lagi. Pertama, kalau permasalahannya hanya kapal tawas yang tenggelam, maka akan segera ditemukan bangkai kapalnya, dan dengan begitu tidak perlu analisis lingkungan. Tawas merupakan koagulan, pengumpul partikel kotoran pada air. Maka tercelupnya sejumlah besar tawas ke sungai akan menciptakan air sungai menjadi bening, atau mengarah cenderung lebih bersih. Kenyataan bahwa air sungai berwarna hijau, menciptakan kabar ini sangat mustahil.


Analisis Peneliti Ahli


Ahli (yang tidak kusebutkan namanya, silahkan dibaca di Link Tribun News di Bawah) menyatakan pernyataan yang sangat aman, dan entahlah.. menurutku terlalu sederhana(read: konyol). (Mungkin ini perilaku saintis yang benar).

“Matinya ribuan ikan disebabkan beberapa faktor, antara lain acara rumah tangga yang membuang sampah organik ke sungai.”


Serius? Air sungai berubah warnanya, kemudian ikan matian dalam jumlah yang massive, (bahkan ikan berukuran 2,5 kg dan 3kg yang merupakan ikan cukup umur dan besar itu semua matian hanya lantaran sampah organik rumah tangga? Are you kidding me? Ini pernyataan ahli? please deh!

Tidak menyerupai pernyataan mahir pertama itu, Ahli kedua ini lebih memperlihatkan kabar senang buatku, ia sudah menyinggung adanya acara perusahaan, walaupun tetap masih cari aman.


“Memang ada beberapa perusahaan perkebunan sawit yang ikut menyumbang (pencemaran), tapi selain perkebunan, menyerupai disebutkan oleh pak Asfie tadi, ada limbah peternakan dan limbah rumah tangga yang ikut menyumbang,” kata Zulkifli.


Pak Ahli sekalian? Perubahan warna air dalam sehari atau dua hari secara total dan ekstrim ini apakah hanya lantaran limbah rumah tangga? Serius nggak sih kalian? Kalau ikan mati, kemudian tidak ada perubahan warna pada air, atau ikan mati tetapi secara sedikit demi sedikit dari yang berukuran kecil dulu, kemudian perlahan-lahan habis, itu mungkin limbah yang dibuang oleh masyarakat ke Sungai. Tetapi ribuan ikan mati dalam semalam, dan ini lantaran limbah organik rumah tangga? What a Joke!


Analisisku [Mahfuzh tnt]


Ada tiga hal yang paling tidak menyenangkan buatku, Kabar Hoax, Kebodohan dan yang ketiga ialah kombinasi dari keduanya yaitu Politik.


Aku membenci ketidak tahuan (read: Kebodohan), oleh lantaran itu saya pribadi cek di Google.  Air yang berwarna hijau pada umumnya disebabkan lantaran adanya kandungan ganggang hijau biru dalam air. Ini merupakan kondisi normal airnya, yang memang intinya berwarna hijau, dan ekosistem di dalamnya berjalan dengan normal. Ikan tidak akan mati hanya lantaran kandungan ganggang hijau biru ini masuk ke sungai. Maka bisa dikatakan bukan ini penyebabnya.


Dari awal kabar ini kudengar, saya pribadi ‘menuduh’ kalau ini niscaya ada perusahaan yang membuang limbahnya di sungai. Karena perubahan warna itu berawal dari tempat Labanan yang akrab sekali dengan Pabrik Kelapa Sawit. Tetapi biar terlihat seperli saintis yang baik, saya harus melihat lebih luas kemungkinan-kemungkinan lain.


Setelah browsing cukup panjang, alhasil saya dapatkan beberapa informasi kunci. Warna air yang menjelma Hijau, mengindikasikan adanya limbah berupa kompleks logam(aku tahu ini dari kuliah). Kemudian saya mencari tahu jenis-jenis logam yang mempunyai warna hijau. Dari beberapa literatur, saya temukan bahwa kromium dan tembaga yang umumnya memperlihatkan warna hijau.


Di Berau, salah satunya di Labanan hanya ada pabrik kelapa sawit. Di Berau, bahkan mungkin di Kalimantan Timur tidak ada pabrik yang memakai logam kromium dan tembaga sebagai materi dasarnya. Umumnya logam-logam komplesk semacam ini dipakai dalam industri cet dan tekstil (pewarnaan kain, kulit, dll). Maka ini sedikit aneh. Apa ada yang membawa limbahnya hingga ke Berau? Ahh.. Sepertinya nggak mungkin.


Sehari kemudian pemerintah setempat menyatakan air PDAM (yang bersumber dari Air Sungai Segah) pH-nya menurun hingga 4. pH ini sangat rendah, menyerupai pH pada tragedi hujan Asam yang merusak lingkungan. Ini merupakan kadar keasaman yang sudah tergolong berbahaya untuk dikonsumsi. Karena iseng temanku melaksanakan uji sederhana perihal air PDAM. Uji pH asam basa ini sangat sederhana, memakai kunyit sebagai indikator asam basa air tersebut. Inilah hasilnya:











Salah satu hal yang sangat erat kaitannya dengan ilmu kimia  ialah mengenai isu lingkungan √ Analisis Amatir Sungai Segah di Berau yang Tercemar dan Menyebabkan Ikan di Sungai Tersebut Mati
Thanks to Bro Ervan Nusnida untuk Foto dan Eksperimennya

Hasil ini memperlihatkan bahwa air PDAM sudah mencapai pH sangat Asam (<4). pH air yang menurun ini menciptakan saya jadi kembali terfikirkan bahwa kalau limbahnya berasal dari pabrik Cat dan pewarnaan, harusnya tidak terlalu Asam. Berarti logam berwarna hijau ini tercampur ke limbah Organik (limbah organik pada umumnya bersifat sangat asam). Kalau begitu ceritanya, tinggal mengklarifikasi saja apakah dalam proses produksi kelapa sawit terdapat zat buang berupa logam Kromium atau Tembaga di dalamnya.


Hal yang membuatku lega ialah informasi dalam sebuah jurnal yang memberitahukan kalau dalam Proses Produksi Kelapa Sawit terdapat zat buang berupa logam tembaga. Dan yang membuatku kembali bertanya ialah jumlah tembaga pada zat buang itu sangat kecil, bagaimana bisa menciptakan hijau seluruh sungai?


Oleh lantaran ini membutuhkan analisis lebih lanjut yagn kompleks maka saya berharap ini akan diselesaikan pemerintah dengan penelitian lingkungan yang benar-benar akurat. Jika memang terbukti ada perusahaan yang bertanggung jawab atas tragedi ini, maka harus ditindak dengan tegas. Seharusnya sihh saya yakin kalau pelakunya bersalah secara aturan dan harus tertangkap. Tapi pada ahkinya saya cuma bisa menunggu kabar baiknya aja. 🙂


Jurnal: http://www.ijset.net/journal/191.pdf

Berita Pencemaran Sungai Segah: http://kaltim.tribunnews.com/2015/10/11/ini-penyebab-ribuan-ikan-mati-di-sungai-segah



Sumber https://mystupidtheory.com