Appendiks yakni salah satu organ embel-embel pada pecahan usus buntu, dan kalau mengalami peradangan disebut dengan Appendisitis. Peradangan ini akan menimbulkan Appendiks pecah dan harus segera dilakukan tindakan operasi besar.
AWAL MULA SAKIT USUS BUNTU
Pada tahun 2007 saya pernah mencicipi sakit diarea perut pecahan bawah, awalnya mungkin ini maag atau sakit perut biasa. Sakitnya hingga menciptakan tidak dapat berdiri apalagi berjalan, sebab pada waktu itu posisi ada dipesantren (pesantren sambil sekolah SMP) maka tidak dapat berbuat banyak, saya hanya meminum obat sakit perut saja dan sudah 4 hari kondisinya semakin membaik.
Pertengahan tahun 2008 saya mulai kembali mencicipi sakit perut hebat, kali ini bahkan sakitnya lebih parah dari tahun lalu. Awalnya saya makan nasi dengan lauk dan sambal pedas, kemudian malam harinya sakit perut mulai terasa dan hingga 3 hari tidak kunjung sembuh, rasa sakitnya sama diperut pecahan bawah, namun kali ini disertai rasa mulas, bulak balik ke toilet pun feses tidak mau keluar dan itu rasanya sangat sakit, perut ibarat kembung.
Setelah 3 hari saya meminta abang angkat untuk menelpon orang renta supaya segera ke pesantren untuk menjemput, sebab jujur saya sudah lemas dan tidak dapat berbuat apa-apa, saya hanya diurus abang angkat saja dan itupun hanya sewaktu dia pulang bekerja (pesantren sambil bekerja). Akhirnya pada sore hari ayah tiba menjemput, saya digendong dari kobong ke motor sebab saking sakitnya tidak dapat berdiri dan berjalan.
PERIKSA DI KLINIK
Saya tidak pribadi kerumah terlebih dahulu, tapi keklinik akrab rumah diperiksa oleh dokter umum, dokter menyampaikan bahwa saya harus dirujuk kerumah sakit besar sebab dia tidak dapat memastikan sakit perut apa yang dialami, dia hanya memprediksi saya mengalami peradangan usus buntu. Hal ini menurut sakit perut dibagian bawah, dan kalau ditekan sedikit saja akan terasa sakitnya (bahkan saya menjerit), kedua saya tidak BAB selama sakit ini.
DIRUJUK KE RUMAH SAKIT
Keluarga menyampaikan ketika sepulangnya dari klinik saya pingsan dan jatuh dari motor, untung saja itu berada didekat rumah, tak usang dibawa ke RS Bayu Karta Karawang memakai angkot. Di RS hingga pukul 6 sore, sebelumnya saya sadar ketika dibawa ke ruang UGD. Dokter di UGD melaksanakan investigasi dibagian perut, sesudah sekitar 30 menit saya diagnosa mengalami peradangan usus buntu dan harus menjalani operasi malam ini juga, sontak saya kaget sebab tidak pernah mencicipi bagaimana itu operasi, yang dirasa niscaya itu sakit. Dokter menyampaikan peradangan ini sudah sangat parah, sebab sudah setahun lebih, dan untung saja ketika ini dibawa ke RS sebelum terlambat, kalau terlambat maka radang akan pecah dan menjadikan meninggal dunia.
OPERASI USUS BUNTU
Sebelum melaksanakan operasi pasien harus puasa terlebih dahulu, semenjak pagi di kobongpun tidak makan sekalipun dan hasilnya pada jam 12 malam dibawahlah ke ruang bedah. Jujur sangat deg-degan sebab dipakaikan pakaian hijau-hijau ala operasi. Suster memberi sebuah cukuran jenggot, padahal saya belum tumbuh jenggot dan kumis kala itu, tapi untuk apa? ternyata untuk mencukur *maaf bulu kemaluan.
Saya dibawa oleh suster ke ruang bedah, orang renta tidak dapat ikut dan itu menciptakan cemas dan ketakutan. Sesampainya diruangan, saya berbaring dan pakaian hijau dibuka hingga pecahan dada, dan waaw saya telanjang, apalagi dilihat oleh 5 orang suster dan 2 dokter (laki-laki), aib niscaya ada tapi mau apalagi. Saya dipasangi alat pendekteksi denyut jantung dibagian jari kanan dan disuntik dibagian punggung dengan tujuan bius total (anestesi). Awalnya tidak mencicipi apa-apa, tapi semakin usang kaki mulai terasa kesemutan, dokter bilang jangan dilawan sebab ini cara kerja bius. Suster mengajak ngobrol mungkin supaya tidak terlalu ketakutan, semakin usang semakin mengantuk dan saya tidak tahu apa-apa semenjak itu.
SELESAI OPERASI
Saya terbangun pada pukul 4 pagi dan mencicipi sakit yang amat sangat luar biasa pada pecahan perut, saya sadar bahwa sudah dilakukan operasi, tapi tidak terasa apa-apa, terakhir kali saya mengobrol dengan suster dan ibarat gres 5 menit kemudian terbangun pada pukul 4 pagi. Semakin usang rasa sakit semakin menjadi-jadi, dampak bius mulai menghilang dan itu menjadikan semakin sakit saja.
Saya menangis sejadi-jadinya menahan rasa sakit yang amat sangat dari pukul 4 pagi hingga pukul 8 pagi, tak dapat berhenti menangis sebab rasa sakitnya ibarat isi perut dikoyak-koyak, wajarlah menangis sebab usia gres 14 tahun.
Setelah 3 hari diperbolehkan untuk pulang kerumah, dokter menyampaikan untuk tidak memakan masakan keras selama 2 minggu, dihentikan memakan masakan pedas selama 3 hingga 6 bulan dan dihentikan beraktifitas berat (olahraga) selama 3 bulan.
BEROBAT JALAN
Seminggu kemudian kembali lagi ke dokter seorang jago bedah dan dilakukan pelepasan benang jahit diperut, pada ketika dilepasnya benang jujur sangat ngilu sekali sebab dalam kondisi sadar dan tidak dibius sama sekali.
BIAYA OPERASI USUS BUNTU
Walaupun saya tidak tahu menahu urusan biaya operasi ini, tapi saya pernah melihat struk pembayaran diakhir sebelum pulang meinggalkan rumah sakit, biayanya sekitar 12jutaan lebih, mungkin itu sangat besar pada tahun 2008 dibandingkan kini 2019. Bersyukurlah yang mempunyai BPJS, untuk operasi niscaya biayanya ditanggung.
KESIMPULAN
Peradangan Usus buntu terjadi sebab daya tahan badan kita melemah, faktor kekurangan serat serta minum air putih pun menjadi penyebabnya, saya selama dipesantren makanpun asal-asalan, serta kurangnya minum air putih. Makara kalau anda mencicipi gejala sakit perut ibarat diatas sangat disarankan untuk diperika ke dokter, supaya dapat meminimalisir parahnya penyakit. Sumber http://www.hendrisetiawan.com