Random post

Wednesday, May 30, 2018

√ Pengalaman Bekerja Menjadi Operator, Qc, Staff Dan Helper Lebih Baik Mana?

Pengalaman yakni guru yang paling baik, dengan pengalamanlah kita berguru dimana letak kesalahan dan mencegahnya terjadi dimasa yang akan datang. Pengalaman bekerja semenjak saya lulus Sekolah Menengan Atas hingga kuliah sanggup dikatakan tidak mengecewakan banyak, ada yang hanya satu hari bekerja hingga 2 tahun bekerja, mulai dari Operator produksi disebuah pabrik, Quality control, helper hingga Staff.

Oleh krena itu saya ingin membuatkan pengalaman bagaimana rasanya bekerja ditiap-tiap bagian, manakah yang lebih tidak capek? manakah yang gajinya besar? manakah yang nyaman?

1. PENGALAMAN SEBAGAI OPERATOR PRODUKSI
Saya lulus dari Sekolah Menengan Atas pada tahun 2012, dan ketika itulah saya bersama teman-teman di sekolah mencari pekerjaan kesana kesini, walaupun kita mencarinya sekitar 5 orang, tapi kami masuk dibeda-beda perusahaan, disinilah awal saya bekerja di perusahaan.

Saya mendapat pekerjaan sebagai Operator mesin perajut benang menjadi kain, tapi ini tidak berlangsung usang bahkan hanya dalam hitungan jam saja, saya bekerja untuk pertama kalinya pada hari jumat dan pada kesesokan harinya saya tidak masuk kerja lagi (melarikan diri), memang tidak sopan tapi inilah kenyataanya, saya tidak nyaman dengan posisi itu ditambah honor karyawan magang hanya sekitar Rp.1,2juta, belum ongkos hingga makan siangnya.

Baca Juga : Pengalaman Bekerja di pabrik Yamaha sebagai Operator Produksi
 Kelebihan menjadi operator produksi
Enam bulan kemudian saya bekerja lagi diperusahaan automotif (Yamaha motor), disana saya bekerja sebagai operator mesin selama dua tahun,dan 2 tahun berikutnya di pabrik automotif Honda, jadi pengalaman saya bekerja sebagai operator yakni 4 tahun. Jujur ini pekerjaan yang sangat cocok untuk saya, kelebihan bekerja sebagai operator tidaklah rumit, saya hanya bangun didepan mesin dan mengoperasikan mesinnya hingga nproduk jadi, saya tidak harus tahu kualitasnya sebab memang sudah ada QC (Quality control), tidak harus tahu memperbaiki mesin sebab sudah ada maintenance dan tidak harus pusing memikirkan duduk perkara apa yang terjadi di pekerjaan sebab sudah ada atasan.

Sebagai operator saya hanya diharuskan menciptakan produk sesuai dengan sasaran perharinya, bagaimana kalau tidak memenuhi target? apakah saya di marahi oleh atasan? jawabannya tidak, seorang operator produksi yang tidak memenuhi sasaran niscaya ada alasan yang menciptakan hal itu terjadi, contohnya mesin berhenti sebab trouble, perbaikan oleh maintenance, perbaikan kualitas, mati listrik dsb. jadi saya hanya tinggal menulisnya di laporan saja, mungkin atasan saya yang akan kena murka oleh atasannya lagi (manager) sebab tidak sanggup mengatur anak buahnya untuk target.

Kekurangan menjadi operator produksi
Dibalik kelebihan niscaya ada kekurangan, sebab seorang operator bekerja mengoprasikan mesin selama 8 jam tanpa duduk, mungkin ini yakni kekurangannya, saya tidak pusing oleh pikiran namun saya lelah sebab pekerjaan ini tidak mengecewakan menguras tenaga, apalagi ketika bekerja di Yamaha saya mengoprasikan meisn bubut Velg motor 150CC hingga 500CC, terbayang bukan bagaimana beratnya, ditambah lagi selama 8 jam bangun tanpa duduk sama sekali dalam satu hari, dan itu terus berulang-ulang selama 4 tahun lamanya.

2. PENGALAMAN BEKERJA SEBAGAI QC
QC atau quality control yakni seseorang yang bekerja untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan oleh operator produksi, mungkin pekerjaan ini tidak terlalu menguras tenaga sebab melaksanakan pengecekan itu berdasarkan frekuensi ataupun interval waktu, contohnya pengecekan satu barang hanya per-50 barang yang keluar dari mesin, kalau satu barang yang dihasilkan memakan waktu 1 menit, maka operator QC melaksanakan pengecekan setiap 50 menit sekali.

Kelebihan menjadi QC
Karena tugasnya hanya melaksanakan pengecekan perberapa menit atau berapa jam sekali maka seseorang yang bekerja pada potongan ini akan terasa santai, tidak menguras tenaga. Inilah yang dirasakan oleh saya ketika bekerja sebagai QC di Yamaha walalupu hanya 2 bulan saja, selain itu kita akan tahu bagaimana cara menggunakan alat ukur, dimana ini akan mempunyai kegunaan kalau kita bekerja kembali diperusahaan lain.

kekurangan menjadi QC
Tanggung jawab sebagai QC amatlah besar, sebab kualitas sebuah produk tergantung QC, contohnya kalau produk kurang dari standar yang ada dan sanggup hingga lolos kepada customer maka QClah yang akan dicari pertama kali.

3. PENGALAMAN BEKERJA SEBAGAI HELPER
Helper atau biasa disebut bongkar muat memang diharapkan oleh perusahaan dibidang pergudangan, saya pernah menjadi karyawan bongkar muat diperusahaan pabrik susu di tempat Cikampek, awalnya ragu untuk mengambil bidang kerja ini, Helper di pabrik ini membutuhkan lulusan Sekolah Menengan Atas sederajat sedanglan pada waktu itu saya sudah mempunyai ijazah D3, mau bagaimana lagi saya sangat membutuhkan pekerjaan ketika ini dan karenanya saya memutuskan untuk menggunakan ijazah SMA.
Baca Juga : Pengalaman Bekerja di sanghiang (Pabrik susu) sebagai helper
Bekerja di bidang ini sama menyerupai operator yakni 8 jam kerja dalam satu hari, berbeda dengan operator yang fokus terhadap waktu mesin berjalan, saya sebagai helper sanggup bekerja kalau kendaraan ekpedisi tiba untuk mengambil barang dari gudang.

Di bidang ini ada yang namanya team, dimana satu team terdiri dari 4 orang, 2 orang sebagai helper yang mengangkut barang dari Dock ke dalam truk container, satu orang sebagai checker untuk memastikan barang yang dimasukan sesuai dengan faktur yang ada dan satu orang sebagai operator forklift yang membawa barang dari gudang/rak ke loading dock.

Dalam satu hari, satu team sanggup harus menuntaskan muat atau bongkar barang 5 hingga 7 container, satu container 40 feet diisi kurang lebih 2000 dus, satu dus berisi karton atau susu kaleng seberat 10Kg hingga 20Kg. Sulit dibayangkan tapi ini memang kenyataanya, dua hari bekerja sebagai helper badan saya terasa kaku dan sulit digerakan sebab memang belum terbiasa, hingga yang paling parah saya tidak sanggup jongkok selama 3 hari sebab keram pada otot, namun sudah 2 ahad mulai terbiasa dengan pekerjaan ini.

Mungkin diatas yakni salah satu kekurangan bekerja sebagai helper, tapi dibalik itu ada kelebihannya yaitu saya sanggup mendapat uang tips dari sopir ekspedisi 25rb dari satu container, dikalikan 6 sudah mengantongi Rp.100rban, dan jujur ini lebih dari cukup sebab honor bulanan tidak terpotong sama sekali, jadi sanggup ditabung lebih banyak.

Kelebihan yang lain yakni kalau final bulan biasanya pengiriman barang melalui ekspedisi berkurang sebab sudah cukup stok, jadi paling tidak satu hari sanggup hanya 2 container saja.

Namun  satu bulan bekerja disiini saya memutuskan untuk resign sebab jujur saya tidak sanggup bekerja berat, saya lebih mementingkan kesehatan saya kedepannya.

4. PENGALAMAN BEKERJA SEBAGAI STAFF
Setelah semuanya karenanya saya sanggup mencicipi sebagai staff di suatu perusahaan, dulu ketika masih bekerja sebagai operator produksi sangat mengidamkan potongan ini sebab berdasarkan saya bekerja sebagai staff tampaknya yummy yaa, tidak capek hanya duduk didepan komputer. Namun itu justru hanya pandangan sebelah mata saja, dan karenanya saya sanggup mencicipi apa yang mereka (staff) rasakan.

Saya akan menceritakan enaknya dulu bekerja sebagai staff, pada awal menjabat sebagai staff memang yummy sebab saya masih dibimbing oleh senior dan pekerjaan pun tidak banyak, pada awal masuk kerja tidak terlalu sibuk, mungkin hanya merapihkan sisa laporan kemarin saja, sibuk dimulai ketika akan mulai pulang kerja sebab banyak laporan yang harus diselesaikan.

saya menjabat sebagai staff pengamanan produk, bekerja melalui komputer dan CCTV saja, selain itu saya sanggup perundingan dengan HRD kalau melaksanakan kecerobohan, contohnya telat masuk kerja, surat izin lupa dibentuk atau semacamnya, sebab departement saya dengan department HRD sama-sama bekerja sama, jadi kalau salah satunya mengalami kesalahan kami saling pundak membahu, kalau kecerobohan dlakukan oleh operator produksi biasanya pribadi kena teguran oleh HRD.

Semakin usang bekerja sebagai staff beban kerja pun semakin banyak, jobdesk semakin banyak dan duduk perkara semakin menjadi-jadi. Saya tidak capek tenaga bekerja disini, tapi otak saya dipaksa bekerja semaksimal mungkin, sampai-sampai duduk perkara dipekerjaan terbawa hingga kerumah dan kurang nyaman tidur. Rasanya kurang bersemangat kalau keesokan harinya masuk kerja, niscaya duduk perkara yang kemarin belum selesai, dan harus segera diselesaikan sebelum duduk perkara gres bermunculan.

Jujur lebih baik capek tenaga dibandingkan capek pikiran, yaa mumpung saya masih muda mungkin saya sanggup berkata menyerupai ini, lain dongeng kalau saya sudah berumur. Akhirnya saya memutuskan untuk resign sebagai staff sehabis 6 bulan bekerja disini, lebih lengkapnya baca dibawah kisah mengapa saya resign sebagai staff
Baca Juga : Alasan mengundurkan diri dari Staff di CSI

AKHIR KATA
Kita sebagai insan mungkin tidak pernah puas dengan apa yang didapatkannya, ketika kita sudah mendapat pekerjaan yang sesuai, kita mengeluhkan apa yang sudah didapatkan dan ingin bekerja yang lebih baik lagi. Mungkin ini kembali ke pribadi masing-masing, bertahan dan bersyukur atau mencari yang lebih cocok sesuai dengan keadaan kita.


Sumber http://www.hendrisetiawan.com