Random post

Wednesday, September 19, 2018

√ Mengunjungi Masjid Kobe Jepang

Melanjutkan perjalan sehabis mengunjungi K Computer, superkomputer tercepat di Jepang, saya mengunjungi Masjid Kobe. Walaupun rangkaian program di K-Computer dilaksanakan oleh PPI, Persatuan Pelajar Indonesia, tetapi waktu itu ada orang jepang yang ikutan di program ini. Aku pribadi aja ajak kenalan, Kotaro namanya.



Melanjutkan perjalan sehabis mengunjungi  √ Mengunjungi Masjid Kobe Jepang


Kotaro kuliah di jurusan Ilmu Komputer dan sangat tertarik pada penanganan bencana, itu sebabnya ia mengikuti Fun Scientific Event. Dia juga tiba ke program dengan memakai kaos Bandung, yang pertanda ia pernah ke Bandung, Indonesia.


Setelah program saya mengobrol sebentar dengan Kotaro, lalu ia bergabung dengan kelompok mahasiswi indonesia. Kebetulan ternyata teman-teman mahasiswi ini mau ke Masjid Kobe, mendengar itu saya pribadi memperkenalkan diri dan bilang bila mau gabung juga lihat Masjid Kobe. Dari percakapan, ternyata Kotaro juga mau ikutan ke Masjid Kobe, hanya saja kami naik Port Liner (semacam kereta) sedangkan ia sendirian naik sepeda motor.


Di perjalanan menuju Masjid Kobe kami melewati kuil. Ada yang menarik di sini, di depan kuil itu banyak orang yang berkumpul. Mereka berkumpul di depan kuil untuk main Pokemon Go. Aku tanyak ke teman-teman “Kenapa mereka main pokemonnya terpusat disini?”, masih kurang terang jawabannya apa. Yang niscaya banyak banget yang main pokemon di gerbang depan kuil itu, bahkan udah menyerupai kawasan wisata.











Orang-orang main pokemon di depang Kuil


Masjid Kobe


Masjid Kobe lokasinya bersahabat dengan Sannomiya Eki, jadi sehabis hingga ke Sannomiya Eki, pribadi aja jalan kaki sekitar 15 menit. Di Masjid Kobe, Kotaro sudah menunggu, ia mengobrol dengan seseorang, mungkin orang Pakistan atau Bangladesh, dari cara bicaranya.


Aku tiba dan pribadi menuju ke pintu masjid. Kemudian kotaro menyusul dan bilang

“Apa yang diucapkan orang muslim dikala bertemu orang lain?”

“Assalamualaikum” saya jawab sambil jalan.

Ketika sudah hingga di pintu masuk, saya duduk melepas sepatu.

“Assalamualaikum” Kotaro pribadi masuk, benar-benar menyerupai orang muslim.

Aku senyum-senyum aja lihat dia, omoshiroi! (interesting)


Pertama saya menuju kawasan wudhu, Kotaro mengikuti. Setelah itu ia minta diajarin wudhu, antara resah dan bahagia saya ajarin aja step by step wudhu. Dia ngikutin. Kami masuk ke ruangan sholat, ruang utama Masjid.


Ruang sholat masjid terbagi menjadi dua, lantai 1 dan lantai 2. Lantai 1 untuk pria dan lantai 2 untuk perempuan. Karena saya masih merasa pria saya menuju lantai 1 aja, :D. Sebelum sholat saya kasih sedikit panduan ke Kotaro, melihat tingkahnya tampaknya ia bakalan ikutan sholat. Aku sholat dzuhur dan ashar, dijamak dan qoshor, lantaran kondisiku masih dalam perjalanan dan menuntut ilmu.


Masjid Kobe ini mempunyai arsitektur gaya timur tengah, persis sekali dengan yang biasa kita temui di Indonesia. Beda jauh dengan masjid di Okayama yang bentuk bangunannya masih Apato, tanpa kubah ataupun goresan pena arab di potongan depannya.



Melanjutkan perjalan sehabis mengunjungi  √ Mengunjungi Masjid Kobe Jepang

Kondisi di sekitar Masjid kobe ini juga tampaknya didominasi oleh orang-orang Muslim, terdapat beberapa kawasan makan timur tengah di sekitarnya.


Masjid Kobe ini termasuk bangunan yang bersejarah di Jepang, khususnya wilayah Kobe. Bangunan ini yaitu salah satu bangunan yang bertahan dikala terjadinya gempa bumi di Kobe, 17 Januari 1995. Karena itu bangunan masjid dipakai sebagai kawasan pasokan persediaan masakan darurat. Melihat tugas ini menciptakan banyak orang Jepang yang mengenal Masjid Kobe.






Tuhan Ada di Segala Tempat


Setelah final sholat saya ngobrol-ngobrol lagi dengan Kotaro. Ia punya ketertarikan yang luar biasa pada hal-hal baru, terutama budaya. Dia bilang “Aku mau menikmati budaya luar, bukan sekedar pemandangan saja. Itulah sebabnya setiap tiba ke kawasan lain saya lebih menikmati berkomunikasi dengan orang lain, melihat budayanya, berguru bahasanya dibandingkan mengambil foto pemandangan”.


Prinsip orang Jepang, kepercayaan Shinto ialah Tuhan ada di mana-mana. Orang Jepang meyakini ada banyak Tuhan yang berada di setiap tempat. Seperti di hutan ada Tuhan, di lautan ada Tuhan, pun Kotaro menganggap di kawasan ibadah orang muslim ada Tuhan, itulah sebabnya ia ikut masuk dan beribadah menyerupai orang muslim dikala masuk ke Masjid Kobe.











Bareng Kotaro

Tidak ada satu doktrin pakem dalam prinsip agama shinto dan agama ini berasal dari rasa terimakasih kepada alam, sehingga kemanapun mereka pergi mereka akan menghormati alam dan menghormati kepercayaan orang lain. Tidak akan pernah kita lihat orang Jepang yang berdebat wacana kepercayaan orang lain, atau mengkritisi bahwa Tuhan ini salah, Tuhan itu benar. Karena bagi mereka Tuhan itu yah memang banyak dan ada di setiap tempat.



Sumber https://mystupidtheory.com