Satu bulan yang kemudian ada sebuah program yang diadakan oleh Perfectrure Okayama, program ini gotong royong ialah semacam training bahasa inggris untuk anak SMA, tetapi kemasannya sangat menarik. Kaprikornus di program ini mereka mengundang international student (termasuk aku), untuk menemani bawah umur Sekolah Menengan Atas selama seharian dan mengobrol bahasa inggris, selain itu mereka juga memperlihatkan tour singkat ke Shizutani School, sekolah kuno zaman Edo yang telah berusia ratusan tahun. Karena penawaran tour ke sekolah Shizutani ini, jadi berbagai international student yang mau ikut di program ini tanpa dibayar.
Dengan metode ini alhasil para anak Sekolah Menengan Atas sanggup guru bahasa inggris yang kompeten dan sanggup mempraktekkannya, sedangkan para international student sanggup pengalaman berguru budaya berguru Jepang pada masa Edo. A Win win solution!
Menuju Shizutani School
Pagi-pagi sekali saya sudah bersepedah menuju eki (stasiun), menyerupai biasa harus sempurna waktu. Di Eki sudah ada beberapa international student yang juga masih menunggu kegiatan keberangkatan bus. Beberapa menit kemudian bus berangkat, saya memutuskan duduk sendiri sebab semalam itu kurang tidur, jadi niatnya duduk sendiri biar nggak ngobrol dan sanggup tidur nyenyak di perjalanan menuju sekolah legendaris Shizutani.
Setelah terbangun dari tidur sekitar satu setengah jam, kami hampir hingga di sekolah. Melihat jalan menuju ke lokasi, saya merasa tampaknya sudah pernah ke sekolahan ini sebelumnya. Setelah hingga di lokasi, ternyata benar, saya sudah pernah kesini sebelumnya ketika program Pendidikan Karakter Anak di Summer Camp Jepang.
English Speaking
Seperti tujuan utama dari program ini, program awal sudah menuntut bawah umur Sekolah Menengan Atas untuk mempresentasikan dan mempromosikan kota-nya kepada para international student. Ada banyak hal menarik yang gres saya ketahui, misalnya: Tsuyama salah satu kota di Okayama perfecture ternyata sangat populer akan bunga sakura-nya, Masashi Kishimoto, pengarang manga Naruto ternyata berasal dari Okayama, dan beberapa hal lainnya.
Ini sangat cerdas sebab menciptakan para international student tertarik untuk tiba ke kota-kota di sekitar Okayama Perfecture. Dan datangnya international student ke kota-kota ini berarti promosi wisata (terutama sebab niscaya akan upload foto di IG dan FB).
Belajar Ala Jepang Masa Edo
Di siang hari, sesudah makan siang masuk ke program yang ditunggu oleh international student, berguru ala Edo di Sekolah Shizutani. Pertama-tama kami mengelilingi sekolahan ini, pemandangan paling menarik disini yaitu adanya Kai Tree.
Kai Tree ini yaitu pohon orisinil China, diimpor ke jepang ratusan tahun yang kemudian dan ditanam di sekolah Shizutani. Pohon ini ditanam hampir di seluruh sekolahan di China pada masa lalu, sehingga Kai Tree populer sebagai pohon pengetahuan.
Pohon ini menjadi penyemangat para penuntut ilmu ketika demam isu gugur (autumn), sebab keindahan warna daunnya yang benar-benar menarik pandangan. Warna orange dan kuning yang segar ini mengatakan suguhan keindahan yang sanggup dinikmati ditengah kepenatan berguru para siswa di Shizutani School.
Belajar ala Jepang pada masa edo diwajibkan dengan posisi duduk Seiza, hampir menyerupai dengan posisi duduk pada tahiat akhir. Walaupun ketika duduk diberi semacam ganjal yang agak empuk, tetapi tetap saja sesudah 20 menit kaki mulai mati rasa.
Cara ini diyakini menciptakan kita berusaha keras untuk memahami bahan secepat mungkin, konsentrasi akan lebih terfokus (mungkin fokus ke kaki yang sakit XD). Selain itu yang kita lakukan dalam berguru hanyalah mengulang-ulang syair-syair, quotes dan pemikiran dari tokoh terknal yang dipelajari bukunya. Metode belajarnya terbilang sangat sederhana sebab memang metode zaman dahulu. Tetapi sembari mengulang-ulang syair dan quotes tersebut, selain akan menciptakan kita ingat, kita juga jadi memikirkan maknanya, dan sanggup memahami maknanya lebih dalam. Setelah tertanam didalam ingatan, maka bukan hanya hafalan saja tetapi juga menjadi jalan hidup yang benar untuk dilakukan.
Pelajaran zaman dahulu itu (jika boleh disebut) kurikulumnya lebih fokus untuk mencapai budi dibandingkan memperoleh ilmu pengetahuan baru. Kaprikornus dalam prakteknya mungkin mereka berguru sehari hanya dua atau tiga lembar buku, namun menyerupai yang saya bilang tadi, diulang-ulang hingga puluhan atau ratusan kali, biar tertanam dijiwa dan sanggup mempraktekkannya di masyarakat.
Yap begitulah pengalaman belajar ala Jepang masa edo di sekolah shizutani. Semoga bermanfaat dan menginspirasi!
Nanti saya akan share bahan berguru dari Confucius, sengaja saya pisahkan di postingan berikutnya sebab materinya sangat saya sukai dan menginspirasi! Tnggu dehh!
Thanks for reading myst!
Se ya!
Sumber https://mystupidtheory.com