LAPORAN PENDAHULUAN
1) Definisi
Fraktur yaitu terputusnya kontinuitas tulang. Kebanyakan fraktur akhir dari trauma; beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit ibarat osteoporosis, yang mengakibatkan fraktur-fraktur yang patologis
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur adalah keadaan patah, terutama pada tulang.
2) Etiologi
Fraktur sanggup disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
3) Manifestasi klinis
Pemeriksaan fisik menurut pengkajian neurovaskuler (Apendiks D) dari fraktur anggota gerak menyatakan :
1. Nyeri pada lokasi fraktur terutama pada dikala digerakan.
2. Pembengkakan.
3. Pemendekan ekstremitas yang sakit.
4. Paralisis (kehilangan daya gerak).
5. Angulasi ekstremitas yang sakit.
6. Krepitasi (sensasi keripik yang ditimbulkan jika mempalpasi patahan-patahan tulang).
7. Spasme otot.
8. Parestesia (penurunan sensasi).
9. Pucat dan tidak ada denyut nadi pada belahan distal pada lokasi frakur jika aliran darah arteri terganggu oleh fraktur. (Engram, 1998 : 267)
Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya hingga fragmen tulang diimobilisasi.
2. Bagian-bagian tak sanggup dipakai dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa). Ekstrimitas tak sanggup berfungsi dengan baik lantaran fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tenpat melengkungnya otot.
3. Terjadi pemendekan tulang yan g sesungguhnya lantaran kontraksi otot yang menempel di atas dan bawah daerah fraktur.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akhir ukiran antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akhir syok dan pendarahan yang mengikuti fraktur. (Smeltzer, 2001 : 2358)
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera sehabis cedera, jika dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi belahan badan segera sebelum pasien dipindahkan. Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut steril untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam.
Penatalaksanaan Medis Umum
§ Traksi
§ Reduksi tertutup dengan memakai gips atau fiksasi luar (alat-alat dari logam yang dipasangkan pada tulang dengan memakai pen)
§ Reduksi terbuka dengan memasukkan pen, skrup, plat, kawat dan jarum.
Prinsip penanganan Fraktur
§ Reduksi Fraktur
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
§ Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan.
§ Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
6) Komplikasi
Komplikasi Awal
§ Syok
§ Sindrom emboli lemak
§ Sindroma Kompartemen
§ Komplikasi awal lainnya : Tromboemboli, infeksi (semua fraktur terbuka dianggap mengalami kontaminasi), koagulasi intravaskuler diseminata (KID).
Komplikasi Lambat :
§ Penyatuan lambat atau tidak ada penyatuan.
§ Nekrosis Avaskuler tulang.
§ Reaksi terhadap alat fiksasi interna.
SUBSCRIBE DAN BAGIKAN
DAFTAR PUSTAKA
Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
Barret End Bryant, (1990), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia. Oficial Journal of American Pediatric. 2010;125;1200-1207. United States of America.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC.