Aku berguru matematika semenjak kelas satu SD, Umiku (read:ibuku) guru matematika ketika saya SD dan Aby yaitu guru matematika Sekolah Menengah Pertama hingga sekarang. Matematika ialah perlajaran yang paling membuatku tertarik ketika SD dan SMP, alasannya yaitu menurutku sangat simpel dan logis. Walaupun aku nggak hapal perkalian (sampai sekarang) tetapi tetap aja menurutku matematika ialah bidang yang menarik.
Aku menemukan kesenangan dan rasa ingin tau ketika mengerjakan soal matematika, merasa cemas dan gelisah ketika tidak bisa menyelesaikan, dan merasa sangat puas ketika mendapat hasil yang tepat. Ku rasa kalian pernah mencicipi “Ahaa! moment”, itu yaitu ketika di kepala kalian ada semacam sengatan listrik “Aha! Ternyata begitu caranya”, perasaan yang sama setiap kalian mendapat gagasan yang baru. “Ahaa! moment” ini selalu terjadi ketika saya menuntaskan soal matematika. Ada kepuasan yang luar biasa.
Walapun sudah simpulan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas tapi saya masih sering diskusi dengan Aby ihwal matematika. Terutama alasannya yaitu ia pembimbing olimpiade di sekolah jadi terkadang pulang sekolah membawa kertas soal olimpiade matematika. Aku seringkali tertarik dengan soal-soal ini. Soal olimpiade matematika selalu unik dan menantang, walaupun levelnya hanya SMP. Cobalah kalian kerjakan, sekali-kali. 😀
Angka yang Kita Gunakan Ialah Angka Arab
Saat itu kuliah anorganik, dosenku Pak Rachmat T menyampaikan “Latin kan nggak punya angka, Angka yang Kita Gunakan Ialah Angka Arab”. Ini merupakan pernyataan yang sangat mengejutkan buatku. Aku sudah tahu kalau banyak ilmu-ilmu kedokteran dan sains berasal dari arab dan saintis muslim. Tapi nggak pernah tahu fakta kalau angka yang kita gunakan ialah angka Arab. Siang itu benar-benar shock, maksudku saya suka sekali dengan matematika, tapi nggak ngerti fakta sederhana ini. Pun bertanya-tanya “kok Aby nggak pernah ngasih tahu ini yah?”
Fakta ihwal angka arab ini kemudian sangat membekas di kepalaku, tetapi hanya sebagai ingatan, tidak ada pemikiran lebih lanjut. Baru-baru ini, saya kembali terpikirkan.
Konsep Angka
Manusia telah mengenal angka berabad-abad lamanya. Menurut pendapat paling banyak dari ilmuwan, insan terdahulu membuat konsep angka dari anggota-anggota badan yang mereka miliki. Seperti jari yang pada satu telapak tangan ialah lima, kemudian seluruh jari ialah 10. Dari jumlah jari ini kemudian lahirlah angka romawi yang mempunyai lambang I, V, X yang mewakili angka pada jari manusia. Kemudian dikemabangkan lagi dengan lambang M, L, C, dan beberapa simbol lain yang mewakili jumlah yang lebih besar.
Sistem angka romawi ini sangat sederhana. Aku kurang tahu apakah ini masih harus dipelajari ketika SD, tapi dulu saya wajib berguru cara menuliskan angka romawi. Diantara angka romawi ialah I=1, V=5 dan X=10. Aturan penulisannya sederhana, bila nilai yang lebih kecil berada di sebelah kiri, maka nilai nya dikurangkan, contoh: IV= satu berada di kiri; jadi 5-1=4. Jika yang nilainya lebih kecil berada di depan maka nilainya angkanya di tambahkan, pola VI = satu berada di sebelah kanan; nilainya ditambahkan 5+1=6. Simple kan?
Angka Arab
Ilmuwan islam masa kemudian menyerap pengetahuan dari bangsa Yunani dan bangsa lainnya. Bangsa arab tidak memakai konsep angka romawi, melainkan angka arab. Angka arab terang sekali mempunyai tingkat perkembangan yang jauh lebih tinggi. Angka-angka ini melepaskan konsep angka yang berasal dari anggota tubuh, sehingga mempunyai 10 simbol tetapi tidak mempunyai simbol untuk angka ‘sepuluh”. Aku masih nggak habis pikir seberapa jenius pembuat sistem angka ini.
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Yang paling revolusioner ialah bahwa sistem angka ini meniadakan lambang untuk sepuluh dan menggantinya dengan konsep penulisan ‘1’ dan ‘0’ menjadi berarti sepuluh. Kemudian sistem tersebut memperlihatkan kita konsep puluhan-satuan, ratusan-ribuan dan seterusnya. Sangat brilian dan luar biasa. Hingga kini mungkin masih banyak yang tidak paham bagaimana briliant-nya ini. Baiklah mari menghitung.
Menghitung Operasi Bilangan
Aku anggap kalian niscaya sudah mengerti dua sistem bilangan ini. Sekarang coba dengan sistem bilangan Romawi, kalian tuliskan angka ’empat puluh tujuh’ kemudian tambahkan dengan angka ‘seratus dua puluh empat’. Hitung!
XLVII + CXXIV =……….
Kalian bisa membayangkan bagaimana perhitungan ini harus dilakukan? Sangat rumit! Super ribet! Belum lagi bila kita melaksanakan perkalian, pengurangan, dan pembagian. Pasti akan sangat mengerikan, bahkan bisa jadi tidak masuk akal. Kalau sistem angka romawi yang harus kita gunakan, bisa-bisa hingga usia Sekolah Menengan Atas kita cuma bisa melaksanakan operasi matematika +, -, : dan x. Itupun sudah manis kalau nggak menyerah.
Sekarang bandingkan dengan adanya konsep satuan, puluhan, ratusan yang berasal dari angka arab. Penjumlahan empat puluh tujuh kemudian ditambahkan dengan seratus dua puluh empat menjadi sangat ringan, mudah, bahkan hanya urusan anak SD kelas 2. Kemudian kasus perkalian hanya perlu menghafalkan perkalian 1-10 dan sudah bisa mengerjakan jutaan problem matematika, tidak lebih dari urusan anak SD kelas 6.
Kalkulator dan Komputer
Kemungkinan besar, bila kita bertahan dengan angka romawi, tidak akan ada yang namanya kalkulator apalagi komputer. Pasti masih sangat membingungkan untuk membuat logika penjumlahan, perkalian dan pembagian. Belum lagi angka romawi tak mengenal nol ‘0’. Akan sangat rumit membuat kalkulator hanya untuk perhitungan sehari-hari. Kita belum berbicara logaritma dan trigonometri sin cos tan.
Sistem komputer dibangun dengan memakai bilangan biner yaitu 1 dan 0. Tanpa kemunculan bilangan nol, maka konsep logika komputer tidak akan bisa dibangun. Artinya, bila dulu kita tidak mengenal sistem angka arab, 99% kemungkinan hingga kini kita belum punya komputer.
Bahasa yang Diterima Dimanapun
Dalam salah satu presentasi ilmiah (populer), Neil d Grease Tyson menyampaikan bahwa “Matematika ialah bahasa dari sains”. Matematika merupakan pendekatan paling logis, paling sistematis dan bisa dinalar oleh siapapun di dunia. Tetapi sebenarnya, ini tak lepas dari peranan sistem angka yang mendukung.
Tanpa sistem angka arab, ini tidak akan tercapai. Jika kita berfikir ulang, Romawi mempunyai abjad goresan pena romawi, India mempunyai goresan pena india, Jepang punya goresan pena kanji, dan Arab mempunyai goresan pena arab. Tetapi semuanya mengadopsi angka arab dalam sistem kehidupannya, tidak ada satupun yang memakai angka orisinil dari abjad tulisannya. Misalkan di jepang, tidak akan ditemukan struk bill belanjaan yang angka-nya memakai angka kanji, walaupun mereka mempunyai angka kanji. Pun ini terjadi di semua negara. Tidak ada yang bertahan dengan sistem angka yang mereka miliki, semua beralih ke angka arab. Karena simple!
Jika semenjak ditetapkannya orang-orang masih kesulitan memahami Bahasa Inggris yang jadi bahasa internasional. Angka arab telah menjadi sistem angka internasional semenjak lebih dari seribu tahun silam. Ini alasannya yaitu sangat majunya konsep angka arab tersebut. Luar biasa kan?
Jadi angka arab ini merupakan revolusi sains yang luar biasa. Bahkan bisa dikatakan bahwa penggunaan angka arab dalam sains, merupakan titik awal dimana ‘bahasa sains’ diciptakan. Terbayangkan betapa pentingnya? sangat penting menyerupai bahasa.
Yaps.. Sekian, biar manfaat..
Sumber https://mystupidtheory.com