Random post

Saturday, May 12, 2018

√ Pengertian Dan Teladan Perubahan Makna Sinestesia

Pengertian dan Contoh Perubahan Makna Sinestesia – Kata bermakna dalam bahasa dan sastra Indonesia tidak serta merta mempunyai makna yang tetap. Makna kata sanggup saja bergeser atau malah berubah lantaran faktor-faktor tertentu. Faktor yang menimbulkan pergeseran makna diantaranya ialah faktor perkembangan zaman, faktor tabu, faktor polysemi, dan faktor kebetulan. Pergeseran makna kata dalam bahasa dan sastra Indonesia juga terdiri atas beberapa macam kalau ditinjau dari bentuknya. Salah satu diantaranya ialah perubahan makna sinestesia. Perubahan makna sinestesia ialah pergeseran makna yang disebabkan oleh pertukaran makna yang dekat kaitannya dengan penginderaan manusia. Perhatikan rujukan berikut :


1. Elok


Kata “elok” ialah kata yang dimaknai sebagai keindahan dari hasil penginderaan salah satu panca indera insan yakni mata. Akan tetapi dalam konteks kalimat sanggup saja kata “elok” diinderakan oleh alat indera lainnya. Perhatikan rujukan kalimat berikut :


– Sungguh elok sekali perkataan tuan guru itu.


Penjelasan :


Kata “elok” pada kalimat di atas diinderakan dengan panca indera pendengaran atau telinga. Padahal kata “elok” identik dengan indera penglihatan atau mata.


2. Indah


Kata “indah” sanggup bergeser makna dengan menjadi obyek penginderaan pendengaran dalam konteks kalimat yang berbeda. Meskipun secara umum makna kata “indah” hanya sanggup diinderakan dengan alat indera pendengaran. Perhatikan rujukan kalimat berikut :


– Suara adzan yang dikumandangkan oleh muadzin muda itu begitu indah.


3. Lembut


Makna dari kata “lembut” secara umum hanya sanggup dirangsang oleh indera perasa. Akan tetapi dalam konteks kalimat, kata “lembut” sanggup saja dimaknai oleh indera pendengaran.


Contoh kalimat :


– Tutur kata gadis itu sangatlah halus dan lembut, sehingga setiap orang yang berinteraksi dengannya merasa sangat nyaman.


4. Manis


Kata “manis” secara umum sanggup dimaknai dengan indera pengecap. dalam konteks kalimat tertentu kata “manis” sanggup dirasakan oleh indera lainnya.


Contoh kalimat :


– Setelah usang tak bertemu, sekarang kamu tumbuh menjadi perempuan yang manis dan cantik. (kata “manis” yang diinderakan oleh penglihatan)


5. Enak


Kata “enak” bukan hanya sanggup dimaknai dengan indera lidah saja. dalam konteks kalimat tertentu, kata “enak” sanggup dimaknai oleh indera lain.


Contoh :


– aroma masakanmu yummy sekali, niscaya rasanya lebih luar biasa lagi. (kata “enak” dimaknai dengan alat indera penciuman)

– Suaramu sungguh tak yummy di dengar, berhentilah bersenandung! (kata “enak” dimaknai dengan alat indera pendengaran)


6. Masam


Kata “kecut” secara umum dimaknai dengan indera pengecap. Pergeseran makna pada kata “kecut” akan terjadi kalau konteks kalimatnya menyerupai pada rujukan berikut :


– Tiba-tiba wajah bibi berubah masam ketika mendengar kabar anaknya tertangkap polisi. (kata “masam” dimaknai oleh indera pendegar)


7. Kecut


Sama halnya dengan kata “masam”, kata “kecut” juga sanggup dimaknai oleh indra lain pada badan manusia. Perhatikan rujukan kalimat berikut:


– Wajah Aisyah berubah kecut seketika pada dikala mendengar keputusan ayahnya untuk menjodohkan dirinya dengan laki-laki yang tak ia kenal. (kata “kecut” dimaknai oleh indera pendengaran)




style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">


8. Dingin dan Hangat


Kata “dingin” dan “hangat” secara umum dimaknakan dengan indera perasa. Dalam konteks kalimat yang berbeda, pergeseran makna kata sanggup terjadi menyerupai halnya dalam rujukan kalimat berikut :


– Tak pernah sekalipun Dita bersikap ramah kepadaku, sikapnya selalu saja dingin. (pergeseran makna kata “dingin” dengan penginderaan penglihatan)

– Bibi Marisa selalu bersikap hangat pada siapa saja yang ia kenal. (pergeseran makna kata “hangat” dengan penginderaan penglihatan)


9. Pedas (kata2 pedas)


Kata “pedas” biasa dimaknai dengan penginderaan pengecap. Pergerseran makna sinestesia sanggup terjadi pada kata ini bergantung dengan konteks kalimat. Perhatikan rujukan kalimat berikut :


– Kalau sudah marah, Asri seringkali mengeluarkan kata-kata pedas. (pergeseran makna kata “pedas” yang dimaknai oleh indera pendengaran)

– Wanita bermulut pedas itu belum juga mendapat pasangan hidup. (pergeseran makna kata “pedas” yang dimaknai oleh indera pendengaran)


10. Kasar


Kata “kasar” identik dengan indera peraba. Kata tersebut sanggup mengalami pergeseran makna dengan konteks kalimat berikut :


– Pria itu selalu bersikap garang kepada istri dan anak-anaknya. (pergeseran makna kata”kasar” oleh penginderaan penglihatan)

– Penjaga warung kelontong itu seringkali berkata garang kepada karyawannya. (pergeseran makna kata”kasar” oleh penginderaan pendengaran)


11. Panas


Kata “panas” makna katanya berafiliasi dengan indera perasa / peraba. Makna kata tersebut sanggup berubah bergantung dengan konteks kalimatnya. Perhatikan rujukan kalimat berikut :


– Situasi menjadi semakin panas ketika beberapa oknum demonstran melempar botol air mineral ke arah pegawapemerintah kepolisian. (pergeseran makna kata “panas”oleh penginderaan penglihatan)


12. Tajam


Makna kata “tajam” berafiliasi dengan penginderaan perasa. Dalam konteks kalimat tertentu, kata “tajam” sanggup saja mengalami pergeseran makna sinestesia. Perhatikan rujukan berikut:


– Sebagai seorang pengamat politik yang hanya bertugas mengamati kondisi politik nasional, Suratman dinilai terlau tajam mengeluarkan kritik yang bahwasanya bukan wilayah kerjanya. (pergeseran makna kata “tajam” yang dimaknai oleh indra pendengaran)

– Ulasan kejadian kriminal dalam program isu Selidik selalu dikupas secara tajam dan berimbang. (pergeseran makna kata “tajam” yang dimaknai oleh indera penglihatan dan pendengaran)


Baca Juga:


Pengertian Prefiks, Jenis, & Contohnya

Pengertian Teks Anekdot, Ciri, Struktur, Kaidah, & Contoh

6 Contoh Anekdot Tentang Hukum di Indonesia



Sumber https://ruangseni.com