Random post

Monday, July 23, 2018

√ Asal-Usul Persebaran Insan Di Kepulauan Indonesia

Manusia mulai muncul di muka bumi semenjak zaman Neozoikum, tepatnya pada kala Holosen atau zaman Alluvium yang berkembang semenjak 20.000 tahun yang lalu. Untuk mengetahui keadaan insan pada banyak sekali masa dan evolusinya, kita perlu mengetahui bagaimana dan di mana kedudukan insan dalam alam serta hubungannya dengan benda kebudayaan yang diperkirakan sebagai hasil budayanya.

A. Teori Perkembangan Manusia

Sistem yang dianut untuk memecahkan problem wacana insan itu yaitu sistem yang menurut evolusi, yang menyampaikan jauh dekatnya kekerabatan banyak sekali makhluk dalam evolusi. Evolusi biologis tidak meninggalkan bukti lengkap bagi umat insan sekarang. Hal ini yang kini sering mengakibatkan perbedaan pendapat dari para ahli. Teori evolusi biologis yaitu perubahan filogenetis, jadi perubahan satu takson menjadi takson lain, atau tetap sebagai takson usang dengan perubahan sedikit, atau bahkan punah. Evolusi insan bukanlah insan berasal dari monyet lantaran monyet kini mempunyai spesies yang jauh dari manusia. Darwin mengemukakan teori evolusinya, bahwa suatu takson itu tidak statis, tetapi dinamis melalui waktu yang usang dan panjang, dan semua makhluk di muka bumi ini yaitu berkerabat.

Pendapat Darwin dalam bukunya The Origin of Species, sebagai berikut:
  • Bahwa spesies yang ada kini berasal dari spesies yang hidup di masa kemudian dan jadinya hingga sekarang.
  • Bahwa evolusi itu terjadi dalam kehidupan melalui seleksi alam sehingga tidak sanggup ditolak. Hal itu menyampaikan bahwa spesies yang kini berasal dari spesies yang lalu.
  • Antara Pithecanthropus erectus dan Homo sapiens terdapat Homo neanderthalensis alasannya yaitu jenis ini cirinya hampir mendekati Homo sapiens.
Dalam evolusi manusia, ciri tubuhnya diwariskan dari orang renta atau nenek moyangnya. Satuan pewarisan terkecil dinamakan gen yang terdapat pada kromosom. Gen inilah yang mengatur ciri atau sifat yang akan diturunkan atau diwariskan kepada keturunan selanjutnya. Mutasi yaitu perubahan yang mantap dan sanggup diturunkan pada gen suatu organisme. Seleksi alam kuat kepada gen, itulah sebabnya evolusi selalu ada.

Evolusi insan menjadikan terjadinya perubahan sosial, budaya, bahkan bentuk badan dan fungsinya. Misalnya, sebagai berikut:
  • Evolusi kepala yang berkaitan dengan evolusi muka dan otak. Evolusi ini berkaitan dengan cara makan yang semula diambil dengan ekspresi berangsur-angsur berubah dan mulai memakai tangan.
  • Cara bergerak tubuhnya mulai berjalan tegak.
  • Perkembangan hidup biososialnya mulai tampak.
Demikian teori perkembangan insan di muka bumi ini. Bagaimana pendapat para jago mengenai kehidupan awal di Indonesia? Sejarah awal keberadaan masyarakat di kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh teori imigrasi.

1. Teori Van Heine Geldern
Menurut teorinya, bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang ditemukan di Indonesia yang mempunyai kesamaan bentuk dengan yang ditemukan di daratan Asia.

2. Teori Prof. Muhammad Yamin
Ia beropini bahwa bangsa Indonesia berasal dari tempat Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan inovasi fosil-fosil tertua dengan jumlah terbanyak di tempat Indonesia.

3. Teori Prof. Dr. H. Kern Kern
menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari tempat Campa, Kochin Cina, dan Kampuchea. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan bahtera bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung dengan adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah-daerah di Indonesia (yang menjadi objek penelitian Kern yaitu persamaan bahasa serta persamaan nama hewan dan alat perang).

4. Teori Prof. Dr. Kroom
Ia menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia yaitu dari tempat Cina Tengah lantaran di tempat tersebut banyak sungai yang besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia hingga tahun 1500 SM.

5. Teori Moh. Ali
Ia beropini bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan tempat Cina Selatan, yakni dari hulu sungai besar di Asia yang kedatangannya di Nusantara secara bergelombang. Gelombang pertama yaitu gelombang Melayu Tua (Proto Melayu 3000 SM – 1500 SM) dengan ciri budayanya yaitu Neolitikum. Mereka tiba dengan jenis bahtera bercadik satu. Gelombang kedua yaitu gelombang Melayu Baru (Deutero Melayu 1500 SM – 500 SM) dengan memakai bahtera bercadik dua.

6. Teori Dr. Brandes
Ia beropini bahwa bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia mempunyai banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada tempat yang terbentang dari sebelah utara Formosa, sebelah barat Madagaskar, sebelah selatan tanah Jawa, dan sebelah timur hingga ke tepi barat Amerika.

7. Teori Willem Smith
Ia meneliti asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh bangsa Indonesia. Willem Smith membagi bangsa di Asia atas dasar bahasa yang dipergunakannya, yaitu bangsa berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan bangsa yang berbahasa Austria. Bangsa yang berbahasa Austria dibagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro-Asia dan bangsa yang berbahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.

8. Teori Hogen
Ia menyatakan bahwa bangsa yang mendiami tempat pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutero Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar di wilayah sekitar Indonesia tahun 1300 SM – 1500 SM. Adapun bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) menyebar di wilayah Indonesia sekitar tahun 1500 SM – 500 SM.

9. Teori Max Muller
Ia menyampaikan bahwa asal bangsa Indonesia yaitu tempat Asia Tenggara. Namun, pendapat Max Muller ini tidak begitu terang alasannya. Ia menarik kesimpulan dari para peneliti lainnya.

10. Teori Majumdar
Sebagai seorang yang tekun dalam penelitian maka kesimpulan yang diperolehnya yaitu bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, kemudian menyebar ke Indocina, terus ke tempat Indonesia dan Pasifik. Pendapat Majumdar ini didukung oleh penelitiannya menurut bahasa Austria yang merupakan bahasa muda di India Timur.

Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang digunakan di banyak sekali kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa Indonesia berasal dari satu tempat yang memakai bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa, dan agak ke utara, yaitu Tonkin. Mereka tiba ke Indonesia 1500 SM semula ke Kampuchea dan melanjutkan perjalanan ke Semenanjung Malaka. Dari Malaka masuk ke Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, sedangkan yang berada di Filipina melanjutkan perjalanan hingga di Minahasa dan tempat sekitarnya.

B. Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia

1. Perkembangan teknologi nenek moyang bangsa Indonesia

Perkembangan alat dan teknologi kehidupan insan pada masa lalu, yaitu pada masa hidup berburu dan mengumpulkan sanggup dikatakan masih sangat sederhana, hampir semua alat yang dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup masih sangat sederhana. Alat yang dibentuk sekadar sanggup membantu pekerjaan mereka. Alat-alat bantu dibentuk dari watu dan tulang. Tujuan pembuatan alat untuk mempermudah memperoleh materi masakan yang menjadi kebutuhan pokok.

Pada masa bercocok tanam, kebudayaan mereka berkembang pesat, hidup sudah menetap (sedenter) dan sudah menghasilkan masakan (food producing). Peningkatan teknologi ditandai dengan adanya peningkatan alat-alat dari watu berangasan menuju watu halus, kemudian memakai alat-alat dari logam. Alat-alat sebelum dihaluskan, contohnya, kapak perimbas (bagian tajamnya berbentuk cembung), kapak penetak (ketajamannya berbentuk liku-liku), pahat genggam (ketajamannya berbentuk terjal), dan kapak genggam yang pecahan tajamnya berbentuk meruncing. Teknologi kemudian meningkat, alatnya sudah dihaluskan ibarat kapak persegi dan kapak lonjong. Dengan alat itu, ternyata mereka sudah sanggup memenuhi kebutuhan hidup yang lebih luas dari masa sebelumnya, yaitu bersawah, membuat rumah, bermasyarakat, dan membuat bahtera bercadik.

Teknologi kapak watu pun ditinggalkan, kemudian muncul yang lebih maju, yaitu kepandaian memakai alat-alat dari logam sebagai materi membuat alat yang memerlukan teknik, ibarat cara bivalve dan a cire perdue. Semua kapak logam dibentuk ibarat dengan kapak batu. Dalam perkembangan selanjutnya, kapak logam kemudian mempunyai bentuk lain yang dinamakan kapak sepatu atau kapak corong, yaitu sebagai alat untuk membantu kehidupan mereka. Namun, ada jenis alat logam yang tidak digunakan untuk alat bekerja, misalnya, candrasa digunakan untuk alat upacara, begitu juga nekara dan moko. Dengan teknologi yang semakin maju inilah masyarakat semakin bisa membuat hasil budaya yang jauh lebih berharga untuk membuat alat yang lebih tepat ibarat di zaman megalit itu.

2. Kebudayaan batu

Disebut kebudayaan watu lantaran alatnya terbuat dari batu, yang terdiri dari zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum.

a. Kebudayaan Batu Tua (Paleolitikum)
Disebut kebudayaan Batu Tua alasannya yaitu alat peninggalannya dari watu yang masih berangasan atau belum dihaluskan. Pendukung kebudayaan ini yaitu insan purba. Berdasarkan tempat penemuannya, kebudayaan Batu Tua dibedakan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
  • Kebudayaan Pacitan
    Disebut kebudayaan Pacitan alasannya yaitu hasil budayanya terdapat di tempat Pacitan (Pegunungan Sewu, Pantai Selatan Jawa). Alat yang ditemukan berupa chopper (kapak penetak) atau disebut kapak genggam. Pendukung kebudayaannya yaitu Pithecanthropus erectus dan budaya watu ini disebut stone culture. Selain tempat di atas, alat Paleolitikum ini juga ditemukan di Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatra Selatan).

    Bagan pembagian perkembangan budaya pada masa praaksara:

     Manusia mulai muncul di muka bumi semenjak zaman Neozoikum √ Asal-Usul Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
  • Kebudayaan Ngandong
    Disebut kebudayaan Ngandong alasannya yaitu hasil kebudayaannya ditemukan di Ngandong, Ngawi Jawa Timur. Di sini juga ditemukan kapak ibarat di Pacitan dan juga kapak genggam, sedangkan di Sangiran ditemukan watu flakes dan watu chalcedon yang indah. Di Ngandong ditemukan juga alat dari tulang maka disebut bone culture. Pendukung kebudayaan Ngandong yaitu Homo soloensis danHomo wajakensis. Penghidupan mereka masih mengumpulkan masakan (food gathering). Mereka mencari masakan dari jenis ubi-ubian dan berburu binatang.

b. Kebudayaan Batu Tengah (Mesolitikum)
Zaman Mesolitikum terjadi pada masa Holosen sehabis zaman es berakhir. Pendukung kebudayaannya yaitu Homo sapiens yang merupakan insan cerdas. Penemuannya berupa fosil insan purba, banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.

Manusia zaman Mesolitikum hidup di gua-gua, tepi pantai, atau sungai, disebut dalam bahasa Denmark, kjokkenmoddinger (bukit sampah = bukit kerang), yang banyak ditemukan di pantai timur Sumatra. Penemuan alatnya yaitu pebble disebut juga kapak Sumatra), kapak pendek (hache courte), dan pipisan (batu penggiling). Selain tempat-tempat di atas, juga terdapat abris sous roche (gua sampah) di Gua Sampung, (Ponorogo, Jawa Timur), Pulau Timor, Pulau Roti, dan Bojonegoro (tempat ditemukan-nya alat dari tulang).

c. Kebudayaan Batu Muda (Neolitikum)
Disebut kebudayaan Batu Muda (Neolitikum) sebab semua alatnya sudah dihaluskan. Mereka sudah meninggalkan hidup berburu dan mulai menetap serta mulai menghasilkan masakan (food producing). Mereka membuat alat-alat kehidupan mulai dari alat kerajinan menenun, periuk, membuat rumah, dan mengatur masyarakat. Alat yang dipergunakan pada masa ini yaitu kapak persegi dan kapak lonjong. Daerah inovasi kapak persegi di Indonesia pecahan barat yaitu di Lahat (Sumatra), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan, dan Lereng Gunung Ijen. Adapun kapak lonjong banyak ditemukan di Indonesia pecahan timur, ibarat di Papua, Tanimbar, Seram, Serawak, Kalimantan Utara, dan Minahasa.

d. Kebudayaan Batu Besar (Megalitikum)
Disebut kebudayaan Megalitikum alasannya yaitu semua alat yang dihasilkan berupa watu besar. Kebudayaan ini kelanjutan dari Neolitikum lantaran dibawa oleh bangsa Deutero Melayu yang tiba di Nusantara. Kebudayaan ini berkembang bersama dengan kebudayaan logam di Indonesia, yakni kebudayaan Dongson. Ada beberapa alat dan bangunan yang dihasilkan pada zaman kebudayaan Megalitikum:
  • Menhir
    Menhir yaitu tiang tugu watu besar yang berfungsi sebagai tanda peringatan suatu kejadian atau sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Daerah penemuannya di Sumatra Selatan dan Kalimantan.

  • Dolmen
    Dolmen yaitu meja watu besar yang biasanya terletak di bawah menhir tempat meletakkan sesaji. Daerah temuannya di Sumba, Sumatra Selatan, dan Bondowoso (Jawa Timur).

  • Keranda (sarkofagus)
    Keranda yaitu peti mati yang dibentuk dari batu. Bentuknya ibarat lesung dan diberi tutup dari batu. Daerah temuannya di Bali.

  • Peti kubur batu
    Peti kubur watu merupakan kuburan dalam tanah yang sisi-sisi, alas, dan tutupnya diberi papan dari lempeng batu. Peti kubur watu ini banyak ditemukan di Kuningan, Jawa Barat.

  • Punden berundak
    Punden berundak merupakan bangunan dari watu yang disusun bertingkat- tingkat (berundak-undak). Fungsinya sebagai bangunan pemujaan roh nenek moyang yang kemudian menjadi bentuk awal bangunan candi. Bangunan punden berundak yaitu bangunan orisinil Indonesia.

  • Waruga
    Waruga yaitu kubur watu yang berbentuk kubus atau bulat. Waruga biasanya dibentuk dari watu utuh. Daerah temuannya di Sulawesi Tengah dan Utara.

  • Arca
    Arca-arca megalit merupakan bangunan watu besar berbentuk hewan atau insan yang banyak ditemukan di dataran tinggi Pasemah, Sumatra Selatan yang menggambarkan sifat dinamis. Contohnya Batu Gajah, sebuah patung watu besar dengan citra seorang yang sedang menunggang hewan dan sedang berburu.

Pada zaman Batu Besar dikenal kebiasaan-kebiasaan berikut:
  • Pemujaan matahari
    Di Indonesia, matahari dipuja sebagai matahari, bukan sebagai tuhan matahari ibarat di Jepang.
  • Pemujaan dewi kesuburan
    Dapat kita lihat di candi Sukuh dan candi Ceto sebagai lambang kesuburan. Di Jawa, pada umumnya Dewi Sri dipuja sebagai dewi kesuburan dan pelindung padi.
  • Adanya keyakinan alat penolak bala (tumbal)
    Biasanya dengan menanam kepala kerbau di tengah bangunan atau tempat tertentu, maka akan terlindungi dan terbebas dari marabahaya.
  • Adanya upacara ruwatan
    Upacara ruwatan yaitu upacara untuk mengembalikan orang atau masyarakat kepada kedudukan yang suci ibarat semula, misalnya, anak tunggal, anak kembar, pandawa lima, dan higienis desa.

3. Kepercayaan awal masyarakat Indonesia

Sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang mempunyai anggapan bahwa hidup tidak akan berhenti, walaupun orang sudah meninggal. Orang mati dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik dan hening dan orang yang ditinggalkannya masih sanggup berafiliasi dengan yang berada di dunia lain. Masyarakat berburu dan mengumpulkan diperkirakan juga mengenal upacara penguburan alasannya yaitu soal mati yaitu soal yang besar, yaitu adanya sesuatu di luar perhitungan manusia. Kesadaran adanya kekuatan mistik menjadi dasar kepercayaan mereka (animisme), ada juga kepercayaan dinamisme, yaitu adanya benda yang dikeramatkan. Pada masa bercocok tanam, masyarakat sudah mengenal kepercayaan gaib, yaitu kekuatan di luar kekuatan manusia, misalnya, gunung meletus atau banjir. Mereka beranggapan adanya kekuatan alam yang luar biasa niscaya ada yang menggerakkan dan sedang murka. Mereka juga memuja arwah insan yang sudah meninggal. Menurut pendapat mereka, tempat roh itu sangat tinggi, misalnya, di puncak-puncak gunung. Untuk turunnya roh nenek moyang, mereka mendirikan bangunan watu besar (bangunan Megalitikum), dibentuk dari watu yang utuh dan dipahat dalam bentuk tertentu. Bentuk aktual dalam kepercayaan masyarakat bercocok tanam, yaitu menyembah roh nenek moyang (animisme) dan menyembah benda yang mempunyai kekuatan mistik (dinamisme).

Masa bercocok tanam dan perundagian telah menghasilkan bangunan megalit ibarat menhir, dolmen, keranda, dan kubur batu. Dalam kubur watu terdapat bekal kubur, yaitu bekal-bekal si mati selama perjalanan menuju ke tempat alam baka. Selanjutnya keluarga yang ditinggal selalu bersesaji di dolmen (tempat pemujaan roh), di atas dolmen terdapat menhir. Pemujaan roh nenek moyang sangat penting dalam suatu kehidupan rohani pada masa itu.

C. Hasil Budaya Manusia Purba di Indonesia

Sejak zaman Pleistosen Bawah telah ada jenis insan purba yang sudah menghasilkan alat-alat hidup dan budaya. Bukti bahwa Pithecanthropus erectus menghasilkan kebudayaan Pacitan ditemukan Von Koenigswald berupa kapak perimbas atau disebut kapak Pacitan. Alat-alat kebudayaannya terbuat dari batu, tulang, kayu, dan ada yang dari tulang binatang. Selain di Pacitan dan Ngandong, alat-alat semacam ini juga ditemukan di Sumatra, Sulawesi, Flores, dan Timor. Hallam L. Movius Jr. mengklasifikasikan alat Paleolitikum sebagai berikut.

1. Kapak perimbas (chopper)
Bagian yang tajam berbentuk cembung, digunakan untuk memangkas. Fungsi kapak ini untuk penetak dan pemotong. Kapak ini ditemukan di Pacitan oleh Von Koenigswald tahun 1935 yang diperkirakan pendukung Pithecanthropus erectus, kapak ini disebut juga chopper chopping tool. Kapak ini juga ditemukan di luar Nusantara, ibarat di Pakistan, Myanmar, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

2. Kapak penetak
Kapak ini ibarat kapak perimbas, hanya bentuknya lebih besar, dipergunakan untuk membelah kayu, pohon, atau bambu. Alat ini disebut chopping tool, ditemukan hampir di seluruh wilayah Nusantara.

3. Kapak genggam
Kapak ini mempunyai bentuk ibarat kapak perimbas, tetapi jauh lebih kecil. Cara pema- kaiannya dengan digenggam pada ujungnya yang lebih kecil. Hampir di seluruh Nusantara terdapat alat tersebut.

4. Pahat genggam 
Bentuknya lebih kecil dari kapak genggam yang berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubi-ubian. Alat ini sangat tajam.

5. Alat serpih
Alat serpih dipergunakan untuk pisau, mata panah, dan alat pemotong. Alat serpih ini ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1934 di Sangiran, juga di Gua Lawa, (Sampung, Ponorogo), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Timor, dan Roti. Alat serpih ini berukuran kecil antara 10 – 20 cm yang banyak ditemukan di guagua.

6. Alat-alat dari tulang
Alat ini dibentuk dari tulang hewan untuk pisau, belati, dan mata tombak yang banyak ditemukan di Ngandong (Ngawi Jawa Timur).

Homo sapiens juga telah mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi dari insan purba. Bahkan jikalau kita melihat hasil kebudayaannya, sudah tergolong pada budaya Batu Tengah, yakni Mesolitikum. Alat mereka sudah dihaluskan sebagian dan tempat tinggal mereka berada di gua-gua sehingga meninggalkan abris sous roche dan sampah kerang kjokkenmoddinger. Tempat tinggalnya ditemukan di pantai Sumatra Timur dan alatnya berupa kapak Sumatra, kapak pendek, serta pipisan atau watu penggiling. Adapun kjokkkenmoddinger ditemukan di Gua Sampung (Ponorogo, Jawa Timur), di Timor, di Pulau Roti, dan Bojonegoro. Alat-alat mereka selain dari watu sudah ada yang dibentuk dari tulang (bone culture).
Sumber : bse.kemdikbud.go.id

Asal-Usul Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR


Sumber http://www.markijar.com/