Random post

Tuesday, April 24, 2018

√ Pola Paragraf Induktif Analogi Dan Pengertiannya

Contoh Paragraf Induktif Analogi dan Pengertiannya – Paragraf induktif analogi yakni paragraf yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya yang mempunyai persamaan atau kemiripan dalam hal tertentu dan selanjutnya akan disimpulkan di selesai paragraf. Paragraf ini merupakan paragraf dengan memakai penalaran induktif. Maka pola pada paragraf yang dipakai yakni khusus – khusus – umum. Pada bab awal paragraf menjelaskan wacana dua hal yang akan menjadi topik pembicaraan. Selanjutnya pada kalimat berikutnya membahas mengenai persamaan yang ada pada keduanya. Satu hal yang harus diperhatikan yakni bahwa perbandingan harus benar-benar sama dan analogis. Berikutnya pada bab selesai paragraf membahas wacana persamaan diantara kedua hal tersebut.


Ciri Paragraf Analogi :


Ciri paragraf analogi yakni sebagai berikut :


1. Pada paragraf melaksanakan perbandingan terhadap dua hal yang kedudukannya setara. Hal yang dibandingkan berupa insiden tertetu, benda, tanaman, hewan, dan lain sebagainya.

2. Kalimat penjelas pada paragraf ini secara umum berupa persamaan-persamaan yang ada pada kedua hal yang sedang dibahas pada paragraf.

3. kalimat utama pada paragraf ini terletak di selesai paragraf yang menyimpulkan perbandingan yang telah dilakukan pada kalimat penjelas sebelumnya.


Contoh 1 :


Karakter insan sanggup diibaratkan sebagai flora padi yang ada di area persawahan. Padi yang mempunyai kualitas baik akan padat berisi dan semakin merunduk ke bawah. Begitu pula bagi insan yang telah meraih kesuksesan dalam banyak sekali hal, seharusnya juga mempunyai sifat yang suka menolong, ramah, berbudi pekerti, gemar beribadah, dan rendah hati. Namun bila insan berkarakter sombong meskipun pandai dan mempunyai kelebihan harta, gotong royong mereka yakni insan kerdil yang tak mempunyai hal apapun yang patut disombongkan. Layaknya flora padi tak berisi yang selalu mendongakkan kepalanya ke atas menantang angin. Namun bila dihempas angin kencang, tubuhnya akan gampang ringkih dan patah. Sebagaimana layaknya kehidupan keseharian orang-orang yang sombong akan tidak disukai orang dan dengan sendirinya kesombongan akan menghancurkan dirinya. Karenanya sebagai seorang insan yang baik, beriman, dan cendekia budi seharusnya mencontoh ilmu padi yang padat berisi, semakin berisi maka semakin merunduklah ia.


Penjelasan :


Perbandingan yang ada pada paragraf analogi di atas yakni antara insan dengan flora padi. Tanaman padi yang mempunyai kualitas baik dan siap panen yakni padi yang merunduk ke bawah, bukan sebaliknya. Peryataan ini dianalogikan dengan insan yang berkualitas yakni insan yang sukses namun masih menjunjung tinggi nilai-nilai kesederhanaan dan rendah hati. Begitupun sebaliknya, padi yang tak berisi akan cenderung mendongakkan kepalanya ke atas. Sama halnya dengan seseorang yang gotong royong hanya mempunyai kelebihan harta dan sedikit kepintaran, namun dirinya menyombongkan diri alasannya hal tersebut.




style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">


Contoh 2 :


Air yang berriak menunjukan bahwa tidak ada kedalaman yang berarti pada sebuah telaga. Sebaliknya bila kita melempar kerikil pada telaga dan tidak memunculkan riak, maka sanggup dipastikan telaga tersebut sangatlah dalam. Begitu halnya yang terjadi pada insan pada umumnya. Seseorang yang terlalu banyak bicara gotong royong tidak ada suatu faedah dan manfaat yang sanggup diambil dari perkataannya. Biasanya orang dengan kepribadian ini tidak bergitu pandai dan tidak disukai dalam pergaulannya. Sebaliknya orang yang tidak banyak bicara belum tentu ia bodoh. Justru pada umumnya orang yang tidak banyak bicara seringkali menyimpan banyak sekali kelebihan dalam dirinya.


Penjelasan :


Pada paragraf di atas perbandingan yang dilakukan yakni antara insan dengan riakkan air di dalam telaga. Perbandingan analogi tersebut dilihat dari kesamaan sifat antara dua hal yang tengah diperbandingkan. Air yang berriak merupakan menunjukan alamiah bahwa dalam suatu telaga tidak mempunyai kedalaman yang berarti. Begitupun halnya pada umumnya kebanyakan insan yang suka berbicara berlebihan, biasanya tidak ada manfaat yang bisa diambil dari perkataannya tersebut.


Selanjutnya Perhatikan Contoh 3 dan 4 berikut :


Contoh 3 :


Mempelajari wacana suatu ilmu tak ubahnya mirip seorang pendaki yang hendak menaklukkan gunung. Saat pendaki menuju puncak pegunungan, tentu banyak sekali rintangan yang ia lalui mirip medan yang sulit, cuaca ektrem, dan lain sebagainya. Akan tetapi sesudah pendaki tersebut telah mencapai puncak gunung yang ia tuju, maka bebahagialah ia dengan segala kepuasan dalam hatinya. Pendaki tersebut sanggup dengan leluasa menikmati pemandangan indah yang berada di kaki bukit dan sekitarnya. Begitu halnya pula dengan berguru suatu ilmu tertentu. Ketika mempelajarinya, banyak sekali kendala dan rintangan yang dilalui mirip rasa malas, godaan untuk bermain, kekurangan biaya, dan lain sebagainya. Namun saat kita telah bisa menguasai ilmu dan menjadi profesional di bidang keimuan tersebut, maka kesuksesanlah yang akan diraih.


Contoh 4 :


Sifat dan abjad seseorang dalam bertutur sanggup diibaratkan dengan sebuah benda berjulukan tong. Sebuah tong yang berisi air saat dipukul tidak akan menyebabkan bunyi nyaring. Berbeda halnya dengan tong yang tak berisi air, saat dipukul akan menyebabkan bunyi yang sangat nyaring. Begitu pula dengan seseorang yang pendiam, justru biasanya seseorang dengan abjad mirip ini yakni orang yang berilmu dan pandai memilah kata-kata yang keluar dari lisannya. Berbeda halnya dengan seseorang yang banyak bicara tanpa ada pilahan kata-kata yang baik, biasanya orang tersebut hanyalah seorang pembual.


Baca Juga:


Pengertian Alenia, Unsur, Struktur, Syarat, dan Contohnya

2 Contoh Teks Eksplanasi Tentang Sampah

3 Contoh Teks Prosedur Membuat Makanan



Sumber https://ruangseni.com