Contoh Anekdot Tentang Hukum di Indonesia – Teks anekdot yakni sebuah kisah singkat yang di dalamnya menggambarkan insiden yang didasarkan pada realita yang ada. Anekdot bersifat menarik, lucu, unik, dan kental dengan muatan sentilan terhadap kritik sosial. Tujuannya adanya teks anekdot ini yakni sebagai media penyampaian aspirasi yang bersifat menghibur Teks anekdot dalam banyak sekali bentuk, contohnya pendidikan, sosial, lingkungan, politik, hukum, dan lain sebagainya. Berikut pola anekdot wacana aturan di Indonesia.
Contoh :
Tidak Seperti Pengacara
Dalam suatu sidang kasusu pembunuhan berencana di sebuah hotel bintang lima. Hakim bertanya kepada dua saksi yang ditunjuk untuk menawarkan keterangan dikala insiden berlangsung.
Saksi 1: “Ketika insiden aku mendengar sebuah pistol yang ditempakkan, kemudian diikuti bunyi jeritan”.
Hakim: “Lalu bagaimana dengan saksi 2?”.
Saksi 2: “Saya pikir…”
Hakim: “Saya meminta keterangan dari anda, bukan menyuruh anda untuk berpikir”.
Saksi 2: “Saya pikir…”
Hakim: ????????
Saksi 2: “Saya terbiasa berpikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan, tidak mirip pengacara”
Koruptor Tidak Salah
Ketika sore hari Rini mendekati kakaknya yang sedang membaca koran di teras depan rumah. Rini bertanya kepada kakaknya mengenai info di televisi yang gres saja ia saksikan wacana cowok pencuri sandal menerima sanksi tiga tahun penjara.
Rini : “Kak kenapa aturan di Indonesia itu tidak adil ya? Pencuri sandal hukumannya tiga tahun penjara sedangkan koruptor juga tiga tahun penjara”.
Kakak: “Karena koruptor tidak merugikan”.
Rini : “Lho kok tidak merugikan sih? Kan jelas-jelas mencuri uang negara begitu banyak”.
Kakak: “Mereka mencuri banyak uang untuk bekal mereka menyewa hotel glamor di dalam tahanan. Dengan uang begitu banyak ia sanggup hidup yummy di dalam penjara. Pencuri sandal salah siapa hanya mencuri sandal yang harganya dibawah Rp. 50.000 kan dapatnya hotel tahanan kelas bawah. Makara koruptor tidak salah pilih mengambil uang negara”.
Baju Termahal
Melihat tayangan ajang pencarian putri Indonesia dalam program Miss Indonesia, menampilkan penampilan perempuan anggun dan seci. Yang menjadi salah satu sentra perhatian lainnya yakni pakaian glamor yang dikenakan. Lalu Emi bertanya kepada ibunya perihal pakaian yang dikenakan para putri Indonesia tersebut.
Emi : “Bu itu pakaiannya bagus-bagus ya niscaya pakaiannya mahal ya bu? Emi mau memakainya”.
Ibu: “Pasti mahal dong Mi”.
Emi: “Apakah itu pakaian paling mahal di dunia bu?”
Ibu: “Tidak Emi, meskipun pakaian putri Indonesia tergolong mahal. Tetapi masih banyak pakaian yang lebih mahal”.
Emi: “Pakaian apa itu bu?”.
Ibu: “Pakaiannya para koruptor yang sudah terbukti bersalah. Untuk medapatkan baju bertuliskan “TAHANAN” dengan mengambil uang negara yang begitu banyaknya, jadi itulah gres baju termahal”.
style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">
Hukum Ibarat Pisau
Dalam mata kuliah sistem aturan Indonesia, dosen menyampaikan aturan di Indonesia itu mirip pisau tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Artinya kasus aturan selalu tajam ke bawah yaitu rakyat dilapisan bawah, sedangkan aturan untuk orang lapisan atas tumpul bahkan tak terlihat. Maka terjadilah suatu perdebatan dalam kelas tersebut
Dosen: “Apakah kalian oke dengan pengibaratan aturan Indonesia yang tumpul ke atas dan tumpul ke bawah?”
Dedy: “Saya sangat oke pak, sebab dalam kenyataannya memang itulah yang terjadi”.
Edgar: “Benar sekali pak, bagi orang yang tak berduit akan mencicipi seberapa tajam pisau itu pak. Sedangkan bagi orang yang berduit sanggup saja menghentikan aturan dengan duit yang dimilikinya”.
Dosen: “Memang benar, namun lebih mending aturan Indonesia mirip pisau”.
Reni: “Maksudnya pak?”
Dosen: “Jika aturan mirip pisau masih mending yang salah dan berduit tetap dihukum, meskipun hukumnya ringan. Daripada aturan mirip Tuhan, niscaya yang di atas selalu benar dan tidak sanggup disalahkan”.
Bisa Ditanami Kembali
Baru saja masalah pemulung mencuri bejana demi sesuap nasi gres saja hingga ke meja hukum. Terdengar kabar bahwa sanksi untuk pengemis tersebut yakni satu tahun penjara. Namun rasanya tidak adil hanya mencuri bejana saja dieksekusi satu tahun penjara.
Pak Somat: “Gimana ini aturan Indonesia, pemulung nyuri bejana sudah tak terpakai saja dieksekusi penjara satu tahun”.
Pak Tomi: “Iya pak, betul. Padahal nyurinya sebab memang kepepet tidak punya duit buat makan. Lalu apa kabar dengan pencurian kayu dari hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan ya?”.
Pak RT: “Sudahlah bapak-bapak. Saya rasa itu sanksi yang tepat”
Pak Tomi: “Kok sanggup begitu pak RT?”
Pak RT: “Jika perusahaan besar mencuri kayu-kayu dari hutan kan tidak dieksekusi sebab nanti sanggup ditanam kembali. Lalu jika pencurian bejana kan ngolah ulangnya susah dan harus menggunakan mesin untuk mendaur ulang ember. Betul kan bapak-bapak?”
Tak Ada yang Dirugikan
Dalam sebuah perbincangan dalam jeruji besi antara napi usang dan napi gres seorang koruptor. Berawal dari penyelundupan uang anggaran pembangunan jembatan penyebrangan di tengah laut, yang uangnya berhasil masuk kantong.
Napi : “Gimana ceritanya sanggup masuk penjara?”
Koruptor : “Saya juga tidak tahu awal ceritanya aku masuk kesini”.
Napi: “Lho kok sanggup begitu? Apa masalah anda”.
Koruptor : “Saya rasa, aku tidak bersalah. Saya menyimpan duit anggaran dana pembangunan jembatan daripada nanti aku serahkan ke rakyat kan gundah membaginya. Mendingan aku simpan untuk aku dan keluarga”.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Anekdot
http://republik-gondes.blogspot.co.id/2014/12/anekdot-singkat-gak-lucu-hukum-peradilan.html
http://www.eduspensa.com/2016/02/contoh-teks-anekdot-layanan-publik.html
Baca Juga:
Penggunaan Tanda Baca Titik Koma dan Contohnya
Contoh Surat Pembaca Tentang Kebersihan Lingkungan Sekolah
Contoh Surat Pembaca Tentang Kantin dan Perpustakaan Sekolah
Sumber https://ruangseni.com