Random post

Thursday, September 6, 2018

√ Semangat Kaizen Jepang : Mengimpor Kanji Dan Mengupgrade-Nya

Setelah beberapa dikala alhasil sempat juga jariku menari-nari di draft blogspot ini, bekerjsama ada beberapa goresan pena sains yang ingin saya publish secepatnya, tetapi tampaknya saya harus tuntaskan dulu membaca buku dan artikel ilmiah lainnya biar kontennya lebih siap dinikmati. Alhasil datanglah wangsit untuk menulis yang ringan wacana budaya Kaizen di Jepang.





Ide goresan pena ini bekerjsama muncul sudah cukup lama, ketika saya belajar bahasa jepang ke sensei, tetapi yah sekali lagi terkalahkan oleh rasa malasku. Aku sudah pernah membahas wacana Penggunaan Angka Arab Dalam Revolusi Sains, masih dalam kerangka berfikir yang sama, wangsit untuk membuat sistem goresan pena menurutku memang sangat jenius. Bagaimanapun juga generasi insan sejarah yang membuat goresan pena itu menurutku sangat luar biasa. 



Setelah beberapa dikala alhasil sempat juga jariku menari √ Semangat Kaizen Jepang : Mengimpor Kanji dan Mengupgrade-nya

Dalam sejarah dunia, kedekatan Jepang dengan China sanggup dilihat dari diimpornya karakter Kanji ke Jepang. Hampir semua orang niscaya mengetahui wacana ini, tetapi sudah tahukah kalau China juga mengimpor banyak Kanji dari Jepang?





Mengimpor Kanji



Sejak zaman dahulu orang-orang China telah melaksanakan perdagangan ke wilayah Korea dan Jepang. Dalam perdagangan ini mereka memperkenalkan sistem penulisan kanji pada masyarakat sekitar. Kemudian penguasa Jepang yang menyadari pentingnya sistem penulisan ini mengirimkan orang-nya ke China untuk berguru karakter kanji. Karena karakter kanji ialah otentik dengan bahasa China (mandarin) maka tidak sanggup secara pribadi dipakai di Jepang. 




Dengan pengembangan dalam beberapa generasi, dibuatlah karakter Hiragana untuk membuat penulisan kanji sesuai dengan penyebutan pada Bahasa Jepang (日本語). Perkembangan berikutnya ialah dikala masyarakat Jepang menyadari bahwa ada berbagai perdaban lain di luar sana yang akan membawa kata-kata gres yang belum pernah ada di Jepang. Akhirnya mereka membuat karakter Katakana untuk menuliskan semua istilah absurd ke dalam bahasa Jepang.




Permasalahan Katakana



Munculnya karakter katakana mungkin sudah menuntaskan beberapa permasalahan bahasa di Jepang. Seperti munculnya kata “knife::ナイフ:: naifu” yang diserap dari bahasa inggris. Namun ketika Jepang membuka diri untuk negara luar (sekitar tahun 1853), mereka mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dan konsep-konsep baru. Hal ini menjadikan adanya “banjir Katakana”. 




Contohnya ketika menjelaskan wacana konsep molekul. Menggunakan katakana akan ditulis “モレクル; read:: morekuru”. Namun klarifikasi bahwa “molekul ialah kumpulan dari beberapa atom” kalau diterjemahkan dalam goresan pena berbahasa Jepang menjadi “モレクルはアトムのグールプである”.


Kalau kalian tahu sedikit wacana karakter katakana dan hiragana, sanggup dilihat dalam kalimat di atas penggunaan katakana jauh lebih banyak dari hiragana, dan tidak ada kanji sama sekali. Untuk kalimat yang singkat menyerupai itu mungkin tidak ada kebingungan dalam pembacaanya, namun kalau penjelasannya terkait apa itu molekul, dilanjutkan dengan apa itu atom, apa itu nukleus, dan apa itu elektron, maka akan terlalu banyak katakana yang dipakai dan ini akan membingungkan. 





Dulu saya pernah bertanya problem ini ke salah seorang Professorku di Okayama University kemudian ia menyampaikan bahwa tidak semua istilah dari luar diserap dengan katakana di Jepang, beberapa diambil konsepnya dan dibentuk kanji-nya dan istilah barunya dalam bahasa Jepang. Waktu itu kami diskusi panjang wacana ini, apakah penggunaan kanji ini mempermudah mahasiswa dalam berguru sains, atau mempersulit? Karena memang perbedaan istilah ini sanggup membuat mahasiswa resah ketika berguru dari buku-buku berbahasa inggris. 



Upgrade Kanji



Pemerintah Jepang pada masa kemudian (sekitar 1853), ternyata telah menyadari akan kerumitan yang akan dihadapi kalau istilah absurd akan sepenuhnya diserap dengan katakana, alhasil mereka memutuskan untuk mengupgrade Kanji. 




Jadi Kanji yang mereka ambil dari China, mempunyai keterbatasan kata, dan ada banyak kata yang belum ada goresan pena kanji-nya. Akhirnya para pelajar dan pustakawan di Jepang dikumpulkan untuk membuat kanji gres untuk istilah-istilah absurd yang masuk ke Jepang. Ini terutama terkait dengan konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan, seperti; dalam kimia: molekul, atom, dll; dalam politik: demokrasi, komunis, dll. 




Akhirnya Jepang berhasil membuat kanji-kanji baru, diantaranya: 


Molekul: 分子 (bunshi)



Electron: 電子 (denshi)


Democracy: 民主 (minshu shugi)


Communism: 共産主義 (kyosan shugi)




China Mengimpor Kanji



Bisa dibilang ini yaitu bab yang paling menarik dari dongeng wacana impor dan upgrade kanji ini. China gres membuka negaranya pada tahun 1978, sedangkan Jepang telah jauh lebih dulu membuka negaranya. Sehingga Jepang telah membuat berbagai kanji gres dari istilah-istilah di dunia barat, sedangkan China masih kekurangan Kanji untuk menjelaskan istilah dunia barat. 




Akhirnya China berguru ke Jepang dan mengimpor kanji dari Jepang untuk konsep-konsep ilmu pengetahuan yang telah dikuasai Jepang. Saat ini di hampir semua buku pengetahuan di China niscaya memakai kanji hasil improvisasi dari Jepang, bahkan di koran politik yang dicetak oleh partai komunis China memuat berbagai Kanji-kanji yang berasal dari Jepang.



Semangat Kaizen


Semangat Kaizen di Jepang yang merupakan motor utama dalam pembangunan Jepang diterapkan pada hampir semua sektor. Kaizen ialah peningkatan kualitas yang berkelanjutan, jadi nggak sekedar mendapatkan apa yang mereka dapatkan tetapi juga mengimprove-nya secara terus menerus sehingga mengikuti perkembangan zaman.


Semangat ini sudah sangat dikenal dan seringkali dikumandangkan dalam banyak pidato di Indonesia. Tetapi kenyataanya memang masih sangat kurang. Menurutku semangat Kaizen ini sebaiknya kita serap sebagai pribadi saja, bahwasannya kita harus mengimprove skill yang kita miliki secara terus menerus. Jika suka bermain musik, maka tingkatkan terus skill bermusik dengan latihan tanpa lelah, kalau suka melukis maka berlatihlah melukis sampai kanvasmu habis, termasuk kalau suka dunia menulis maka habiskanlah waktumu untuk berlatih menulis, berusahalah untuk terus meningkatkan skillmu ke level berikutnya.




Baca Juga: Pendidikan Karakter Anak di Jepang



Thanks for reading Myst





Sumber https://mystupidtheory.com